Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Hidup Sejati 5/8 PDF Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Monday, 17 March 2008

Sambungan dr bag (4)

SEJAK AWAL hidup baruku, aku telah aktif bersaksi pada orang-orang tentang Yesus dan kepercayaanku kepada-Nya. Bersama-sama dengan saudara-saudara bangsa Swedia dan Iran yang telah beralih agama di Swedia, kami membuat kelompok studi Alkitab. Kami juga mengunjungi orang-orang Muslim dan mengabarkan berita Injil kepada mereka.

Aku suka belajar Alkitab dengan caraku sendiri pada pelajaran yang berbeda-beda. Aku akan duduk sampai jauh malam, membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Aku sangat tertarik untuk membacanya. Di dalamnya terdapat cerita tentang bagaimana Yesus menyembuhkan dan menyelamatkan orang. Aku sangat suka membaca tentang bagaimana Ia menyembuhkan yang sakit. Ketika aku mengetahui bahwa Ia berjanji kepada pengikut-Nya bahwa mereka pun bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan, aku sangat bergembira. Aku sering mencari orang yang sakit, kepada mereka kami saksikan Injil guna berdoa untuk mereka.

 

Aku mengambil setiap kesempatan untuk melatih imanku, tidak peduli walaupun hal itu kelihatan menggelikan. Selama enam bulan aku bekerja di kantor percetakan milik gereja kami. Sering bila aku seorang diri dalam ruang cetak, aku akan mengkhotbahkan Firman Tuhan yang sedang aku renungkan kepada mesin-mesin cetak itu. Aku akan berlatih berkhotbah padanya. Suatu hari bosku mendapatiku dan ia tersenyum, menanyakan apakah mesin itu telah diselamatkan. Suatu ketika saat ia sedang pergi selama seminggu untuk mengunjungi ibunya di kota lain, mesin itu rusak. Aku sedang sendirian di sana untuk mencetak majalah bulanan salah satu gereja lokal. Mesin tersebut telah rusak sebelumnya dan bosku telah memperbaikinya. Ia mengatakan bahwa jika mesin itu rusak lagi selama ia pergi, aku dapat pulang dan berlibur selama seminggu di rumah sampai ia kembali. "Tetapi," pikirku, "tidak ada salahnya bila aku berdoa untuk mesin ini. Jika Yesus menghidupkan orang mati, Ia pasti dapat menghidupkan mesin mati pula." Aku meletakkan tanganku pada mesin cetak tersebut. Tiada yang terjadi, aku membuang ide tersebut dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan sisa tinta di tanganku serta pulang. Aku mendengar suara Tuhan berkata, "Apakah engkau sungguh percaya Aku dapat memperbaiki mesin tersebut?" Aku berbalik dan berdoa untuk mesin itu lagi, kali ini dengan iman dan pengharapan. Mataku tetap menyala ketika aku menekan tombol dan mesin tersebut mulai berjalan kembali. Imanku bertumbuh makin kuat dalam kuasa Allah.

Di samping bekerja aku belajar, mengambil beberapa pelajaran prasyarat untuk memasuki sistem universitas di Swedia. Tetapi setelah belajar tiga semester aku menyadari bahwa hatiku tidak lagi tertarik pada buku dan sekolah. Aku putuskan mengambil cuti kuliah setahun untuk melayani Tuhan di ladang misi di luar Swedia.

Lars, saudara seimanku orang Swedia yang membimbingku kepada Tuhan, mengatakan bahwa ia dan keluarganya telah memutuskan pergi ke Spanyol untuk bekerja di antara orang-orang Iran di sana. Pada waktu itu, ada seratus ribuan pengungsi Iran yang lari dari perang Iran-Irak mengungsi ke Spanyol. Lars ingin menyebarkan berita Injil tentang Yesus di antara mereka. Ia menanyakan apakah aku tertarik untuk bergabung bersama mereka serta membantu. Aku minta waktu untuk mendoakan hal ini. Aku bertanya pada Tuhan memohon petunjuk-Nya tentang penawaran ini.

Sekitar seminggu kemudian aku menerima sebuah surat dari seorang wanita Inggris yang tinggal di Spanyol dan bekerja untuk organisasi Kristen Youth With A Mission (YWAM). Aku tidak kenal dia. Aku bahkan tidak pernah mendengar namanya. Dia juga tidak tahu apa pun tentang Lars dan rencana mereka ke Spanyol ataupun tentang ajakan mereka padaku. Kemudian aku mengetahui bahwa ia mengetahui tentang aku dari beberapa orang saudara seiman di Inggris. Dalam suratnya ia menanyakan apakah aku tertarik untuk pindah ke Spanyol membantu mereka yang mulai bekerja di antara pengungsi Iran. Hatiku tergetar menerima suratnya. Aku telah bertanya kehendak Tuhan tentang Spanyol dan Ia menjawabku dengan sangat jelas.

Kuputuskan pergi ke Spanyol selama seminggu pada musim panas dan memeriksa situasi. Di sana aku bertemu sekelompok orang Iran yang percaya dan beberapa mantan misionaris yang melayani di Iran. Mereka berada di sana selama musim panas memberitakan Injil di antara orang Iran.

Pada musim panas tersebut banyak orang Iran yang mendapat kesempatan untuk mendengar berita kesembuhan dan pengampunan dari Yesus. Sejak revolusi dan perang, banyak dari antara mereka mengalami penganiayaan dan kesan buruk tentang Islam. Banyak orang Persia yang mengingkari iman mereka terhadap Islam yang dulunya sangat mereka hormati. Sejak revolusi, lebih dari tiga juta orang Iran melarikan diri dari negaranya ke seluruh penjuru dunia. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk membagikan harapan dan cinta dari Yesus kepada orang-orang ini, yang negaranya tertutup bagi penginjilan dan yang kecewa terhadap agamanya. Aku menghabiskan seminggu di sana dan membantu tim itu.

Aku tidak tahu apa penyebabnya, tetapi kesan pertamaku terhadap Spanyol kurang menggembirakan. Aku tidak menyukainya dan sekembaliku ke Swedia aku mencoba melupakan ide untuk pindah ke Spanyol. Sebagai gantinya aku melanjutkan studi. Aku diterima di Universitas Guthenburg yang terletak di pantai barat Swedia, di suatu kota sekitar 350 mil dari Stokholm. Aku pindah ke Guthenburg dan mulai kuliah. Aku menyewa apartemen, membeli perabotan, dan barang-barang yang kubutuhkan untuk rumah yang baru.

Aku sangat senang bisa diterima di salah satu universitas terkemuka di Swedia. Namun aku tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Kedamaianku tidak sempurna. Duduk di kelas pada hari pertama tidaklah terlalu menggembirakan lagi. Itu pelajaran matematika. Aku tidak dapat mengerti apa yang diajarkan oleh Profesor. Konsentrasiku benar-benar buyar. Di rumah, pada sore hari, dalam ruangan tertutup aku mencoba untuk mengulang pelajaran hari itu tetapi pikiranku buntu, aku tak dapat mengerti buku itu. Ini sangat aneh. Hari kedua juga sama. Aku merasa salah tempat sekarang. Sore itu aku mencoba lagi untuk belajar tetapi tiada harapan. Aku berdoa pada Tuhan dan kemudian aku melihat apa yang salah. Aku baru menyadari bahwa aku telah tidak mematuhi kehendak-Nya. Tuhan telah memanggilku ke Spanyol, bukan ke Guthenburg. Aku telah menyimpang ribuan mil.

Kututup bukuku malam itu dan memohon pengampunan-Nya. Hatiku ada di Spanyol meskipun aku tidak menyukai hal itu. Hari berikutnya aku pergi ke sekolah mengatakan kepada dekan tentang pemberhentianku. Dia sangat terkejut! Kujual buku-buku dan memberikan perabotanku pada beberapa teman. Barang yang kusisakan adalah sebuah ransel punggung dan sebuah kopor. Aku beli tiket kereta api dan berangkat ke Spanyol.

 

 

BAB 6 SPANYOL, TANAH MATAHARI

 

PERJALANAN ke Spanyol memerlukan waktu tiga hari. Ketika tiba di Madrid kuhubungi wanita Inggris yang menyuratiku dulu. Aku menyewa sebuah ruangan di gedung YWAM di Madrid. Segera setelah kedatanganku, seorang mantan misionaris dari Iran yang bekerja bersama dalam tim musim panas yang lalu, datang bersama keluarganya dari Inggris. Mereka juga memutuskan mempersembahkan beberapa tahun untuk bekerja di antara orang Iran di Spanyol.

Kami segera memulai pekerjaan penginjilan. Langkah pertama adalah menemukan orang-orang Iran. Kami berjalan keliling mencari tempat-tempat mereka biasanya berkumpul: di jalan, di pasar, di kafetaria, ruang bilyard, dan lain-lain. Pada waktunya kami akan pergi ke pusat kota Madrid dengan membawa Injil bahasa Persia mencari orang yang mirip orang Iran.

Rekan misionarisku dan aku merupakan pasangan yang sangat menarik bagi banyak orang. Ia seorang Inggris sedangkan aku seorang Persia. Ia sangat tinggi dan kurus. Aku selalu tertinggal 10 yard jika berjalan bersamanya. Orang-orang tertarik pada aksen Persianya dan kenyataannya ia mampu berbahasa Persia dengan fasih, ini merupakan nilai tambah untuk berhubungan dengan mereka.

Aku dan rekanku turun ke jalan hingga jauh malam untuk mencari dan bersaksi kepada orang Iran. Kami sering berdiskusi masalah agama berjam-jam dengan mereka. Jika mereka tertarik, kami akan mengatur pertemuan lain sebagai tindak lanjut. Orang-orang telah menjadi takut beragama apa pun karena konsekuensi yang telah mereka hadapi di Iran. Kami mencoba yang terbaik untuk tidak bertingkah seperti orang yang beragama.

Sekali kami dapat mengetahui tempat di mana mereka berkumpul, kami akan terus menjalin hubungan. Beberapa dari mereka mengundang kami ke rumah dan membuat masakan Persia yang lezat. Kami makan masakan mereka dan mengobrol berjam-jam tentang Yesus dan tentang iman kami kepada-Nya. Jika mereka tertarik, gantian kami mengundang mereka ke rumah dan mempererat persahabatan kami. Kadang-kadang kami mengadakan piknik bersama, bermain berbagai permainan. Kami juga berdoa bersama mereka.

Kami mengasihi mereka. Itulah yang mereka perlukan yaitu kasih. Aku sering duduk bermain catur atau semacamnya, yang sangat populer di antara mereka. Kadang aku bermain bilyard guna menjalin persahabatan dan memperlihatkan kasihku. Jika aku sanggup memenangkan permainan, mereka akan mengajakku bermain lagi dan aku akan berbicara lebih banyak tentang Yesus. Aku ingin melakukan apa saja dalam kekuatanku dan kekuatan Tuhan guna memenangkan mereka bagi Kristus. Kami tidak mau berprilaku seakan-akan seperti orang rohani, yang kasihnya ditawarkan hanya untuk ditukar dengan keselamatan mereka.

Melayani bersama dengan saudara dari Inggris yang telah tinggal di Iran selama sembilan tahun dan fasih berbahasa Persia merupakan suatu kesenangan. Orang sering ingin tahu mengapa ia sangat tertarik pada mereka. Acapkali kami diundang kebeberapa rumah dan ditawari beberapa makanan Persia. Diundang ke rumah orang Persia merupakan tanda kepercayaan dan permulaan yang baik untuk membagikan Injil Yesus Kristus. Mereka menikmati persahabatan kami dan kami menikmati makanan mereka!

Kami bertemu orang dari berbagai lapisan masyarakat: kaya dan miskin, Muslim fanatik dan sekuler, Armenian dan Bahai, Komunis dan atheis. Beberapa dari mereka pernah dipenjarakan, beberapa pernah berperang, dan beberapa kehilangan keluarga dan harta bendanya. Mereka merupakan korban kefanatikan suatu agama. Kami mendengarkan pergumulan mereka dan memberitahukan bahwa ada satu yang memperhatikan mereka dan mempunyai kekuasaan untuk menyembuhkan dan membebaskan mereka.

Para pengungsi Iran ini butuh kasih dan penerimaan. Mereka telah kehilangan kebanggaan dan jaminan hidup. Tidak mudah bagi orang Iran untuk kehilangan kebanggaan dirinya. Banyak dari mereka melarikan diri bersama keluarganya meninggalkan semua yang dimiliki. Mereka tidak mau disebut pengungsi. Mereka pun tidak mau menceritakan kesulitan yang mereka alami. Beberapa dari mereka tidak berhubungan dengan orang Spanyol karena tidak dapat berbahasa Spanyol. Banyak dari mereka menutup diri, bahkan tidak berhubungan dengan orang sebangsanya karena kehilangan kepercayaan.

Sebagai pembawa berita Kristus, aku tidak membedakan ras, agama ataupun latar belakang. Aku berteman dengan orang Yahudi, Bahai, Muslim, Komunis, dan Armenian. Dahulu sebagai seorang Muslim aku membenci dan memandang hina sebagian besar dari orang-orang ini. Aku takkan menyentuh orang Kristen atau Yahudi atau Bahai. Waktu itu aku sangat membenci Komunis atau atheis. Sebagai pemuda belasan tahun di Iran, aku selalu mencuci tangan setiap kali sehabis bermain dengan tetanggaku yang Kristen. Ketika tetangga Yahudi kami memberi kami beberapa kue dan roti kering, kami tidak pernah memakannya, kami menganggap itu najis. Tetapi sekarang, aku mencintai mereka dari dasar hatiku dan berdoa pada Tuhan untuk keselamatan dan kedamaian mereka. Aku mengunjungi mereka, datang ke rumah mereka, dan makan makanan mereka. Aku sering menginap di rumah mereka dan mendengarkan cerita mereka sampai hampir fajar. Mereka membuatkan makanan untukku, dan aku tidur di dipan mereka.

Aku tahu bahwa hanya cinta Yesus yang mampu menghibur kesusahan dan mengobati luka hati mereka. Aku tahu bahwa sekali mereka menerima Yesus dalam hidup mereka, mereka akan disegarkan dan menemukan kekuatan baru. Seperti Alkitab katakan: Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan.5 Mereka membutuhkan waktu penyegaran, keinginan baru untuk hidup, dan hidup baru. Aku tahu Yesus akan menyelamatkan mereka sekali mereka mau menyerahkan hati pada-Nya. Aku ingin meraih mereka sebanyak mungkin. Aku ingin menceritakan mereka tentang Juruselamat. Seperti Ia telah menyelamatkanku dari keputusasaan, Ia akan berbuat yang sama untuk mereka. Aku memiliki pengharapan dan aku ingin mereka mengetahui bahwa mereka juga dapat memilikinya jika percaya.

Kondisi pengungsi yang tinggal di Spanyol merupakan sebagian yang terburuk dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah tidak mampu menangani mereka. Sangat sedikit yang menerima status tinggal sejauh yang kami ketahui. Pemerintah juga tidak memberikan bantuan sosial kecuali melalui palang merah, yang darinya mereka menerima bantuan yang amat sedikit tiap bulan. Karena tingginya angka pengangguran di Spanyol sebelum mereka datang, mereka pun tidak dapat memperoleh pekerjaan. Inilah sebabnya mereka menjadi terlibat dalam pelacuran dan obat-obatan terlarang. Hampir setiap dari mereka mencoba mendapatkan tempat pengungsian di Amerika Utara atau negara-negara Eropa lainnya.

Sebuah organisasi yang didirikan dengan nama IRC (International Rescue Commitee) menolong para pengungsi mendapatkan asilum di Amerika Serikat. Aku mendapat pekerjaan sebagai penerjemah pada IRC. Melalui pekerjaan ini aku melakukan banyak hubungan dengan orang Iran untuk membagikan kabar baik tentang berita Injil Yesus Kristus. Itulah sebabnya aku melamar pekerjaan ini, di samping membantu keuanganku sementara.

Hidup di Spanyol merupakan langkah iman bagiku. Aku harus percaya pada Tuhan untuk kebutuhanku tiap bulan. Lars mengirimkan sejumlah uang dari Swedia namun hanya cukup untuk memenuhi separuh kebutuhanku. Setiap bulan aku berteriak minta tolong pada Tuhan. Aku belajar bahwa satu-satunya jalan adalah percaya kepada Tuhan. Aku tidak dikirim oleh organisasi misionaris, maka satu-satunya jalan untuk hidup hanya dengan percaya pada Tuhan. Itulah yang Tuhan inginkan juga. Aku tidak dapat mengajar orang untuk percaya pada Tuhan jika aku sendiri gagal melakukannya. Hal itu tidaklah mudah, tetapi Allah memenuhi kebutuhan keuanganku setiap waktu. Aku belajar untuk tidak kuatir melainkan percaya. Tentu saja ada saatnya aku hanya dapat makan roti dan minum teh saja. Walaupun demikian hal itu tidak melepaskan kepercayaanku pada-Nya.

Aku teringat pada suatu hari aku dalam keadaan kesulitan keuangan yang berat. Apa yang kumiliki hanyalah 35 Peseta, untuk naik kereta ke tempat kerja juga tidak cukup. Hari itu aku harus percaya pada Tuhan. Aku berdoa dan meminta uang 5.000 Peseta (sekitar US$40) agar bisa makan sebelum pembayaranku dari IRC tiba. Aku berjalan keliling taman kota dan berterima kasih untuk 5.000 Peseta yang belum aku terima. Alkitab mengatakan Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.6Tentu saja aku dapat meminjam dari teman, tetapi aku menolak untuk meletakkan kepercayaanku pada manusia. Lebih baik aku mati kelaparan dengan iman pada Yesus daripada hidup berkelimpahan tanpa iman pada-Nya. Ketika sedang berjalan kutemukan satu Peseta di tanah. Dengan iman yang sederhana kuberkata pada Tuhan, "Terima kasih ya Tuhan untuk 4.999 Peseta yang tertinggal." Hari selanjutnya aku menerima pemberitahuan dari bank bahwa ada kiriman 22.000 Peseta untukku dari Swedia. Haleluya! Hari itu aku adalah orang terbahagia di Spanyol. Semakin hari semakin banyak aku belajar dan mengerti prinsip-prinsip iman.

Aku melatih imanku tidak hanya dalam bidang keuangan melainkan juga dalam bidang kehidupan yang lain. Sebuah apartemen disewakan oleh sebuah gereja karismatik di Madrid supaya kami dapat mengadakan studi Alkitab dengan orang-orang Iran. Lokasinya di lingkungan yang sangat tua di pusat kota Madrid. Gedungnya sangat tua dan tidak terpelihara. Apartemen itu terletak di lantai dua. Temboknya telah retak, lantainya terkelupas, dan dapurnya kelihatan seperti kapal karam dengan lantainya yang miring. Keadaannya sangat dingin pada musim dingin karena tidak cukup ruang untuk meletakkan pemanas. Kelebihan rumah ini satu-satunya hanyalah letaknya yang mudah dicapai dari berbagai tempat. Aku tinggal di sana seorang diri untuk melayani teman-teman Iran kami dan tentu saja merupakan tempat yang murah untuk tinggal.


Suatu hari ketika aku sedang berada di kamar mandi, aku bertanya dalam hati apa yang akan kulakukan jika bangunan ini roboh mendadak. Tiba-tiba atap kamar mandi jatuh, semua kecuali bagian yang berada tepat di atasku. Aku kira bangunan itu sedang roboh, maka dengan telanjang aku lari ke luar kamar mandi dan memanggil Nama Yesus. Tangan Tuhan melindungiku dan aku tidak terluka. Namun kami diminta pemilik apartemen untuk mengosongkan tempat itu. Kami dapat menyewa sebuah bangunan gereja dan melanjutkan pertemuan-pertemuan kami. Aku sendiri pindah ketempat lain, tidak lebih hangat, namun lebih aman.

Sejalan dengan waktu kami mengetahui banyak orang Iran dan banyak yang mengunjungi pertemuan kami. Beberapa ingin mengetahui kami lebih banyak, yang lain hanya ingin dibantu. Banyak dari pengunjung ini sedang mencari kebenaran dan bersikap jujur, meskipun ada juga yang datang mengunjungi kami hanya untuk berdebat, menertawai kami atau memata-matai kami. Tetapi, Tuhan memberkati pekerjaan kami, banyak yang menerima Yesus dalam hati mereka.

Bekerja di antara mereka ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita perlu segenap buah Roh terutama kesabaran, kelemahlembutan, dan penguasaan diri untuk membentuk suatu kelompok yang benar-benar percaya di antara mereka. Mereka berbeda dengan kelompok lain yang pernah aku lihat. Kami perlu anugrah Tuhan dan Ia memberikannya.

Dalam kelompok kami terdapat orang-orang seperti Babak dan Wzat. Yang satu seorang wanita Bahai dan yang lain seorang Muslim sekuler yang terikat judi. Ada pula Sima yang sombong dan selalu berdebat bahwa Islam lebih baik. Jalil telah menghabiskan dua tahun dalam perang Iran-Irak dan sering menyebabkan pertengkaran. Mojdeh sangat curiga pada setiap orang dalam kelompok. Shamaz sering berdebat dan berbicara di belakang kami. Valin haus akan Firman Tuhan tetapi istrinya Shiba tidak demikian. Masoud tidak menyukaiku, dan Ziba adalah wanita yang menyedihkan karena saudaranya meninggal di penjara Iran. Jala sangat pendiam, tidak seorang pun tahu bagaimana pendiriannya. Mahin sering berbohong dan Golam kehilangan uangnya di meja jackpot. Akbar mengatakan ia pernah bergabung dengan Mujahidin dan pernah membunuh dua puluh orang. Ia juga menyebabkan banyak pertengkaran. Mehdi sangat genius dalam berdiskusi. Ia seorang berpendidikan dan anak dari penulis Islam fanatik di Iran. Silvia sangat gemar menolong namun agak kebingungan. Afsaneh sangat serius. Joan terkenal sebagai peratap karena ia kehilangan semuanya. Dariush setengah gila; tidak seorang pun tahu apakah ia bicara benar atau bohong. Nadom seorang asing yang berbahasa Persia dengan aksen yang pecah dan sulit untuk percaya. Berit dan keluarganya menyediakan makanan yang lezat namun tidak tertarik hal-hal rohani. Hassan lebih tertarik karate. Masih ada yang lain, masing-masing dengan keistimewaannya.

Mereka merupakan sebagian dari orang-orang yang menerima Yesus selama dua tahun pekerjaanku di Madrid. Mengumpulkan mereka semua dan membentuk gereja dari mereka adalah keajaiban Tuhan. Kadang kala aku ragu apakah Tuhan ingin melupakan mereka. Dengan satu perkecualian, mereka semua datang dari latar belakang bukan Kristen. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang pola hidup ke-Kristenan. Satu-satunya 'terang' yang mereka tahu hanyalah berjalan dalam kegelapan. Seorang atheis di Eropa yang paling fanatis sekalipun tentu memiliki lebih banyak pengetahuan tentang Kristus. Tidaklah demikian dengan mereka ini, satu-satunya pengetahuan yang benar tentang Yesus yang mereka ketahui ialah bahwa Yesus dilahirkan oleh perawan Maria. Tetapi kemuliaan hanya bagi Allah karena semua yang Ia perbuat untuk mereka. Sekali mereka mengetahui tentang Yesus dan tinggal dalam Firman-Nya, mereka menjadi ciptaan baru. Hidup dan gaya hidup mereka diubahkan. Tuhan bekerja di antara mereka. Mereka bertumbuh makin matang dalam iman kepada Yesus Kristus. Setiap mereka dapat menyaksikan kuasa Tuhan dalam hidup mereka.

Melayani di antara orang-orang ini selama dua tahun merupakan sekolah bagiku untuk belajar. Aku belajar mengetahui lebih banyak tentang kasih, kesabaran, anugrah, dan kekuasaan Allah. Sangat menyenangkan melihat hasil buah pekerjaan kita, menyaksikan dari tangan pertama bahwa bagi Yesus tidak ada yang mustahil. Hal itu menguatkanku dan memberi keberanian tentang kuasa keselamatan Tuhan. Aku bangga dengan orang-orang Kristen yang baru bertobat ini. Mereka seperti anak-anakku. Aku merasa seperti seorang ayah yang bertanggungjawab atas jiwa mereka meskipun aku lebih muda dari sebagian besar dari mereka. Aku seperti menggembalakan domba-domba Allah. Aku tidak ingin mereka kehilangan anugrah Allah. Aku berdoa dan berpikir terus-menerus untuk mereka. Mereka menjadi bagian kehidupanku sehari-hari. Ini bukan pekerjaan melainkan jalan hidup. Aku belajar lebih banyak selama dua tahun ini tentang melayani Tuhan dan pelayanan; lebih daripada semua buku yang pernah kubaca atau pengajaran yang pernah kuterima. Selama waktu itu Tuhan menghancurkan sebagian besar dari rasa egois, kecongkakan, dan keangkuhan hidupku. Aku belajar dengan mempraktekkan pengajaran-pengajaran Yesus. Aku tidak lagi hidup untuk diriku sendiri, melainkan untuk Dia yang memberiku hidup. Yesus telah menyalibkan Reza lama pada Salib-Nya. Seorang manusia baru telah bangkit, yang mencintai Allah tidak hanya dengan kata-kata melainkan dalam realitas Firman Allah. Seorang yang tidak haus darah atau penuh kebencian, melainkan seorang yang terus menerus disucikan dengan darah Yesus, Domba Allah yang sempurna. Seperti Alkitab katakan: Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.7 Oh, betapa hatiku bersukacita karena Yesus! Ia menjadi segalanya bagiku.

Referensi: © Alkitab LAI (TB)

5 Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kisah 3:19 back

6 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 11:1 back

7 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 2 Korintus 5:17 back

 

Bersambung ke bag (6)

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >