Tuesday
Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Teologia Sistematika - Doktrin Keselamatan (Soteriologi)
Friday, 04 April 2008

4.1  Upaya Manusia Memperoleh Keselamatan dan Problematikanya

Manusia yang sudah berdosa berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan dosa dengan melakukan syariat-syariat agama, seperti berbuat baik, bertarak/menyiksa diri (askese), puasa, dll. Mereka berpikir bahwa dengan bertindak demikian, mereka dapat menyelesaikan dosa, diselamatkan dan masuk “surga”. Benarkah demikian ? TIDAK PERNAH. Fakta justru membuktikan kebalikan. Artinya, orang yang melakukan syariat agama, seperti puasa bukan membuat orang yang berpuasa ini berbuat baik, malahan lebih menggila. Bagaimana tidak menggila, orang agama tertentu di Indonesia yang berpuasa memakai kekuatan massa dan pemerintah untuk melarang para penjual dan orang lain membuka toko atau warung atau mall dengan alasan “menghormati” orang yang sedang berpuasa. Sungguh suatu absurditas/ketidakmasukakalan jika mengatakan bahwa orang yang berpuasa bisa berbuat baik, padahal kenyataannya justru sangat amat menyusahkan orang lain dan membuat orang lain sangat tidak menghormati mereka. Lalu, orang lain mengatakan bahwa perbuatan baik itu dapat membawa orang masuk “surga”. Dari titik awal, konsep ini sudah tidak masuk akal. Seorang filsuf atheis Yunani, Aristoteles mengajarkan bahwa kebajikan dilakukan demi motivasi dan tujuan kebajikan itu sendiri. Kalau berbuat baik dilakukan supaya masuk “surga”, maka motivasi ini sendiri sudah tidak baik. Mengapa ? Karena mereka berbuat baik untuk masuk “surga” dan kalau misalnya (pasti) mereka tidak masuk “surga”, mereka bakal tidak berbuat baik, karena ketahuan mereka tidak masuk “surga”. Yang lebih aneh lagi, di dunia, ada agama yang mewajibkan para penganutnya (khusus wanita) menutupi kepalanya (kalau perlu seluruh tangan, kaki, tubuh, dll) supaya tidak kelihatan auratnya, tetapi herannya, di dalam pemahaman agama ini, di “surga”, para lelaki akan mendapatkan para perawan yang cantik. Sungguh tidak masuk akal, bukan ? Bagi saya dan ajaran Alkitab, sungguh tidak masuk akal keselamatan bagi manusia bisa diperoleh dengan cara manusia yang sendirinya berdosa.

 

4.2 Allah Trinitas Sebagai Perencana (Allah Bapa), Penggenap (Allah Putra) dan Penyempurna Keselamatan (Allah Roh Kudus)

Cara manusia yang berdosa pasti juga dicemari oleh dosa, lalu mereka berharap bisa menyelesaikan dosa dan diselamatkan ? Mimpi ! Tidak ada jalan lain, manusia tak mungkin pernah bisa menyelamatkan diri dari dosa! Allah lah yang mampu menyelamatkan manusia. Mari kita akan mempelajari urutan keselamatan yang di dalam theologia Reformed disebut sebagai ordo salutis. Dari Rev. G. I. Williamson, B.D. dalam bukunya Pengakuan Iman Westminster dan pengertian saya sendiri akan Alkitab dari pemilihan sampai dengan penyempurnaan, saya membagikan 8 proses keselamatan, yakni :

 

Pertama, dari Surga, Allah Bapa telah memilih beberapa orang untuk diselamatkan. Pemilihan ini tidak dilakukan seperti ajaran Arminian yaitu Allah telah melihat orang-orang yang nantinya berbuat baik, lalu Allah memilih mereka. Itu bukan pemilihan Allah, tetapi pemilihan atas nama “Allah” yang dikerjakan oleh manusia. Di dalam theologia Reformed, ini dikenal dengan pernyataan Unconditional Election (Pemilihan yang Tidak Bersyarat). Berarti, Allah memilih beberapa manusia mutlak berdasarkan kerelaaan kedaulatan-Nya. Ketika Allah memilih Yakub dan tidak memilih Esau, Ia mengajarkan satu prinsip melalui Paulus, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” (Roma 9:15) Ini berarti bukan urusan kita untuk meragukan keadilan Allah, karena itu sudah keputusan kehendak-Nya yang berdaulat. Kita sebagai manusia tidak pernah boleh complain terhadap Allah (berkaitan dengan siapa yang dipilih dan ditolak-Nya) karena sebenarnya sebelum dipilih, semua manusia adalah makhluk berdosa. Kita yang dipilih-Nya seharusnya bersyukur dan menaati panggilan-Nya, bukan complain. Selain itu, kita hanya patuh dan taat akan apa yang Allah telah nyatakan di dalam Alkitab. Apakah ketaatan ini membabibuta ? TIDAK. Ketaatan ini disertai iman, karena kita beriman bahwa Allah yang memiliki pengetahuan sempurna akan hal ini (sedangkan kita belum). Ketika kita sebagai manusia ingin mencari tahu tentang misteri ini, kita sebenarnya sedang melanggar wilayah kesempurnaan pengetahuan Allah dan tentunya, kalaupun (tidak pernah terjadi) Allah menyingkapkan misteri ini kepada kita, kita tak mungkin akan pernah menampung penyingkapan Allah ini dengan rasio kita yang terbatas. Mengenai misteri ini, Allah berfirman, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” (Ulangan 29:29)

 

Kedua, setelah Allah memilih manusia, Ia mengaruniakan Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus (Allah Putra) untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-Nya tersebut dan menyelamatkan mereka dari perbudakan dosa tanpa melihat jasa baik mereka karena kasih-Nya (Yohanes 3:16). Di dalam 5 pokok Calvinisme, poin ini disebut Limited Atonement/Penebusan Terbatas). Penebusan Terbatas tidak berarti kualitas penebusannya yang terbatas, tetapi wilayah cakupan penebusannya yang terbatas, yaitu hanya bagi umat pilihan-Nya. Manusia yang telah ditetapkan-Nya untuk binasa (kaum reprobat/tertolak) tidak akan pernah mungkin menerima penebusan Kristus. Ini berarti keselamatan, di dalam kerangka pikir theologia Reformed berdasarkan Alkitab, terjadi hanya melalui anugerah Allah (sola gratia).

 

Setelah Kristus menebus dosa umat pilihan-Nya, maka proses ketiga, Allah Roh Kudus mengaktifkan penebusan Kristus ini ke dalam hati umat pilihan-Nya dengan melahirbarukan mereka. Artinya, Roh Kudus memberikan hati yang baru kepada umat pilihan-Nya. Mengapa hati yang baru ? Karena hati manusia yang lama sudah dipolusi oleh dosa, sehingga Roh Kudus harus mengganti total dengan memberikan hati baru kepada mereka. Yehezkiel 36:26 berkata, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.” King James Version (KJV) menerjemahkan, “A new heart also will I give you, and a new spirit will I put within you: and I will take away the stony heart out of your flesh, and I will give you an heart of flesh.” Uniknya, Roh Kudus yang memberikan hati yang baru sekaligus membuang atau mematikan (kata take away dalam KJV berasal dari bahasa Ibrani yang bisa berarti mematikan/turn off) hati yang lama yang mengeras. Berarti, Roh Kudus menundukkan hati manusia yang keras untuk bisa menerima-Nya.

 

Keempat, setelah melahirbarukan umat pilihan, Roh Kudus memberikan iman dan pertobatan kepada mereka. Dengan kata lain, theologia Reformed mengajarkan dilahirbarukan oleh Roh Kudus merupakan proses yang mendahului iman (bukan iman yang mendahului lahir baru). Orang baru bisa beriman karena ia telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Lalu, orang yang beriman baru bisa beriman karena adanya anugerah Allah. Iman adalah anugerah Allah, bukan kehebatan manusia. Jadi, sangatlah salah jika “theologia” non-Reformed mengajarkan bahwa iman adalah joint venture antara Allah dengan manusia (ajaran Philip Melanchton) atau iman adalah tindakan manusia mempercayai Allah. Kalau benar, iman adalah tindakan manusia, bagaimana manusia bisa memilih iman yang benar, kalau di dalam hidupnya, kadang-kadang manusia bisa saja (bahkan sering) salah memilih. Pdt. Dr. Stephen Tong mengibaratkan bahwa manusia seringkali salah memilih kepiting, lalu bagaimana mungkin manusia yang sama bisa benar dalam memilih iman. Itu suatu keanehan. Lalu, mengapa iman adalah anugerah Allah ? Iman adalah anugerah Allah berarti anak-anak Tuhan dapat beriman ketika mereka dianugerahkan iman oleh Allah, sehingga ketika mereka dapat beriman di dalam Kristus, mereka semakin dapat memuliakan Allah karena tanpa-Nya, mereka tak mungkin bisa beriman. Ketika iman bukan anugerah Allah, maka manusia bisa membanggakan diri seolah-olah dia mampu memilih iman yang benar dan kemuliaan Allah dicuri karenanya. Selain iman, Roh Kudus pula lah yang mencerahkan hati dan pikiran mereka untuk bertobat dan kembali kepada Kristus baik melalui sarana KKR, penginjilan, mendengarkan kaset khotbah, dll. Di dalam “theologia” Injili selalu ditekankan bahwa bertobat dahulu baru dilahirbarukan, sedangkan theologia Reformed mengajarkan bahwa setelah dilahirbarukan, manusia pilihan-Nya bisa mengerti dosa-dosa mereka, lalu bertobat dan kembali kepada Kristus. Theologia Reformed selalu menempatkan kedaulatan Allah bahkan di dalam proses keselamatan ini karena memang keselamatan adalah 100% anugerah Allah (bukan sebagian). Di dalam proses mencerahkan hati dan pikiran ini, anugerah Roh Kudus ini murni tidak bisa ditolak oleh manusia (di dalam 5 pokok Calvinisme, poin ini disebut Irresistible Grace/Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak) dan bukan juga berarti Roh Kudus memaksa, tetapi Roh Kudus melembutkan hati dan pikiran manusia pilihan-Nya yang keras dan memberontak sehingga dengan rendah hati dan taat mutlak mereka bertobat dan kembali kepada Kristus.

 

Kelima, Allah membenarkan kaum pilihan yang telah bertobat dan beriman dengan cara mengimputasikan kebenaran Kristus kepada mereka sehingga mereka dinyatakan benar (righteous) atau tidak salah. Paulus mengajarkan hal ini di dalam pengontrasannya dengan dosa Adam pertama di dalam Roma 5:18, “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.” Ayat ini berarti sama seperti dosa Adam pertama mengakibatkan semua manusia memiliki dosa asal, maka Kebenaran yang dikerjakan Kristus sebagai Adam kedua juga mengakibatkan semua manusia di dalam Kristus (umat pilihan-Nya) beroleh pembenaran. Dengan kata lain, kita dibenarkan atau dinyatakan benar oleh Allah bukan karena tindakan baik kita tetapi karena Kristus telah mengerjakan kebenaran bagi kita (solus Christus). Ini pasti merupakan suatu tindakan anugerah Allah karena tak mungkin manusia berdosa dibenarkan kalau bukan pekerjaan Allah sendiri.

 

Keenam, Allah mengadopsi umat pilihan menjadi anak-anak-Nya di dalam Kristus. Berarti, setelah dibenarkan, mereka yang termasuk umat pilihan mendapatkan hak istimewa (privilege) menjadi anak-anak-Nya. Tetapi tidak berarti karena kita adalah anak-anak-Nya, kita bisa manja dengan Allah. Menjadi anak-anak Allah berarti secara status kita telah diadopsi dan juga secara kondisi kita harus terus-menerus memiliki keinginan untuk serupa dengan Allah. Sama seperti hubungan kita dengan orangtua, maka kita sebagai anak harus belajar untuk hidup dewasa/mandiri karena kita pun sebentar lagi akan menjadi orangtua bagi anak-anak kita. Menjadi anak berbicara dua hal, yaitu hak istimewa dan kedewasaan.

 

Ketujuh, setelah umat pilihan-Nya diadopsi, Allah tetap bekerja menjaga keselamatan tersebut supaya tidak hilang (di dalam 5 pokok Calvinisme, poin ini disebut Perseverance of the Saints/Ketekunan Orang-orang Kudus) dengan cara memimpin mereka di dalam pengudusan terus-menerus (progressive sanctification) oleh Roh Kudus. Kalau “theologia” Arminian (yang mempengaruhi banyak “theologia” Injili, Karismatik/Pentakosta, Baptis, dll) mengajarkan bahwa keselamatan manusia bisa hilang, maka theologia Reformed dengan tegas menolak hal tersebut dan mengajarkan satu prinsip Alkitab yang konsisten bahwa keselamatan manusia pilihan-Nya di dalam Kristus tak mungkin bisa hilang, karena ada Allah yang menjaganya (Yohanes 6:39, “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” dan Yohanes 10:27-29, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”). Kedua ayat ini saja sudah mengajarkan bahwa Allah memelihara keselamatan anak-anak-Nya sehingga tak mungkin bisa hilang. Di dalam Yohanes 3:16, Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang percaya di dalam nama-Nya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Kalau keselamatan umat pilihan-Nya bisa hilang, maka Yohanes 3:16 akan mengajarkan bahwa orang yang percaya di dalam nama-Nya akan beroleh hidup yang sebagian kekal. Kesalahan fatal “theologia” Arminian dalam menegakkan doktrin keselamatan yang bisa hilang (karena orang “Kristen” tersebut “murtad” atau tidak menjaga keselamatannya) adalah mereka menempatkan Allah di bawah manusia (superioritas manusia), sehingga seolah-olah menurut mereka, “Allah” pun “kewalahan” dengan tindakan manusia jika mereka tidak mau diselamatkan. Hai orang Kristen, maukah Anda memiliki “Allah” seperti ini yang selalu serba “kewalahan” terhadap tindakan manusia ?! Kalau jawaban Anda : “mau”, berarti ada yang tidak beres dengan pikiran Anda. Secara ringkas, mengutip pernyataan dari Prof. Dr. Louis Berkhof di dalam buku Teologi Sistematika : Doktrin Allah, saya menyatakan bahwa Arminianisme di dalam batas tertentu mirip dengan ajaran Deisme yang mengajarkan bahwa Allah “cuek” atau tidak memelihara apa yang telah dikerjakan-Nya. Ini jelas bukan iman Kristen yang Alkitabiah ! Puji Tuhan, Allah menyelamatkan kita dalam rangkaian proses yang sedemikian indah sehingga proses ini seharusnya membuat kita sadar dan bersyukur atas anugerah-Nya lalu dengan rendah hati menaati semua perintah dan kehendak-Nya di dalam proses pengudusan terus-menerus yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam hati kita. Ingatlah, anak-anak Tuhan yang telah ditebus Kristus masih bisa berbuat dosa, tetapi kuasa dosa itu tidak bisa menguasai mereka karena ada Roh Kudus yang memimpin, menuntun, menolong, mengajar, menghibur dan memelihara kehidupan kita sehingga kita tak mungkin bisa jatuh atau murtad atau kehilangan keselamatan kita. Dengan kata lain, Roh Kudus memampukan kita untuk mampu berbuat baik (padahal sebelumnya, manusia yang berdosa tidak mampu berbuat baik, sebaliknya mereka hanya mampu berbuat jahat) sesuai dengan kehendak-Nya dan untuk kemuliaan-Nya.

 

Terakhir (kedelapan), Allah yang telah menguduskan umat pilihan, Dia juga lah yang akan membawa mereka kepada kemuliaan (glorification). Kemuliaan merupakan akhir dari segala-galanya. Bagi mereka yang telah ditetapkan untuk binasa, maka neraka lah tempat akhir mereka, sedangkan bagi mereka yang telah ditetapkan-Nya untuk diselamatkan, maka kemuliaan, mahkota dan Surga lah tempat akhir mereka. Dan lagi, di dalam kemuliaan, kita benar-benar mendapatkan keselamatan kekal dan sempurna serta kita menjadi suci 100% (kondisi non-posse peccare atau tidak bisa berdosa). Mengapa ? Karena kita telah dikaruniai-Nya tubuh dan jiwa yang baru di dalam langit dan bumi yang baru kelak, sehingga kita tak mungkin bisa berdosa lagi. Pengharapan ini merupakan suatu pengharapan yang sangat besar dan berharga bagi kita. (Williamson, 2006, pp. 135-136)

 

4.3      Iman dan Perbuatan Baik Di Dalam Kerangka Keselamatan Manusia dari Allah

Setelah Allah memilih dan menyelamatkan kita, lalu apakah kita boleh bertindak seenaknya sendiri dengan alasan keselamatan kita tidak bisa hilang ? Ini yang sering diserang oleh banyak “theologia” non-Reformed terhadap theologia Reformed, karena mereka menyangka bahwa doktrin sekali selamat selamanya selamat membuat orang Kristen malas berbuat baik. Benarkah demikian ? Mari kita memperhatikan perjalanan sejarah gereja. Gereja Katolik Roma (zaman Abad Pertengahan) sangat menekankan perbuatan baik, sehingga mereka hanya menekankan aspek tersebut berkaitan dengan keadilan Allah. Dengan kata lain, para pemimpin mereka berani mengancam jemaat-jemaatnya dan para pelayan Tuhan supaya hidup kudus karena Allah itu Hakim yang akan menghukum manusia yang tidak taat. Kemudian, Reformasi muncul pada tahun 1517 dengan munculnya Dr. Martin Luther yang mendobrak bahwa perbuatan baik tidak menyelamatkan, tetapi iman. Lalu, ajaran ini diteladani oleh banyak orang yang sudah tidak menghargai Katolik Roma. Tetapi kenyataannya, mereka yang mengikuti Luther menjadi terlalu ekstrim. Artinya mereka hanya mementingkan diselamatkan melalui iman lalu tidak lagi mementingkan perbuatan, bahkan mereka berani mabuk-mabukan, hidup tidak beres, dll, sehingga mereka menjadi bahan olok-olokan dari pihak Katolik Roma. Lalu, ditambah ajaran Calvin yang mengajarkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, banyak orang Kristen salah mengartikannya lalu enggan berbuat baik, karena yang penting sudah menjadi Kristen berarti sudah ada jaminan masuk Surga. Benarkah demikian ? TIDAK. Allah melalui Rasul Yohanes mengajarkan, “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” (1 Yohanes 3:9) Kata “lagi” di dalam ayat ini berarti setiap orang yang lahir dari Allah atau disebut anak-anak Allah tidak mungkin terus-menerus berbuat dosa. Berarti, anak-anak Allah sejati harus mengerjakan perbuatan baik dan menindas dosa dengan kebenaran Allah (padahal sebelumnya, kecenderungan hati manusia berdosa menindas kebenaran Allah dengan dosa). Dengan kata lain, perbuatan baik merupakan perwujudnyataan iman dan ketaatan sejati anak-anak Allah. Adalah suatu ketidakbenaran jika ada sekelompok “Kristen” mengatakan bahwa kalau tanpa perbuatan, keselamatan menjadi hilang atau orang percaya tidak dapat masuk Surga. Hal ini tidak dapat dibenarkan, karena penjahat yang di samping Kristus ketika disalib ternyata atas anugerah-Nya diselamatkan, dan ia belum pernah berbuat baik, tetapi Kristus pada waktu itu berkata bahwa pada saat itu ia dan Kristus bersama-sama di Firdaus. Barangsiapa yang menitikberatkan perbuatan lebih daripada iman atau menjadikan perbuatan menjadi standar penguji kebenaran iman, orang itu di titik pertama sudah menyatakan superioritas manusia di atas Allah sekaligus melawan Alkitab ! Jadi, perbuatan baik kita diperlukan bukan sebagai syarat untuk diselamatkan, tetapi sebagai respon ucapan syukur kita karena telah diselamatkan dan juga sekaligus untuk menyaksikan Injil Kristus kepada semua orang sehingga mereka yang telah dipilih-Nya kembali kepada Kristus (Roma 11:36 ; Filipi 2:12-16 ; Yakobus 2:14-26).

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.