Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Hidup Sejati 2/8 PDF Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Thursday, 13 March 2008

"EVERT," KATAKU melalui gemertak gigiku, "aku harus mengganti tempat dudukku." Aku sangat kedinginan. Suhu udara saat itu 20oC dibawah nol. Kami dalam perjalanan di atas bus tua, kemungkinan peninggalan dari perang dunia kedua. Evert mengerutkan diri dalam jaketnya dengan menundukkan kepala dengan dagu, mulutnya dimasukkan ke dalam kerah jaketnya. "Baik," katanya. Kami tidak banyak berbicara selama lima jam perjalanan melewati pegunungan ini.

Aku mendapatkan tempat duduk yang kosong di bagian belakang bus sebelah seorang wanita Romania. Hatiku sangat penuh dengan kasih dan cinta kepada orang-orang yang miskin dan tertekan seperti ini. Aku telah melakukan perjalanan di 24 negara dan belum pernah melihat orang yang semiskin dan tertindas seperti di Romania. Aku bertanya dalam hati apa yang sedang kulakukan di sini, tetapi betapa hatiku terbakar oleh kasih. Oh, betapa terima kasihku pada Tuhan bila aku berpikir kembali darimana ku berasal.

Aku dilahirkan di kota Teheran, ibukota Iran, yang berarti 'tanah dari bangsa Aria', dalam Injil terkenal sebagai Persia. Teheran adalah sebuah kota yang besar dengan kira-kira tujuh juta penduduk.

Aku berasal dari keluarga yang cukup besar. Ayahku mempunyai istri yang lain yang dari padanya ia mendapatkan empat anak sebelum ia bertemu ibuku. Ibuku berumur empat belas tahun ketika menikah. Masih sangat muda dan menikah dengan pria yang berumur dua kali umurnya adalah sangat tidak mudah bagi ibuku, tetapi tradisi seperti itu sangat biasa pada waktu ia masih muda. Ibuku berasal dari keluarga yang besar, namun sederhana bila dibandingkan dengan ayahku yang berlatar belakang sangat rumit.

Ayahku adalah pusat keluarga, seorang lelaki yang berkuasa, pekerja keras, dan mudah marah. Kadang-kadang ibuku menyebutnya diktator. Profesinya adalah pedagang kain yang berpengalaman sukses dan gagal. Ia juga sangat berbakat sebagai penyair dan banyak mengetahui puisi-puisi Persia kuno.

Ayahku benar-benar pengagum dan pakar sastra Persia. Dari lingkungan sarjana, ia adalah salah seorang yang berkemampuan terbaik dalam bidang puisi tradisional. Ia sangat suka menulis dan minum chai (teh yang dibuat dari Samavar). Ada persaingan antara kami dengan tulisannya. Ibuku tidak terlalu mengagumi ataupun menyemangati pekerjaan ayahku dan susahnya, ini menjadi salah satu sebab dari banyaknya pertengkaran yang sering terjadi di rumah. Itu seperti kemelaratan seorang pelukis dan kebutuhannya untuk melukis.

Ada beberapa periode yang berbeda dalam hidup ayahku dan dua gaya hidup yang utama. Ada waktu ketika ia merupakan seorang yang suka pesta, minum alkohol, dan berpuisi ria dengan teman-temannya; dan ada waktu ketika ia menjadi pemeluk agama yang fanatik. Dalam awal belasan tahun umurku, aku teringat melihat banyak teman ayahku datang ke rumah. Mereka akan bersama-sama berpesta, minum alkohol, membaca puisi, dan makan terus-menerus sampai larut malam. Kami semua akan bekerja keras mempersiapkan makanan untuk orang-orang ini. Ibuku akan berpeluh seharian dalam dapur, membuat beberapa makanan yang lezat untuk tamu-tamu. Ayahku sangat kasar dan mudah marah. Pada masa kecilku, aku paling menyukainya bila ia telah mabuk karena ia akan sangat lembut dan tenang denganku. Sejauh ingatanku, aku akan mendapat pelukan darinya hanya ketika ia sedang mabuk. Tetapi pada waktu yang sama ia akan sangat keji dan memukul ibuku dan kami semua menangis sedih.

Kenangan terburukku adalah waktu aku masih belasan tahun. Keadaan keuangan kami sangat buruk. Ayahku mempunyai banyak hutang sehingga ia harus meringkuk di penjara selama beberapa waktu. Saudariku yang tertua jatuh sakit karena ketakutan. Sifat ayahku yang peminum dan pemarah menyebabkan kami tidak betah di rumah. Melihatnya memukul ibuku dan melihat ibuku menangis tanpa harapan membuat aku membencinya. Tidak ada hubungan bapak-anak di antara kami. Ia tidak pernah memanggilku "nak", hanya namaku, "Reza", dan aku memanggilnya agha (tuan) dan semakin lama semakin ada jarak di antara kami. Aku kehilangan rasa hormat padanya. Hanya ada rasa bersaing dan penolakan di antara kami. Kadang kala ketika kami sedang bertengkar ia mengutuki atau memukul aku. Aku ingin lari dari rumah tetapi kemudian aku berpikir tentang ibuku. Aku lebih seperti anak ibuku daripada ayahku. Kapan saja aku merasakan penolakan dan kesepian mendatangiku, aku akan naik bus ke rumah saudariku tertua. Ia dan keluarganya sangat berarti bagiku. Mereka memberiku rasa hormat dan cinta yang tidak kudapati dirumah. Dalam budaya kami diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua, terutama orang tua kami. Jadi bilamana ayahku bertengkar denganku, aku hanya bisa diam dan menunduk lalu keluar dengan menangis dan berbicara pada Tuhan, yang aku tidak pasti apakah Ia mendengarkanku.

Pada akhir masa belasan tahunku, ada perubahan yang sangat drastis pada tingkah laku ayahku. Ia berhenti berpesta dan minum, dan menjadi sangat religius. Ada beberapa kejadian dalam hidupnya yang menggoncangkannya antara dunia nyata dan Islam. Keluarga kami biasanya tidak percaya ia akan lengket padanya, tetapi kali ini sangat serius. Seperti peribahasa Persia, kepalanya telah dituangi air pertobatan. Ayah menjadi seorang Muslim yang fanatik. Bagi orang-orang Muslim yang fanatik, Islam bukan hanya agama melainkan gaya hidup. Itu adalah suatu sistem yang merupakan kombinasi elemen politik, sosial,ekonomi, dan agama.

Ada dua aliran di antara orang Muslim yaitu Shi'ah dan Sun'ni. Sembilan puluh satu persen penduduk Iran adalah Shi'ah. Di antara kedua aliran, mereka adalah yang paling fanatik dan militan dalam menjalankan syariat (hukum Islam). Ini adalah salah satu sebab kenapa terjadi perubahan yang drastis di negara ini setelah jatuhnya Shah Iran.

Ayahku sangat berpengetahuan tentang syariat. Ia mengetahui bahasa Arab dan sangat memahami Al-Quran. Ia menjaga sholatnya dan kadang kala sholat shab. Ayahku adalah pengagum Ali sebagai pahlawan terbesar Islam setelah Muhammad dan mempunyai cinta yang tidak tergoyahkan dalam hatinya pada imam-imam Islam. Tetapi, tidak ada suatu hubungan yang dekat atau persekutuan dengan Allah. Allah itu terlalu besar untuk berhubungan dengan manusia. Nabi dan para imamlah makhluk yang terdekat dengan Allah. Pernyataan cinta pada mereka merupakan pernyataan cinta pada Allah, dan itulah sebabnya mengapa ayahku banyak menulis pemujaan terhadap Ali.

Tetapi menjadi religius dan fanatik tidak mengubah karakter dan temperamen ayahku. Meskipun di luar kelihatan berubah, di dalam masih sama saja, masih ayahku yang dahulu.

Sejauh yang aku ingat, aku selalu percaya keberadaan Allah. Aku mulai berlatih menjadi Muslim yang setia sejak kecil. Aku selalu mengikuti hukum dan peraturan. Aku sholat lima kali sehari dan berpuasa selama bulan Ramadhan. Ada cinta dalam hatiku kepada Allah yang aku percaya kuterima dari ayahku, yang meskipun manusia yang keras,mempunyai cinta yang dalam dan kelembutan hati kepada Allah. Aku teringat kadang kala aku terbangun di tengah malam dan melihat dia membaca Al-Qurannya dan menangis. Aku tidak pernah melihat dia menangis kecuali ketika ia sedang berdoa sendirian pada Tuhan. Ia sangat bangga padaku ketika aku menjalankan puasa selama 30 hari, yang mana tidak banyak anak muda dapat lakukan pada waktu itu.

Menurut hukum, orang yang berpuasa tidak diijinkan makan atau minum selama ada matahari. Saudari mudaku dan akulah yang berpuasa terbanyak. Ayah dan ibuku tidak melakukannya karena tubuh mereka tidak cukup kuat untuk menahannya. Kami makan dua kali sehari selama bulan puasa, sekali sebelum matahari terbit dan sekali setelah matahari terbenam. Ibu akan bangun lebih pagi, kira-kira dua jam sebelumnya, untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk kami. Aku akan makan, khususnya minum sebanyak mungkin sebelum datang pagi dan kemudian kembali tidur. Jika bulan Ramadhan bertepatan dengan musim panas, puasa menjadi sangat sulit karena panasnya udara dan panjangnya hari. Kadang kala badanku menjadi dehidrasi dan aku merasa sangat lemah dan mau pingsan. Ada orang-orang yang merusak tubuhnya dengan cara ini. Aku juga tahu beberapa orang yang minum air secara sembunyi-sembunyi, tetapi aku menolak berbuat seperti itu. Aku ingin menyukakan hati Allah dengan semua kekuatanku, maka aku kadang kala mengambil selang air dan menyirami tubuhku yang kepanasan. Pada sore hari ibuku akan menyiapkan masakan Persia yang sangat lezat dengan sup dan salad, membuat semuanya siap pada waktu buka puasa. Segera setelah azan (panggilan untuk bersholat) terdengar di televisi, aku akan menyikat makanan seperti singa yang lapar. Oh, aku merasa sangat puas.

Ada bulan suci yang lain untuk Muslim Shi'ah yang disebut Muharam. Muharam adalah bulan ratapan untuk mengingat kematian para imam sebagai martir. Selama Muharam, orang berpakaian gelap dan berpesta ratapan. Beberapa mengadakan rhozeh (berkumpul untuk mendengar cerita tragedi tentang para martir) di rumah mereka. Keluarga dan kerabat kami sangat aktif selama Muharam. Bibiku bernazar akan memberi makanan pada orang miskin dan ibuku biasanya yang memasak. Bersama dengan pamanku, mereka akan membuat perapian di halaman belakang dan memasak berkilo-kilo beras dengan ketel dan membagikannya pada tetangga-tetangga.

Selama Muharam umumnya orang-orang yang religius menyewa seorang mullah untuk beberapa jam. Kerabat dan tetangga akan datang dan mendengarkan cerita tentang para martir dari imam, yang diceritakan oleh mullah sementara orang-orang menangis dan memukul dada mereka. Aku kadang kala bergabung dengan rhozeh tetapi aku tidak pernah sungguh-sungguh menyukai pekerjaan menangis. Bagiku itu kelihatan seperti munafik karena beberapa peratap tidak pernah menjalankan sholat.

Selama Muharam aku akan bergabung dengan kelompok pemuda lokal pada malam hari dan pergi untuk sinehzani (barisan peratap). Kami akan berbaris melalui jalan-jalan dan gang dilingkungan kami sambil membawa bendera yang dicelup darah domba kurban. Dengan cambuk pendek, kami akan memukul kepala kami dan bahu sambil menyanyikan nyanyian duka untuk kematian para imam. Kelompok pemuda lainnya yang berani juga berbaris melalui jalan-jalan ratapan.Tetapi ada perbedaan. Mereka fanatik dan buas. Menggunakan cambuk kecil, kami akan memukul diri sendiri untuk memperlihatkan penyesalan kami, tetapi orang-orang itu menggunakan pedang pendek. Dengan baju putih dan kepala gundul, mereka berbaris sepanjang jalan menyanyikan himne ratapan dan memukul kepala mereka dengan sebilah pedang. Pertumpahan darah ini mengaburkan penglihatan. Beberapa dari mereka terinfeksi di otak dan meninggal.

Kadang kala aku menunaikan ibadah haji bersama-sama keluargaku ke kota Mashad di mana kedelapan imam Islam tinggal. Disana aku akan mengajukan doaku yang terpenting, membuat nazar, dan berdoa terus-menerus menghadap Mekah.

Bagaimanapun, menjalankan semua syariat bukanlah pekerjaan mudah. Sholat dan puasa, ratapan, dan begitu banyak peraturan untuk mencuci dan membersihkan diri, pembatasan makanan, dan lain-lain yang merupakan beban berat. Aku berkeinginan melaksanakan semuanya. Betapa aku ingin menyukakan hati Allah!

Tetapi menjalankan semua hukum dan peraturan Islam dan mencoba melakukan yang baik tidaklah cukup. Aku masih merasa kekurangan rasa damai dan kesukaan di dalam hatiku. Ada sesuatu yang hilang dalam hidupku! Meskipun kerabat dan teman selalu memujiku sebagai seorang yang sempurna dalam agama, hidup benar di hadapan Allah, dalam batinku aku mengetahui aku tidak dekat pada-Nya.

Bukan berasal dari keluarga kaya telah membuatku berpikir bahwa jawaban dari kekosongan hatiku terletak pada uang dan posisis sosial yang terhormat. Iran berada diambang pengembangan ke arah masyarakat modern. Pendidikan tinggi merupakan tujuan dari banyak orang muda. Ibu menginginkan aku menjadi seorang doktor. Tentu saja itu merupakan impian setiap ibu. Ayah menginginkan aku mengambil alih pekerjaannya dan menjadi kaya. Aku sendiri menginginkan keduanya. Aku selalu berimpian untuk membuat mereka bangga atasku, dan memiliki cukup uang untuk mendukung mereka pada masa tua mereka. Sektor swasta di Iran tidak menyediakan jaminan sosial atau pensiun. Anaklah yang akan bertanggung jawab atas orang tua mereka bila mereka telah tua.

Pada tahun 1978 mulai terjadi ketidakstabilan politik di negara kami. Tidak lama kemudian kami mendengar teriakan demonstrasi di jalan-jalan di Teheran dan di lingkungan kami: "Turunkan Shah," dan "Khomeini adalah imam kami". Itu adalah pertama kalinya aku mendengar nama Ayatollah Khomeini dalam hidupku. Jeritan dan teriakan serta pertumpahan darah telah mengguncangkan dasar-dasar dari pemerintahan Shah Iran. Khomeini menjadi semakin terkenal setelah ia mengirimkan kaset khotbahnya melawan Shah dari rumah sementaranya di Paris di mana ia diasingkan. Orang-orang memperhitungkannya sebagai pemimpin masa depan dan hanya dia seorang yang mampu menjatuhkan kekuatan pemerintah dan tentaranya. Mereka akan merasa bebas dari tekanan pemerintah Shah. Untuk diriku sendiri dan banyak Muslim yang fanatik, Khomeini adalah imam bukan dalam ranking "Yang Kedua belas", tetapi meskipun demikian orang yang terdekat dengan Allah di muka bumi dan kami menyatakan dia sebagai pemimpin kami dan pahlawan.

Pada musim panas 1978 aku lulus SMA dan terpaksa membantu ayahku dalam bisnisnya. Perselisihan di antara kami makin meningkat. Aku juga tidak lulus ujian masuk universitas, membuat studi lanjut di Teheran menjadi mustahil. Meskipun demikian timbul niat dalam hatiku untuk meninggalkan negara ini guna melanjutkan pendidikan di luar negri. Aku tahu bahwa keluargaku tidak akan mampu mendukungku untuk pendidikan lebih lanjut, maka aku harus mencari tempat di mana aku dapat belajar dan bekerja pada waktu yang sama. Setelah mengumpulkaninformasi, aku membuat keputusan untuk melamar di sebuah perguruan tinggi di Texas, USA. Keluargaku tidak menanggapi serius ketika kukatakan pada mereka kesempatan untuk pergi ke USA. Tetapi ketika kabar diterimanya aku di perguruan tinggi tersebut mengejutkan mereka semua.

 

Bersambung ke bag (3)

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >