Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
KasihMu Melampaui Kehidupanku PDF Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Saturday, 27 October 2007

Tidak ada yang suka kalau ia menderita sakit-penyakit, itu sebabnya orang-orang membayar mahal untuk suatu kesembuhan. Penyakit tidak memandang bulu, kalau ia sudah menyerang sekaya, sepandai, se-berpangkat apapun tidak dapat menahannya. Itu sebabnya, ada baiknya mencegah lebih dahulu dari pada mengobati. Namun yang menjadi masalah adalah, penyakit itu kadang datang tanpa kita duga. Bukan pula berarti kalau kita sudah percaya dan menyembah Tuhan tidak ada sakit penyakitnya, buktinya Ayub dan rasul Paulus (bahkan tidak sembuh hingga akhir hayatnya) menderita sakit penyakit.  Terpulang dari semuanya, saya melihat ada berkat khusus yang Tuhan hendak berikan kepada kita. 1 September 2005 kemarin ada seorang alumni mendadak meninggal dunia, padahal dua tiga hari sebelumnya masih ke Kampus menghadiri acara wisuda.

 

Natal 1990, saya terpaksa tidak mengambil liburan, padahal saya  pingin sekali ke Jakarta menemui adik saya.  Teman-teman kuliah sudah pulang, yang dari luar pulau main ke Jakarta atau Bali. Sementara saya harus meringkuk di RKZ Malang (sebutan untuk Rumah Sakit Katolik di Malang). Sembilan hari lamanya saya mendekam, di sana, tentu tidak biasa bagi seorang yang hanya dioperasi Usus buntu, normalnya dua tiga hari sudah boleh pulang ke rumah.

 

Malam hari sebelum ujian saya merasa adanya gejala perut kembung, namun saya biarkan begitu saja sambil menggosok minyak Tawon ke bagian perut, saya pikir biasa sehabis makan Mangga Mana Lagi yang terkenal itu. Namun ternyata minyak itu tidak semujarab promosinya, tetap saja kembung -  padahal saya harus konsentrasi belajar, karena besok pagi ujian bahasa Inggris. Memang paginya terasa agak enak, itu sebabnya saya paksakan ikut ujian, namun saya minta ijin kerjakan di kamar.  Kira-kira setengah jam berlangsung , tiba-tiba tubuh saya panas dingin dan keringat bercucuran. Saya merasa tidak sanggup melanjutkan ujian, bahkan untuk berdiri juga tidak sanggup.

 

Sekuatnya saya menjerit minta tolong, namun tidak ada yang mendengarnya, teman-teman semuanya ujian, sedang di asrama sepi sekali. Kurang lebih duapuluh menit, baru ada seorang kakak tingkat yang kebetulan sedang berada di kamar datang menghampiri saya, segera ia mengantar saya ke puskesmas terdekat, kebetulan pas berada di depan kampus. Setelah dokter memeriksa, saya diberikan obat, namun tetap saja tidak kunjung sembuh.

 

Di kampus ada dua orang dokter yang secara suka-rela melayani para mahasiswa, mereka tidak menerima bayaran sesen-pun, namun mereka sangat suka-cita kalau boleh mengobati calon-calon hamba Tuhan yang sakit.  Saya waktu itu memeriksanya ke doker Wiyadhi, seorang dokter yang sedikit bicara, namun bertangan dingin. Menurut teman-teman, kalau vonisnya itu selalu jitu. Dokter mendiagnosa saya  dan beliau katakan kalau saya menderita Infeksi usus. Saya masih ingat, waktu itu saya langsung lega, sebab jujur saja saya takut  disuntik, waktu itu untunglah saya hanya diberi obat  antibiotik selama tiga hari, kalau pada hari ke tiga ternyata masih sakit, maka saya harus kembali.

 

Benar sekali, setelah hari ke tiga, keadaan tubuh saya makin lemah, kali ini bukan hanya kembung, tetapi mulai terasa sakit. Malam itu juga teman saya Philip (sekarang Gembala di Gereja Kristen Kalam Kudus , Bandung) mengantar saya ke dokter, segera giliran saya diperiksa, tanpa ba-  bi – bu , saya divonis Usus buntu, dan malam itu juga saya diminta segera menuju ke dokter internis untuk diperiksa lebih lanjut. Saya ingat , waktu itu saya langsung di bawa ke dokter internis, saya sempat tawar-menawar  pada dokter,  saya bertanya apakah ada kemungkinan disembuhkan tanpa operasi?  Dokternya menjawab dengan gamblang, “bisa” , tetapi SAYONARA! Wah kaget juga saya, sebab ternyata usus buntu saya sudah infeksi dan pecah, untung saya konsumsi antibiotik, kalau tidak maka benar-benar akan SAYONARA.

 

Sebenarnya saya sangat takut menghadapi meja operasi, namun apa boleh buat, kali terpaksa harus dijalani. Ada teman saya , beberapa bulan kemudian juga menderita seperti saya,  dia juga takut menghadapi meja operasi, sehingga ia “lari”dari kamar operasi, namun keesokan harinya ia berhasil ditaklukkan, sebab  dokter membiusnya terlebih dahulu di kamar. Dokter sempat mengajaknya bernyanyi lagi “Sing Sing So (lagu Tapanuli), namun hanya dua kali “Sing Sing So” , teman saya sudah KO.

 

Selesai operasi, hasilnya sangat memuaskan- menurut dokter sebenarnya Usus buntunya sudah pecah, namun karena beberapa hari ini saya konsumsi antibiotik, maka masih dapat bertahan; kalau tidak, inilah yang dimaksud dengan SAYONARA tadi. Walaupun hanya Usus buntu, saya perhatikan bahwa operasi kali ini cukup serius, bekas operasinya saja kurang lebih duabelas senti, dan bekasnya masih ada hingga hari ini. Belum lagi dibuat lubang untuk dipasang selang supaya mengeluarkan cairan  dalam perut. Sembilan hari menginap di RKZ Malang, melewati Malam Natal di pembaringan.  Sakit, sepi dan sedih, namun inilah yang harus dihadapi.

 

Satu hal yang saya syukuri adalah, Tuhan itu maha Kasih, IA masih memberikan kesempatan pada saya hidup. Kita tidak tahu masih berapa lama diberi kesempatan itu?  Peristiwa 911 di Amerika, bencana Katrina dan tsunami,  bom di mana-mana bahkan kebakaran baru-baru ini di Jakarta yang telah menewaskan orang-orang, cukup menghentak bahwa sebenarnya kita tidak berkuasa apa-apa dihadapan Tuhan. Ketenaran, kekayaan, kekuasaan, bahkan kecantikan segera akan berlalu. Kita datang ke dunia tidak membawa apa-apa, demikian juga kita meninggalkannya tidak membawa apa-apa juga. Kematian itu ibarat menunggu giliran, dan setiap manusia pasti mendapat bagiannya. Itu sebabnya selama masih hidup, pakailah kehidupan ini menjadi penghiburan, suka-cita bagi orang lain dan Tuhan, bukan untuk menyakiti atau  merugikan orang-orang.

 

Saya melihat KasihNya melampaui kehidupan, mengapa demikian? Tuhan tidak hanya mengasihi kita saat ini, tetapi selama-lamanya. Jelas sekali IA mengutus AnakNya yang Tunggal menebus dosa kita untuk tujuan itu. Tuhan Yesus juga mengasihi anda, KasihNya pasti juga melampaui Kehidupan anda (Yohanes 3 :16 “Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anaknya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”)

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >