Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Kalung Mutiara PDF Print
User Rating: / 2
PoorBest 
Sunday, 14 October 2007

Jenny, gadis cantik, kecil berusia 5 tahun, bermata indah. Suatu hari, ketika ia dan ibunya sedang berbelanja bulanan, Jenny melihat sebuah kalung mutiara tiruan. Indah, meskipun harganya cuma 2,5 dolar. Ia sangat ingin memiliki kalung tersebut, dan mulai merengek kepada ibunya.

 

Akhirnya sang Ibu setuju, katanya : "Baiklah, anakku. Tetapi ingatlah bahwa meskipun kalung itu sangat mahal, ibu akan membelikannya untukmu. Nanti, sesampai di rumah, kita buat daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya.

 

Dan, biasanya kan Nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu. Itu  juga harus kamu berikan kepada Ibu."

 

"Okay," kata Jenny setuju. Merekapun lalu membeli kalung tersebut.

 

Setiap hari, Jenny dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh Neneknya pada hari ulang tahunnya juga diberikannya kepada Ibunya.

 

Tidak berapa lama, perjanjiannya  dengan Ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa sangat bangga. Ia pakai kalung itu kemanapun ia pergi. Ke sekolah Taman Kanak-kanaknya, ke gereja, ke supermarket, bermain dan tidur, kecuali mandi. "Nanti lehermu jadi hijau," kata ibunya.

 

Jenny juga memiliki seorang Ayah yang sangat menyayanginya. Setiap menjelang tidur, sang Ayah akan membacakan sebuah buku cerita untuknya.

 

Suatu hari, seusai membacakan cerita, sang Ayah bertanya kepada Jenny : "Jenny, apakah kamu sayang Ayah ?"

"Pasti, 'Yah. Ayah tahu betapa aku menyayangi ayah."

"Kalau kau memang mencintai Ayah, berikanlah kalung mutiaramu pada Ayah."

"Ya, Ayah, jangan kalung ini. Ayah boleh ambil mainanku yang lain. Ayah boleh ambil Rosie, bonekaku yang terbagus. Ayah juga boleh ambil pakaian-pakaianku yang terbaru. Tapi, jangan Ayah ambil  kalungku."

"Ya, anakku, tidak apa-apa. Tidurlah." Ayah Jenny lalu mencium keningnya dan pergi, sambil berkata : "Selamat malam, anakku. Semoga mimpi indah."

 

Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, Ayahnya bertanya lagi : "Jenny, apakah kamu sayang Ayah ?"

" Pasti, 'Yah. Ayah kan tahu aku sangat mencintaimu. "

"Kalau begitu, boleh ayah minta kalungmu ?"

"Ya, jangan kalungku, dong. Ayah ambil Ribbons, kuda-kudaanku. Ayah masih ingat, kan ? Itu mainan favoritku. Rambutnya panjang, lembut. Ayah bisa memainkan rambutnya, mengepangnya dan sebagainya. Ambillah, 'Yah. Asal Ayah jangan minta kalungku. Ya?"

 

"Sudahlah, 'Nak. Lupakanlah, " kata sang Ayah.

 

Beberapa hari setelah itu, Jenny terus berpikir, kenapa ayahnya selalu meminta kalungnya, dan kenapa ayahnya selalu menanyai apakah ia sayang padanya atau tidak.

 

Beberapa hari kemudian, ketika Ayah Jenny membacakan cerita, Jenny duduk dengan resah. Ketika ayahnya selesai membacakan cerita, dengan bibir bergetar ia mengulurkan tangannya yang mungil kepada ayahnya, sambil berkata : "Ayah, terimalah ini". Ia lepaskan kalung kesayangannya dari genggamannya dan ia melihat dengan penuh kesedihan, kalung tersebut

berpindah ke tangan sang Ayah. Dengan satu tangan menggenggam kalung mutiara palsu kesayangan anaknya, tangan yang lainnya mengambil sebuah kotak beludru biru kecil dari kantong bajunya. Di dalam kotak beludru itu terletak seuntai kalung mutiara yang asli, sangat indah dan sangat mahal. Ia telah menyimpannya begitu lama, untuk anak dikasihinya. Ia menunggu dan menunggu agar anaknya mau melepaskan kalung mutiara plastiknya yang murah, sehingga ia dapat memberikan kepadanya kalung mutiara yang asli.

 

Begitu pula dengan Bapa di Surga. Seringkali Ia menunggu lama sekali agar kita mau menyerahkan segala milik kita yang palsu dan menukarnya dengan sesuatu yang sangat berharga. Betapa baiknya Allah kita !

 

 

Renungan: Undo

 

by J.W

 

Referensi : II Samuel 11 - 19

 

Sebuah Universitas terkemuka di U.S pernah mengadakan suatu survey pada mahasiswanya di salah satu matakuliah. Mereka diminta membuat essay mengenai apa yang akan mereka lakukan jika mereka diberi kesempatan untuk kembali 10 tahun ke massa silam. Jawaban yang didapat beragam, ada yang ingin melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sampai ada yang memutuskan seharusnya ia tidak kuliah disana. Tapi pada dasarnya satu hal yang mereka inginkan : Mengubah atau memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi.

 

UNDO atau membatalkan sesuatu yang sudah dilakukan, itu menjadi suatu kata ajaib yang diciptakan oleh teknologi program computer. Seperti yang biasa kita hadapi dengan menggunakan Microsoft Word atau aplikasi computer lainnya. Undo ini menjadi suatu penemuan yang sangat luar biasa di dunia computer yaitu untuk membatalkan apa yang sudah kita lakukan. Menyenangkan sekali, kita tidak perlu takut untuk melakukan kesalahan ketik atau sebagainya, karena ada undo.

 

Kurang lebih delapan tahun lalu saat saya masih di SMA, saya punya seorang teman yang sedang menghadapi masalah broken home dimana permasalahan dia ialah ayah tirinya. Ia mengilustrasikan masalahnya seperti suatu piring pecah. Bagi dia keluarganya pada dasarnya adalah piring pecah, karena ayah tirinya. Dia berkata sekalipun piring tersebut disatukan kembali dengan sebuah lem yang sangat kuat, pada dasarnya tetap saja piring tersebut bukanlah piring utuh tetapi piring yang tetap terlihat bekas retakannya.Waktu itu saya hanya bisa mengiyakan saja dalam hati, benar juga yah begitu, pikir saya.

 

Daud melakukan kesalahan besar saat ia memutuskan untuk mengikuti hawa nafsunya terhadap Batsyeba. Ia menciptakan suatu malapetaka yang panjang menimpa keluarganya dan juga tahtanya. Perzinahan juga mengekori Amnon anak Daud yang memperkosa Tamar adik tirinya. Sehingga Absalom kakak Tamar akhirnya membunuh Amnon. Absalom yang adalah anak kesayangan Daud akhirnyalah yang menjadi malapetaka bagi Daud, bahkan ialah yang mengenapi hukuman yang harus diterima Daud karena berzinah dengan Batsyeba (2 Sam. 12:11-12 dan 2 Sam 16:22-23). Bagaimana perasaan Daud saat itu? Ia dikhianati anaknya sendiri, kutukan akibat perbuatannya terhadap Batsyeba harus digenapi oleh anaknya sendiri, Ia harus melarikan diri dari anaknya sendiri (2 Sam 15:13-17).

 

Kalau saya jadi Daud pada saat itu mungkin saya akan berteriak pada Tuhan:

Tuhan berikan saya fasilitas Undo, sehingga saya bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki semua permasalahan, tidak bezinah dengan Batsyeba, tidak menyebabkan kematian Uria dan tidak dihukum Tuhan melalui nabi Natan. Tapi Tuhan tidak pernah memberi Fasilitas UNDO dalam hidup kita. Tidak ada kesempatan untuk UNDO. Dan Daud pun menyadari itu, sehingga yang ia lakukan ialah bertobat dan menjalani semua malapetaka akibat perbuatannya. Daud tidak memutuskan untuk berhenti dan hidup dalam penyesalan. Saat Absalom mati, Daud berkabung dan menangis dengan suara nyaring (2 Sam 19:4), tapi Yoab panglima perangnya menegornya dan mengingatkannya untuk tidak menjatuhkan semangat pasukannya yang sudah berjuang untuk mengembalikan tahtanya. Maka bangunlah Daud dan duduk di pintu gerbang menghadapi rakyatnya. Dan Tuhan memimpin dia menghadapi dan memenangi banyak perkara sampai hari tuanya.

 

Saat terakhir saya bertemu lagi dengan teman saya tersebut, saya diingatkan kembali mengenai kasus piring pecah. Tuhan mengingatkan saya tentang suatu ilustrasi lain. Lalu saat dirumah saya mencoba mengambil sebuah piring dan membuatnya pecah menjadi dua kemudian saya menggunakan sebuah lem yang sangat kuat untuk menyambungnya. Berhasil memang, utuh tersambung, tapi bekas pecahannya dari satu sisi ke sisi yang lain tetap terlihat dengan jelas dan jelek sekali kelihatnnya. Ini toh yang dimaksud oleh teman saya, pikir saya dalam hati. Dia menjadi begitu terkejut saat saya datang dengan sebuah piring pecah yang sudah dilem. Dia sendiri sudah hampir lupa mengenai ilustrasi tersebut. Lalu saya bertanya apakah gunanya sebuah piring? untuk makan bukan? Piring yang pecah tidak bisa digunakan untuk makan, tetapi piring yang sudah diperbaiki bisa digunakan sesuai fungsinya. Tetapi dia tetap ngotot bahwa bekas pecahan akan tetap terlihat dan tidak nyaman. Lalu saya meletakan piring itu di sisi dimana bekas pecahan itu menjadi segaris dan tidak terlihat. Lalu saya minta teman saya untuk memandang piring tersebut dengan sejajar. Apakah kamu bisa melihat bekas retakannya ? Tidak katanya. Tapi kalau saya angkat kembali kepala saya, bekas retakan itu tetap kelihatan, protesnya. Tidak seperti dunia computer, tidak ada fasilitas undo dalam hidup ini.

 

Saat suatu kesalahan kita lakukan, tidak ada hal yang bisa kita lakukan untuk membatalkannya. Itu sudah terjadi, piring tersebut sudah retak. Tapi bukannya berarti kita harus terus hidup dalam kesalahan kita, bukan berarti kita harus terus terpaku dan meratap. KESALAHAN YANG TERJADI HARUS DIPERBAIKI. Yesus adalah jalan keluar kita untuk menyambung setiap pecahan piring yang telah kita buat retak. Dia adalah lem terbaik kita. Dia yang membuat piring kita bisa berfungsi kembali. TETAPI BEKAS RETAKANNYA MASIH TERLIHAT. Itu berarti kita tetap ingin melihat kesalahan yang sudah kita lakukan. Itu berarti kita tidak mencoba untuk melupakan kesalahan kita, kita tidak mencoba memaafkan diri kita sendiri.  Saat Allah sudah mengampuni kita maka kita harus melangkah ke depan, bukan kembali memandangi kesalahan yang sudah kita lakukan. Kita sendiri juga harus memutuskan untuk tidak terjebak dalam kesalahan masa lalu kita, tetapi bersama Allah memperbaiki semua kesalahan2 yang kita perbuat.

 

"Marilah, baiklah kita berperkara ! - firman Tuhan - Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba" (Yesaya 1:18 ).

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >