Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Cadar Yang Terkoyak 16/21 PDF Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Sunday, 23 September 2007

Bau yang tidak sedap yang tercium didalam ruangan itu menunjukkan bahwa ada kamar kecil didekatnya sedangkan air untuk menyiram tidak cukup begitu juga peralatan untuk mencuci yang layak - yang ada hanya sedikit air sebanyak satu 'muntuka' atau ember dan merupakan jatah untuk dibagikan diantara kami selama sehari penuh oleh tukang air. Ada sebuah mangkuk yang dipasangkan rantai diikatkan pada bagian atas ember, dua gelas untuk minum dan sebuah 'lotha' untuk keperluan air wudhu. Saya tidak pernah melihat seorangpun yang menggunakannya selama saya disana. Bersembahyang merupakan hal yang sangat jauh dari pikiran mereka.

Tiga kali sehari seorang penjaga penjara masuk membawa sesuatu yang merupakan makanan roti kering dan teh untuk sarapan serta pada waktu makan lainnya, sup miju-miju (lentil) encer, 'chapatti' yang kurang dimasak dan sesekali terong tawar. Rupa dari makanan ini- yang tidak akan saya berikan bahkan bagi para pengemis dirumahku - menyebabkan para narapidana naik pitam kadang-kadang mereka menyiramkan teh keatas penjaga yang jatuh, menyumpah-nyumpahinya begitu juga koki, polisi pengadilan juga satu terhadap yang lain menggunakan kata-kata yang membuat saya menutup telingaku rapat-rapat.

Melewati gerbang berpalang itu, di kejauhan kami dapat melihat pada selang-seling waktu para anggota keluarga atau kawan-kawan dari narapidana datang memberikan penghiburan. Gerbang akan dibuka dan satu atau dua dari para wanita itu akan dibawa keluar ke kamar tamu untuk waktu singkat lalu kembali membawa oleh-oleh yang agak dapat memperbaiki keadaan hidup - seprei-seprei bersih, makanan. Segera nasi manis dan pilau serta potongan-potongan ayam dibagi-bagikan keliling tapi saya tidak mendapat bagian.

Tidak ada yang memberi perhatian atas kehadiranku atau berkeinginan untuk menuduhku dengan sesuatu tuduhan. Namun saya ketahui bahwa tempat ini hanyalah tempat tahanan sementara bagi mereka yang menunggu untuk di adili. Berapa lama gerangan seseorang dibiarkan merana ditempat ini tanpa diadili?

Saya bertanya pada petugas penjara, wanita setengah baya, "Kenapa saya berada disini?"

"Saya tidak tahu kenapa, pengawas penjara memerintahkan saya," katanya acuh, "Saya hanya menuruti perintah saja".

Dari arah barat penjara yang satunya untuk pria yang dapat mendengarkan jeritan orang-orang yang sedang dipukul kuat-kuat. Wanita-wanita lainnya – sebagian terlibat dengan geng-geng dikota mengatakan bahwa cara ini dilakukan agar seseorang mengaku dan dapat dibuatkan tuduhan yang wajar atasnya. Saya juga mengetahui bahwa perempuan pun dipukuli oleh petugas wanita untuk maksud yang sama. Saya menunggu bertanya-tanya apakah hal semacam ini juga akan menimpa saya.

Selama seminggu pertama saya tidak dapat tidur dilantai keras itu atau memakan makanan penjara. Sekali menghirup bau sup saja telah menghilangkan napsu makanku. Saya tidak suka akan keadaan kotor atau caplak, bau atau pada mulanya para wanita bersamaku disitu. Namun, ketika diombang-ambingkan oleh kesangsian dan gelombang ketakutan maka saya akan mengambil Alkitabku yang sangat berharga, dan saya mengalami bahwa lama kelamaan saya mulai dapat menyesuaikan keadaan dan perasaan damai mulai mengalir laksana sungai di hatiku.

Saya membaca tentang Petrus dan Yohanes dalam penjara di Kisah Rasul 12 : 6-8. Terasa olehku bahwa bagi mereka pun hal ini merupakan suatu pukulan karena diperlakukan sebagai penjahat seperti halnya dengan saya. Namun keduanya mengucap syukur dan menyanyikan puji-pujian. Begitu juga Rasul Paulus, menulis dari dalam penjara: "Dalam segala hal aku mengucap syukur". Baiklah bila demikian, saya akan mengucap syukur karena dapat membuktikan pada Allah ketabahanku waktu menghadapi hal yang sama.

Pada mulanya saya menggunakan waktu lowong utuk dimeditasikan atas Firman Allah, saya mengasingkan diriku dari kawan-kawan se selku. Jelas bagiku kebanyakan dari mereka adalah penjahat-penjahat yang mencintai kejahatan. Anggota-anggota geng dan kelompok penjahat kota besar, pencuri, pencopet, penculik dan seorang yang melakukan pembunuhan di propinsi perbatasan barat laut yang membunuh suaminya. Oh, perasaan sombong yang bercokol dalam diri "penjara" ini merupakan obat mujarab untuk melenyapkannya.

Karena hanya berdiam diri dan tenang sewaktu saya mencurahkan perhatian pada Alkitabku maka timbullah rasa hormat dan ingin tahu mereka terhadapku. Saya merupakan teka-teki yang pada akhirnya memerlukan penjelasan.

 

"Apa yang sedang kau baca dengan penuh perhatian itu ?"

Saya memandang keatas pada si penanya, seorang wanita muda yang pada wajahnya terlukis segala bentuk kejahatan.

"Kau telah membaca buku itu berhari-hari tanpa menghiraukan bahwa kami hadir disini. Pastilah itu sebuah buku yang bagus. Tentang apakah gerangan isinya?"

"Apakah anda benar-benar mau tahu tentang buku ini?"

"Yah, sesuatu untuk mengisi waktu lowongku," katanya (kuketahui namanya: Kalsoum). Wanita-wanita lainnya menghentikan kasak-kusuk mereka untuk mendengarkan percakapan kami. Jadi saya mulai bercerita tentang Dia kepada wanita-wanita ini.

"Ini adalah sebuah cermin".

"Bagaimana mungkin itu cermin? Saya kira itu buku" ujar seorang lain (kuketahui namanya Khatoon) sambil memandang sekeliling pada kawan-kawannya untuk mendapatkan dukungan terhadap pendapatnya.

"Baiklah, inilah sebuah buku yang juga adalah Cermin karena disini kita melihat diri kita sendiri waktu menghadap Allah yang akan menghakimi seluruh umat manusia."

"Tidaklah merupakan suatu gambaran yang bagus," kata salah seorang dari mereka sambil tertawa kasar.

"Anda benar", jawabku, "Cermin ini menunjukkan pada kita apa yang kita lakukan yang disebut ' Dosa ', dosa-dosa kita adalah hal yang buruk di mata manusia apalagi di mata Allah. Manusia mengutuk dosa-dosa kita dan akan menghukum kesalahan yang kita perbuat."

"Tapi Allah itu suci dan Dia akan lebih mengutuk kita lagi karena dosa kita. Dosa tidak membuat Allah senang. Dosa menentang Dia, Dia harus mangukum dosa dengan kematian."

Wanita-wanita malang ini memperhatikan benar-benar penjelasanku, seperti menunggu hukuman baginya. Saya lanjutkan, "Anda tentunya berpikir, 'Jadi, tidak ada jalan keluar bagi kita. Kita harus menanggung hukuman bagi kita,' Tapi cermin ini menunjukkan pada kita bahwa Allah mempunyai dua jalan untuk berurusan dengan dosa kita. Jalan yang satu menuju kematian dan jalan yang lainnya memimpin kita kepada kehidupan dan kita dapat memilih jalan mana yang akan kita ambil."

Suasana hening dipecahkan oleh Kalsoum yang bertanya, "Bagaimana caranya cermin itu melakukan semuanya ini?"

"Ditunjukkannya bahwa Allah sendiri telah menyediakan satu jalan untuk mengampuni dosa kita. Dia sendiri memanggil kita orang-orang berdosa datang kepadaNya mengakui dosa dan kesalahan kita untuk diampuni. Buku ini memberitahukan kepada kita, 'Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.'(Mat 11:27-30)."

Saya terkejut atas reaksi mereka atas firman ini mereka mendengarkan penjelasan ini dengan cermat. Seorang dari mereka berkata, "Kami tidak menyangkal bahwa kami dibebani oleh dosa. Itulah sebabnya kita dimasukkan ketempat ini. Tidak ada yang dapat melepaskan kita dari tanggung-jawab terhadap apa yang kita lakukan."

Saya jelaskan padanya doktrin pengampunan sebagaimana difirmankan dalam 1 Yoh 1 :8-9:  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Dia adalah setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan membersihkan kita dari segala dosa kita". Beberapa dari antara mereka sangat tergerak oleh firman ini, terlihat ada airmata dimatanya.

Mereka meminta padaku untuk mengajar mereka lebih jauh lagi. Jadi diatur, bahwa setiap pagi saya akan melakukan suatu penelahan Alkitab bersama mereka. Dalam waktu singkat saya mulai melihat suatu perubahan terjadi pada mereka yang terpancar melalui kerudung yang kotor. Mereka tidak hanya membagikan daging dan 'pilaunya' padaku atau memberi sehelai selimut bersih untuk tidur.

Hasil terbaik ialah tujuh dari mereka mengaku dosanya dihadapan Allah dan membenarkan tuduhan yang selama ini disangkalnya didepan para petugas yang berwajib termasuk si pembunuh dari propinsi perbatasan barat laut dan dua pencopet. Mereka meyakinkan kepadaku bahwa mereka tidak akan melakukan kejahatan lagi.

"Inilah pekerjaan yang diperuntukkan bagimu sehingga dimasukkan ke penjara," kataku pada diriku sendiri setelah waktu sebulan berlalu dengan berbagai pengalamannya. Tiga dari mereka dibawa ke pengadilan dan pergi dengan bercucuran air mata karena perpisahan denganku.

Namun kemudian sayapun dipanggil, pintu penjara dibuka, dan saya dibawa ke ruang duduk pimpinan penjara dimana saya bertemu dengan Anis yang sangat kuatir menunggu bersama teman kami yaitu Nyonya yang saya percayai itu – beliau berusaha agar sedapat-dapatnya tidak kelihatan terlibat. Anis segera datang dan memelukku yang masih dalam keadaan kotor. Lalu ia berpaling ke Nyonya tersebut dan bertanya, "Apa yang telah dilakukan adikku sehingga dimasukkan kedalam penjara? Apakah ia membunuh seseorang?"
"Adikmu telah berpindah agama. Ia telah murtad dari Islam. - Tindakan itu," suaranya dipertegas, "Merupakan suatu dosa yang lebih berat dari membunuh!"

"Itu adalah keyakinan dia pribadi. Ia menemukan kebenaran dan tidak merasa takut untuk menyaksikannya dan nyonya tidak berhak menjebloskan seseorang karena alasan itu, kecuali tidak ada lagi undang-undang di Pakistan."

Kawan kami tidak berkata apa-apa. Ia mengangkat bahunya, "Baiklah, jika anda mau membawanya pulang, silahkan". Anis berpaling padaku, "Gulshan, sekarang kau harus pulang bersama."

"Saya tidak suka melakukannya. Untuk apa saya harus pulang kerumah. Penjara ini lebih baik bagiku dari di rumahmu."

Kelihatannya, perasaannya terluka.

"Kenapa kau berkata begitu?"

"Karena suamimu menyalah-artikan tentang Yesus dan SalibNya dan saya tidak mau mendengarkan hal semacam itu. Di penjara ini para wanita itu telah mendengarkanku dan menerima Yesus. Saya dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat."

Dengan berlinang air mata kakakku mengelus-elusku. "Engkau sangat mencintai Yesus, saya rela memberikan hidupku untuk Yesus." Perasaan itu benar, semua yang telah terjadi hanyalah semakin menambahkan ketetapan iman dan percayaku. Saya telah ditempatkan pada keadaan putus asa yang kelam dan mengacaukan perasaanku. Namun, dalam kegelapan ada sinar cahaya.

Anis berkata, "Saya juga mencintai Yesus. Saya mau belajar lebih banyak tentang Dia darimu". Lalu ia menceritakan padaku apa yang terjadi dengan suaminya. Tidak lama setelah saya meninggalkan rumah, pada hari yang sama, suaminya mengalami kecelakaan lalu lintas lalu masuk rumah-sakit selama sebulan. Saya tidak dapat dihubungi waktu itu karena jelas kewajibannya yang utama sebagai istri ialah mengurus suaminya. Ia melanjutkan,"Sekarang ia tidak akan melakukan sesuatu terhadapmu. Ia telah mengijinkan saya untuk menjemputmu pulang."

Betapa cepatnya keberuntungan itu berbalik. Pada suatu ketika saya berada dengan sampah masyarakat dari kelompok wanita di penjara dan memperoleh kenyataan betapa manisnya pengalamanku bersama mereka. Dalam waktu satu jam atau lebih sedikit setelahnya, saya sudah mandi didalam kamar mandi dirumah kakakku yang indah di kota satelit Rawalpindi, dengan para pelayan yang siap menunggu permintaanku - sambil mengira-ngira, berapa lama saya gerangan akan menikmati keadaan ini sebelum saya menerima perintah untuk keluar karena ketidak sanggupanku untuk berdiam diri tentang iman percayaku.

 

GODAAN
Bila kukenangkan kembali maka rasanya masa yang kualami ketika tinggal bersama kakak dan iparku di Pindi merupakan salah satu dari waktu paling bahagia di dalam hidupku setelah menjadi Kristen. Anis selalu menyenangkan hatiku, suaminya berlaku baik dengan cara yang lemah lembut. Sekali lagi saya menjadi bagian dari keluargaku dan diperlakukan dengan kasih dan perhatian.

 

Bersambung Ke Bagian (17)

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >