Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Hidup Sejati 3/8 PDF Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Friday, 14 March 2008

HARI BESAR itu akhirnya tiba. Waktunya telah tiba untuk meninggalkan tanah airku dan keluargaku. Semua orang datang ke bandara untuk mengantarkan keberangkatanku. Ada banyak yang datang: saudara-saudariku dan keluarga mereka masing-masing serta teman-teman. Kerumunan besar dengan muka yang sedih. Ibukulah yang tersedih dari semuanya. Ia menangis dan menyatakan cintanya terus-menerus. Aku adalah anak kesayangannya. Lagi pula aku adalah anak lelakinya satu-satunya.

Ikatan keluarga sangat kuat di Iran. Kami selalu saling mengunjungi. Kunjungan sangat terbatas pada hari-hari kerja, namun pada hari Jum'at kami akan mengunjungi seseorang atau mendapat tamu. Kami akan bermain, berkelakar, tertawa, minum chai banyak-banyak, dan banyak makan-minum masakan Persia. Pembicaraan umumnya berpusat pada orang-orang yang tidak hadir, suatu kebiasaan yang umum di Iran. Kami tidak pernah berbicara tentang politik atau cuaca atau yang lain seperti itu. Di atas semua itu ada begitu banyak keluarga kami sedemikian hingga kami dapat membuat kota kecil atau suku tersendiri. Adalah tidak sukar menjadi keluarga yang erat seperti kami. Sebagai saudara termuda aku menerima perhatian lebih dan cinta dari saudara-saudariku yang lain. Aku selalu di seputar mereka dan tidaklah mudah untuk meninggalkan mereka semua serta pergi ke negara asing, menjadi orang asing, dan sendirian.

Meskipun dengan hati berat untuk meninggalkan keluargaku, ada rasa gembira di dalam hatiku. Pergi ke dunia yang lain dan mempelajari sesuatu yang baru itu sangat menggembirakan hati dan aku merasa pasti akan bebas dari tekanan ayahku. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri dan membuktikan bahwa aku dapat berbuat sesuatu untuk hidupku.

Ada banyak orang Amerika di dalam pesawat yang meninggalkan Iran, mereka pulang ke rumahnya. Pada waktu itu ada ratusan ribu orang Amerika yang tinggal di Teheran. Lokasi geografis Iran yang strategis merupakan kartu as bagi Amerika yang ingin bermain dengan Rusia. Tetapi ada ketakutan bahwa pemerintah Shah akan jatuh dan banyak orang Amerika meninggalkan Iran. Ada banyak demonstrasi anti Amerika dan kerusuhan.

Tempat duduk di sebelahku diduduki seorang Amerika. Ini adalah pertama kali aku berhubungan dengan orang dari negara lain! Aku segera mulai melatih kemampuan bahasa Inggrisku. Pindah ke Amerika merupakan tantangan yang menyenangkan. Banyak dari apa yang kuketahui tentang Amerika kupelajari melalui film-film Hollywood.

Impianku menjadi kenyataan. Aku senang budaya dan bahasa asing. Di sekolah, bahasa Inggris merupakan pelajaran terbaikku. Betapa aku mendapat perasaan bahwa suatu hari aku akan melakukan perjalanan dan bekerja di negara lain.

Pesawat mendarat di London untuk mengisi bahan bakar. Di tempat transit kami diberi tiket untuk makan dan minum. Dengan tiket di tangan, aku masuk ke bar untuk mendapatkan minuman, wanita di belakang meja kasir menanyaiku sesuatu yang tidak dapat kumengerti. Karena gengsi untuk memintanya mengulangi pertanyaan, aku menjawab, "Ya". Wanita itu tertawa, berbisik kepada pelayan yang lain, dan memberiku sepuluh gelas minuman! Aku baru tahu bahwa aku harus belajar berbicara dengan bahasa yang tepat.

Perhentian berikut adalah New York dan merupakan pengalaman pertamaku dalam kejutan budaya. Pesawat mendarat di bandara Kennedy. Aku harus mendapat penerbangan lanjut dari terminal yang lain ke Houston, Texas. Ada begitu banyak orang dengan begitu banyak perbedaan latar belakang dan warna kulit. Semua kelihatan menjadi berukuran ganda; orang, mobil, dan bangunan.

Setelah melewati imigrasi, aku naik taksi bersama satu keluarga Iran yang juga ingin ke Houston. Sopir taksi meminta bayaran enam kali lipat dari yang tercatat pada argo. Aku menolak untuk membayar dan akan memanggil polisi, tetapi keluarga Iran tersebut sangat gugup dan kaya. Mereka tidak mau bertengkar dan mereka membayar ongkos lebih tersebut. Kami tiba di Houston pukul tiga pagi. Keluarga Iran yang setaksi denganku mengantarkanku ke losmen untuk menghabiskan malam pertamaku di Amerika.

Keesokan harinya aku mendaftar di sekolah bahasa dan mencari kamar sewaan. Pada waktu bertanya-tanya, aku bertemu seorang Muslim dari Iran yang menawariku bantuan dan mengatakan bahwa aku dapat tinggal dengan kelompoknya. Aku sangat berterima kasih kepada Allah yang mempertemukanku dengan orang sebaik itu. Hal ini menolongku mengatasi rasa takut akan tersesat sebagai orang asing.

Berenam kami tinggal di rumah yang disebut "rumah Islam". Disebut demikian karena rumah itu juga terbuka untuk orang Muslim yang datang dari negara bagian yang lain. Kami sering mendapat tamu dari mana-mana. Betapa aku merasa seperti di rumah sendiri. Sedikitnya aku berada di sekitar orang-orang dari negara yang sama dan orang-orang yang juga Muslim. Tetapi mereka terlalu banyak terlibat dalam politik. Sejak hari aku tiba mereka mulai menyalahkanku karena aku telah meninggalkan Iran dan tidak tinggal untuk melawan Shah. Aku bertanya dalam hati pada diriku sendiri, "Kalau mereka begitu ingin untuk berperang, mengapa mereka sendiri tidak pulang untuk berperang?" Namun aku sangat berterima kasih kepada mereka. Mereka memberi tempat padaku untuk tinggal, menunjukkan tempat-tempat di sekitar, dan juga mendapatkan pekerjaan untukku.

Aku tidak aktif dalam politik. Itu adalah permainan yang aneh bagiku dan aku tidak berkeinginan untuk bermain. Yang aku lakukan hanya mengikuti kabar tentang Khomeini. Situasi di Iran makin buruk dari hari ke hari. Banyak yang terbunuh dalam demonstrasi melawan pemerintah. Penyebabnya banyak dan setiap korban membuat jatuhnya Shah semakin pasti.

Hari-hariku sangat sibuk. Selama siang aku belajar. Pada malam hari aku bekerja sebagai pelayan. Aku sangat gembira dapat membiayai hidupku sendiri tanpa pertolongan keluargaku.

Setelah tujuh bulan belajar bahasa di Houston, aku pindah ke New Orlean dan mendaftar di perguruan tinggi. Lagi pada siang hari aku belajar dan pada malam hari aku bekerja.

Setahun telah berlalu, aku mulai rindu pada rumahku, keluargaku, dan teman-temanku di Iran. Meskipun aku menemukan teman-teman baru namun aku sering merasa kesepian. Salah satu penyebabnya adalah karena aku punya kepercayaan yang kuat dalam Islam dan setia menjalankannya. Tidak minum minuman keras dan tidak merokok mariyuana. Hal itu memisahkanku dari teman-teman Amerikaku yang baru.

Terhitung sebagai seorang yang religius, berpikiran picik, dan kadang dianggap kurang wajar, tidak membuatku berhenti menjalankan hukum-hukum Islam. Aku terus melakukan sembahyang lima waktu dan berpuasa selama bulan Ramadhan. Sebagian besar dari pemuda-pemuda Iran telah sangat dipengaruhi gaya hidup pemuda Amerika. Dahulu mereka berdoa, tetapi sekarang mereka minum minuman keras dan merokok mariyuana. Aku ingin menjadi seorang Muslim yang setia.

Aku mengakui bahwa ada saat-saat aku tergoda untuk berhenti. Berpuasa terutama, sangat berat ketika aku bekerja sebagai juru masak di restoran pizza. Sangat tidak mudah untuk menolak minum dan makan selama berdiri dan membuat pizza di depan oven yang menyala selama musim panas yang panjang di New Orlean. Tetapi aku berhasil. Dengan tidak sabar aku menunggu matahari terbenam. Aku akan membuat pizza, meletakkan di dalam oven, dan melihat matahari; membuat pizza, meletakkan di dalam oven, dan melihat matahari. Akhirnya, pada waktu matahari terbenam, aku membuat bagiku sendiri pizza yang sangat besar, menuangi sebotol minuman ringan, dan berbuka puasa.

Tahun 1979 terjadi revolusi Islam di Iran. Shah melarikan diri ke luar negri, pemerintahan jatuh, dan Ayatollah Khomeini kembali ke Iran setelah bertahun-tahun dalam pengasingan. Beliau sangat dihormati oleh rakyat sebagai pemimpin dan imam. Bagi orang Muslim beliau adalah manusia super yang dapat menyebabkan jatuhnya pemerintah Shah. Banyak darah telah tercurah, tetapi rakyat memimpikan Iran yang baru dan merdeka.

Pada tanggal empat November tahun yang sama sekelompok pelajar Muslim menyerang kedutaan besar Amerika di Teheran dan menyandera duta besar Amerika. Kejadian ini menyebabkan perubahan yang pasti dalam hubungan kedua negara. Ini juga mengakibatkan perubahan sikap orang-orang Amerika terhadap pelajar Iran yang tinggal di Amerika "Kita harus mengebom Iran," adalah kata-kata yang sering kudengar dari orang-orang. Orang-orang juga mengejek Khomeini. Mereka membuat nyanyian lucu tentang beliau. Gambarnya menjadi sasaran dan banyak yang membencinya. Aku sering didebat dan acapkali bahkan berkelahi karena hal itu.

Aku tidak dapat bertahan dengan sikap orang-orang Amerika terhadap orang Iran seperti kami. Kadang orang-orang itu memperlakukan kami seakan-akan kami adalah salah seorang penyandera. Aku tidak dapat mengerti kenapa kami disalahkan untuk itu. Aku tidak dapat mengerti sikap dari "Kita bom mereka," dan "Kamilah yang terbaik". Kadang kala aku sangat malu untuk mengatakan pada orang darimana aku berasal. Aku takut seseorang akan membalas dendam padaku.

Rasa takut itu berubah jadi kebencian dan aku ingin pulang. Aku ingat suatu malam aku diundang pesta. Seseorang tahu bahwa aku berasal dari Iran dan mulai berdebat dan aku menjadi sasaran ejekan mereka. Aku meninggalkan pesta itu dan kuputuskan untuk kembali ke Iran. Kuputuskan berperang untuk Khomeini. Sekali lagi aku melarikan diri dari penolakan.

 

 

BAB 3 REVOLUSI

 

HATIKU PENUH sukacita dan harapan ketika pesawat mendarat di bandara Mehrabad. Meskipun baik jika jauh dari keluarga, aku sangat merindukan mereka. Menjadi diriku sendiri selama satu setengah tahun telah mengajariku sedikit pelajaran tentang kehidupan. Aku ingin memberi pada keluargaku, terutama pada ayahku, kesempatan yang lain.

Sejak revolusi aku mendengar banyak hal yang baik tentang Iran. Bagaimana seluruh negara dan rakyat terpengaruh. Aku telah mendengar bagaimana orang-orang menjadi baik satu sama lainnya dan mereka saling membantu satu sama lainnya dengan suka cita. Aku ingin menjadi bagian dari itu. Aku ingin hidup di suatu tanah di mana yang lemah tidak diinjak-injak, di mana terdapat kebebasan untuk semua orang, dan di mana tidak terdapat orang yang jahat. Betapa itu suatu impian! Aku tidak sabar melihatnya dengan mataku sendiri.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sebelumnya aku tidak mengira ada perubahan besar yang terjadi. Perubahannya sangat dramatis. Sikap orang-orang dan kelakuannya sangat berbeda. Mereka bukan orang yang sama yang aku kenal. Dengan sedikit pengecualian, hampir semua orang yang kukenal punya kepribadian dan identitas yang baru. Bahkan cara orang berbicara telah berubah.

Kenyataan ini terlihat padaku sehari setelah kedatanganku. Saudara iparku mengantarku ke bandara guna mengambil bagasiku yang hilang sehari sebelumnya. Kami menunggu berjam-jam di kantor tuntutan bagasi. Segera menjelang giliran kami, mereka mau menutup kantor. Kami mulai berdebat dengan petugasnya. Saudara iparku marah pada petugas tersebut dan mengatakan bahwa petugas itu melawan revolusi. Petugas itu pun marah dan memanggil polisi untuk mengusir kami dari gedung tersebut. Karena tidak ingin ada keributan, aku meminta saudara iparku untuk tidak melayani petugas itu serta menyarankan untuk pergi. Melihat ia keluar, petugas tersebut melompati mejanya dan mengejarnya. Petugas itu melompatinya dan meninju mulutnya. Aku berlari ke petugas tersebut dan mencoba berbicara dengan dia, tetapi ia memukulku pula. Aku jadi sangat marah padanya dan hilang kendali serta mulai berkelahi. Aku memukulnya sangat keras sehingga matanya biru lebam. Polisi datang dan ingin menahan kami. Untunglah kami dapat membereskan semuanya dan tidak didenda. Aku berkata pada diriku sendiri, "Pesta penyambutan yang mengecewakan."

Kelihatannya setiap orang muak terhadap yang lain. Politik telah menjadi isu utama kehidupan sehari-hari. Banyak kelompok-kelompok politik berdiri. Hampir setiap orang punya pendapat yang berbeda tentang bagaimana menjalankan negara ini. Ada pemuda-pemuda di setiap sudut Universitas Teheran, di dalam dan di luar, sedang menjual surat kabar mereka dan buku serta berdebat satu sama lain. Mereka ada yang dari sayap kanan dan kiri; Marxisme, Leninisme, Maoisme, Kapitalisme, Muslim Moderat, dan Muslim Ortodok. Setiap orang percaya pada garis politik yang berbeda yang mereka sebutkan. Aku mendengar orang-orang berbicara tentang garis politik di dalam taksi, pasar, di jalan, dan di mana-mana. Itu terjadi sedemikian hingga orang membuat humor tentang hal itu.

Perbedaan faham politik telah menyebabkan perpecahan di antara teman-teman baikku. Dahulu kami rela mengorbankan diri demi orang lain. Sekarang persahabatan mereka telah beralih ke debat politik serta saling membenci. Betapa berubahnya! Muslim Ortodok menjadi makin berani dan fanatik, orang-orang terpelajar telah menjadi Komunis. Ada perselisihan tajam di antara kedua golongan. Aku sangat terkejut kala suatu hari aku melihatnya, yaitu ketika temanku membawaku ke Universitas Teheran. Di sana ada kerumunan orang-orang muda terpisah dalam dua kelompok utama yang berselisih satu sama lain. Mahasiswa-mahasiswa universitas bergandengan tangan di dalam pagar universitas. Di luar universitas, sejumlah Muslim fanatik memegang tongkat, rantai, dan pisau siap berkelahi dengan para mahasiswa. Aku tidak dapat mempercayainya. Apa yang telah terjadi pada orang-orang ini? Darimana kebencian ini berasal? Mengapa mereka begitu haus darah? Apa yang telah terjadi dengan orang-orang ini yang dahulunya terkenal keramah-tamahannya? Mereka adalah orang-orang yang dahulu telah berkorban untuk orang lain! Tidakkah telah cukup darah tercurah karena revolusi? Kebebasan macam inikah yang mereka perjuangkan? Apa yang akan terjadi? Aku meminta pada temanku agar segera menjauhi tempat itu. Aku dapat mencium darah dan kebencian. Ini bukan yang sesungguhnya ingin kulihat. Tentu saja keluargaku pun tidak terkecuali dari perubahan itu. Ada perpecahan di antara saudara-saudariku. Salah satu dari mereka telah bercerai dan ada ketegangan terus-menerus di antara mereka.

Aku bingung. Tiada kedamaian dan ketentraman dan aku tidak tahu jawabnya lagi. Harapanku atas tanah impian telah berubah menjadi mimpi buruk. Aku merasa kekosongan yang dalam di dalam diriku. Betapa aku merasa bahwa aku tidak berada di tempat yang benar. Aku berpikir untuk meninggalkan negara ini lagi. Tetapi ke mana? Adakah tempat di mana dapat kutemukan kedamaianan dan arti hidup?

Ibuku mengerti kegelisahanku. Ia adalah sahabat terbaikku dan mengerti aku dengan baik. Ibu ingin menolongku dengan caranya sendiri. Ia ingin aku menetap dan tenang di Iran. "Waktunya telah tiba bagimu untuk membuat keluargamu sendiri," katanya padaku suatu hari ketika kami berbelanja bersama. Ia bahkan telah punya pilihan seorang gadis dalam keluarga kami.

Menikahi seorang gadis dari keluarga jauh merupakan hal yang biasa dalam budaya Persia. Ketika seseorang menikah, ia tidak hanya menikahi gadis tersebut, melainkan juga keluarga gadis tersebut. Biasanya akan dipilih gadis dari keluarga yang baik, suatu keluarga yang kondang dan mapan. Hal ini sangat penting bagi orang Persia karena seorang gadis akan dipengaruhi keluarganya. Karena orang umumnya mengetahui keluarganya sendiri, menikah di dalam keluarga adalah yang terbaik.

Pernikahan dan adatnya sangat rumit pada budaya Timur dibandingkan budaya Barat, demikian pula di Iran. Tradisi dan proses upacara pernikahan di Iran sangat unik dan tidak terlupakan. Di Barat, banyak pasangan mulai dengan saling jatuh cinta. Di jaman dahulu, banyak pernikahan tidak dimulai dengan roman, karena pernikahan diatur oleh keluarga.

Saat ini, pernikahan dimulai dengan percintaan rahasia antara pasangan. Jika mereka jatuh cinta dan segala sesuatu berjalan baik, mereka memutuskan untuk menikah. Lalu si lelaki harus mengatakan pada orang tuanya bahwa ia telah menemukan calon istrinya. Lalu orang tuanya mencari informasi tentang si gadis dan keluarganya. Jika informasi tersebut telah disetujui oleh orang tua si lelaki mereka kemudian pergi mengunjungi si gadis dan keluarganya.

Umumnya orang tua si gadis lebih bersuka cita dalam hal ini daripada orang tua si lelaki. Mereka juga ingin anak gadisnya tetap perawan sampai ia menikah. Kehilangan keperawanan ibarat kehilangan nama baik keluarga. Seorang gadis yang kehilangan keperawanannya kehilangan kesempatan untuk mendapat suami.

Calon pengantin wanita melakukan yang terbaik dalam hidupnya untuk mendapat restu dari orang tua si lelaki pada hari mereka berkunjung. Ia akan menunjukkan yang terbaik dari hidupnya. Ia memasak masakan yang terbaik yang telah dipelajarinya, dan melayaninya dengan penuh perhatian. Ia tahu bahwa calon mertuanya dapat membuat semuanya berbeda. Orang tua tertentu bahkan dapat mematikan seluruh permainan. Tentu saja orang tua si gadis juga mencari informasi tentang pendidikan si lelaki, pekerjaan, dan keluarganya.

Ketika kedua orang tua dari keluarga itu telah merestui satu sama lain, mereka mengatur hari khostegari (tawar-menawar tentang bantuan dalam pernikahan). Hal terutama yang didiskusikan adalah merieh. Merieh adalah sejumlah uang yang pihak mempelai lelaki setuju untuk bayarkan kepada pihak mempelai wanita bila pernikahan harus diceraikan olehnya. Tentu saja, makin tinggi pembayaran makin kecil resiko untuk si lelaki menceraikan istrinya.

Setelah orang tua dari pasangan baru telah setuju dengan merieh, maka hampir semua hal telah beres. Setelah hari khostegari ini, akan diatur hari pesta pertunangan. Mempelai lelaki membeli cincin dan perhiasan untuk diberikan kepada mempelai wanita pada hari pesta pertunangan. Itu merupakan hari yang besar dan penuh kesukaan. Jahazieh adalah tradisi yang lain yang sangat dihargai pihak mempelai lelaki, yakni perabot dan peralatan rumah tangga bagi pasangan baru. Itu akan mencakup barang-barang seperti karpet, kulkas, oven, dan peralatan masak-memasak. Mempelai pria yang miskin akan melewati pernikahan dengan menghabiskan semua tabungannya dan dapat dikatakan bangkrut. Maka, jahazieh yang baik sangat diharapkan. Jahazieh kemudian dibawa ke rumah pasangan baru beberapa hari sebelum menikah.

Hari pesta itu sendiri diawali dengan upacara pernikahan yang dilakukan oleh seorang mullah, biasanya pada salah satu rumah tersebut. Sore itu pesta besar akan diselenggarakan di ruangan yang disewa. Malam yang penuh musik, tari, makan, dan hiburan.

Gadis yang disarankan ibuku sungguh sangat menggoda. Ibuku telah memilih gadis yang tidak mudah ditolak. Ia adalah cucu bibiku dari pihak ayah, sangat halus, lembut, cekatan, dan cantik.

Sebagai pemuda aku sangat tertarik padanya. Aku teringat ketika mereka datang mengunjungi rumah kami. Aku selalu gugup melihat padanya. Aku takkan berbicara banyak padanya. Gengsiku takkan membiarkanku menunjukkan ketertarikanku padanya. Maka suatu hari aku memberanikan diri mengajaknya keluar. Aku terkejut karena ia menerima ajakanku dan aku menemukan bahwa ia lebih tertarik padaku daripada aku tertarik padanya. Kami pergi menonton bioskop dan makan roti serta es krim setelah itu. Itu adalah pacaranku yang pertama dan terakhir dengannya karena aku tidak tertarik kepadanya.

Tetapi aku berpikir menikah akan menolongku dalam situasi ini, mengatasi rasa bingung dan kekosongan hatiku. Mempunyai keluarga sendiri akan menghentikan pencarianku. Hal itu akan membuatku tetap sibuk mendukung mereka. Mempunyai tanggung jawab akan memberiku sesuatu untuk dicapai dalam hidup, mengisi semua hariku tanpa waktu untuk duduk dan bermimpi di siang hari.

Aku tidak mencintainya atau sedikitnya tidak punya perasaan yang sama padanya seperti kala aku masih belasan tahun. Tetapi aku menyukainya dan gaya hidupnya. Dia memiliki sesuatu yang aku sebut sebagai 'kelas'. Ibu dan semua saudariku sangat menyukainya. Mereka semua berharap aku akan setuju menikah dengannya. Aku tidak siap untuk menjalankan hal seperti itu. Tetapi sebenarnya dinikahkan kedengarannya menyenangkan. Merasa bahwa aku tidak terlalu melawan hal itu, ibu dan saudari-saudariku serta ibunya mengajak mengadakan perjalanan keluarga ke Mashad. Tentu saja mereka juga mengajakku serta!

Ide mereka berjalan dan pancing mereka tergigit. Aku setuju untuk pergi dengan keluargaku untuk khostegari. Gadis itu bertunangan denganku dan aku setuju merieh setengah juta toman (setoman kira-kira sama dengan 1/7 dollar). Kami setuju bertunangan dan menunda pernikahan sampai aku lulus universitas. Itu berarti menunggu beberapa tahun. Aku mendapat pekerjaan di perusahaan dagang saudaraku laki-laki sebagai penerjemah dan aku menghabiskan semua waktu luangku dengan tunanganku dan keluarganya.

Nah, kerabatku sangat gembira atas pertunangan itu, tetapi tidaklah demikian denganku. Perasaanku masih tetap sama. Bertunangan tidak mengisi kekosongan yang besar di dalam diriku. Aku tidak ingin menghapus impian-impianku seperti yang dilakukan saudara-saudariku yang lain. Beberapa dari mereka telah puas dengan pernikahan dan keluarganya. Yang lain tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka hanya punya keberadaan. Aku tidak ingin hanya punya keberadaan. Aku ingin hidup. Aku ingin mencapai sesuatu dalam hidupku dan mengetahui tujuan hidupku, punya arti, dan tujuan.

Dorongan itu semakin kuat padaku untuk meninggalkan negri ini lagi. Tetapi ke mana aku bisa pergi? Aku masih punya sisa visa tiga tahun ke Amerika tetapi kasus penyanderaan tidak berubah. Hubungan kedua negara tidak bertambah baik. Presiden Carter telah memulangkan beberapa orang Iran dan tidak lama lagi mereka akan memulangkan yang lain. Aku tahu bahwa aku takkan diterima di sana. Itu pasti.

Mencari beberapa kemungkinan, aku menemukan bahwa salah seorang saudara laki-laki temanku berada di Swedia. Maka dari semua negara Eropa, aku putuskan pergi ke Swedia dan tinggal di sana sampai kasus penyanderaan diselesaikan. Lalu aku akan kembali ke Amerika menyelesaikan studiku.

Aku sangat lelah dan situasi di Iran tidak bertambah baik. Aku harus pergi. Lingkungan baru dan tantangan baru akan menjaga pikiran dan hatiku tetap sibuk dari kesadaran akan kekosongan hati.

Sekali lagi berita tentang kepergianku membawa banyak air mata dari mata orang-orang yang kucintai. Kali ini aku harus pula menghibur tunanganku. Ia mengadakan pesta perpisahan di rumahnya. Saudara-saudariku dan banyak teman diundang.

Aku tidak jujur dan adil dalam menyatakan perasaanku padanya. Menerima begitu sedikit cinta dan perhatian dariku setelah aku meninggalkan Iran, ia menyatakan pertunangan dibatalkan.

Keluargaku melihatku pergi ke bandara membuatku sangat sedih. Aku tahu akan makan waktu sangat lama sebelum aku dapat bertemu mereka kembali. Aku tidak tahu apa yang salah. Aku mengambil keputusan tidak pulang ke rumah walau apa pun yang terjadi padaku.

 

Bersambung ke bag (4)

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >