Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Kami Melihat Surga 2/4 PDF Print
User Rating: / 3
PoorBest 
Sunday, 23 March 2008

Sambungan Dari  Bagian (1)
PASAL II

Puji-pujian dan Air Mata 

Yesus dan saya menjadi teman pada saat Dia mengantar saya mengadakan perjalanan keliling surga. Kami sangat senang dengan kahadiran satu sama lain. Saya sama sekali tidak gugup mengenai cara saya berpakaian, berbicara atau berbuat. Saya berbusana sama seperti orang lainnya.  Semua orang kudus mengenakan jubah putih kebenaran. Sebagian mengenakan perhiasan. Saya mendapati bahwa anda mengenakan berbagai jenis selendang -berwarna merah, kuning dan sebagainya - untuk menghiasi dan mempercantik diri. 

 

Saya tak dapat memahami orang-orang yang menyangka bahwa mereka takkan berbuat apapun kecuali melayang-layang dalam awan-awan di surga. Bila anda sampai di surga, anda akan mempunyai tugas untuk dikerjakan tetapi itu akan merupakan tugas yang paling menyenangkan yang pernah anda terima. Anda takkan melayang-layang kian kemari tanpa berbuat apa-apa! Itu adalah kemalasan dan kemalasan tidak ada di surga -tidak ada sama sekali! Saya merasa jengkel bila orang-orang berkata, "Aku melihat malaikatku yang kecil," dan mereka mempunyai gambar-gambar kecil yang menampilkan malaikat-malaikat setinggi 90 cm dalam keadaan setengah bugil. Tidak! Mereka bukannya melihat seorang malaikat ; mereka melihat sesuatu yang lain. Para malaikat tingginya 2 sampai 2,4 m. Mereka berpakaian lengkap sesuai dengan tingkat tugas mereka. Sebagian bersayap dan sebagian lagi tanpa sayap.  Sementara kami berjalan menuju tempat tujuan berikutnya, Yesus memperkenalkan beberapa orang dari masa lampau kepada saya. Kami membicarakan hal-hal yang terjadi sepanjang masa dan yang akan terjadi di masa depan. 

 

Segera saya melihat sebuah bangunan besar yang mirip dengan pusat-pusat pertemuan kita di bumi. Beribu-ribu orang kudus masuk ke dalamnya. Gedung itu mempunyai suatu lingkaran puji-pujian yang bercahaya di sekelilingnya. 

 

Yesus dan saya ditemui oleh dua orang malaikat yang mengawal kami ke deretan kedua, dimana dua kursi disediakan untuk kami. Orang-orang menyalami kami sementara kami menuju ke tempat duduk kami. 

 

Mereka menjabat tangan kami dan mencium kami. Tiada tampak seraut wajahpun yang sedih di seluruh bangunan itu.

 

Anda akan menyangka kami ada di tengah-tengah suatu reuni keluarga yang para anggotanya tiada saling berjumpa selama seratus tahun. Mereka saling berpelukan dan berciuman seraya berkata, "Apa kabar ? Kemuliaan bagi Allah!"

 

Orang-orang ini diliputi suatu roh cinta! Mereka mengerumuni kami ! Mereka mencintai segala sesuatu dan semua orang. Mereka tak peduli bagaimana rupa anda atau dari mana anda berasal; mereka hanya mencintai anda. Segala sesuatu yang dilakukan mereka terdorong dari rasa cinta.

 

Selekasnya kami tiba di deretan kedua lalu duduk, suatu keheningan yang suci melanda seluruh gedung pertemuan itu. Dari sebelah kanan pentas berjalanlah 500 sampai 600 orang pemuji. (Mereka bukanlah para malaikat karena malaikat busananya berlainan). Suasananya demikian hening sehingga anda dapat mendengar bunyi jarum jatuh. 

 

Para penuji ini berbusana seperti paduan suara gereja kita yang resmi di bumi ini. Mereka mengenakan jubah paduan suara ; rambut mereka rapi dan segala sesuatunya sempurna sekali.  Mereka berjalan di pentas sambil tersenyum. Kemudian, tiba-tiba, mereka mulai memuji-muji Allah lalu hilanglah semua kemiripan dengan suatu paduan suara yang resmi dan kaku itu!  Tangan mereka teracung ke atas ; suara mereka terangkat dalam puji-pujian dan kaki mereka menari-nari. Suasananya seratus kali lebih baik ketimbang kebaktian puji-pujian kita di bumi!  Mereka mejadi riuh rendah memuji-muji Allah mereka. Mereka menyebar dimana-mana.

Kemudian seluruh hadirin turut bergabung. Mereka tidak malu memuji-muji Allah juga. Mereka mengangkat tangan mereka, memuji-muji Tuhan sambil melompat-lompat. Segala sesuatu di dalam diri mereka memuji-muji Tuhan. 

 

Tampaknya seolah-olah kebaktian puji-pujian yang nonstop ini berlangsung selama dua jam.

 

Tentu saja tanpa ada yang memimpin. Puji-pujian adalah sesuatu yang berwujud. Jika itu bukan suatu tindakan kewajiban semata-mata, itu merupakan sesuatu yang nyata -itu dapat dilihat. Saya melihat semua pujian tercetus naik dari mulut-mulut hadirin sebagai suatu uap kuning yang terang bercahaya dan berkumpul di puncak gedung. (Ketika kami telah selesai, pujian itu melesat keluar dari puncak gedung dan berangkat menuju ke Ruang Tahta Allah).

 

Saya tidak membisu - saya bergabung dalam puji-pujian itu juga. Ketika saya memandang ke­pada Yesus, Dia sedang berdiri disana tersenyum lebar sambil menikmati semuanya itu!  Segala sesuatu dilakukan dengan sopan dan teratur: segala sesuatu. Tiada kenaikan suara yang mati. Puji-pujian itu tak pernah melemah ; selalu bertambah dalam kekuatan dan momentum.  Masalah dengan kabaktian-kebaktian kita di bumi ialah kita membiarkan puji-pujian mereda terlampau cepat. Kita tak mau melanjutkannya. Kita belum mempelajari korban puji-pujian dan penyembahan. Kita harus melintasi perbatasannya sehingga itu menjadi suatu sukacita dan bila anda melakukannya maka anda akan melihat tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat. 

 

Penyembahan ialah tempat terjadinya mukjizat-mukjizat. Kadangkala karena Allah itu ber­daulat, mukjizat terjadi dalam puji-pujian, tetapi itu akan selalu terjadi dalam penyembahan. Mukjizat-mukjizat yang saya saksikan dalam pelayanan saya selalu terjadi selama berlangsung penyembahan ketika setiap pria atau wanita menyerahkan segala-galanya kepada Allah. Anda tak boleh menahan sesuatu. Anda harus menyerahkan semua yang ada pada diri anda kepada Allah agar anda mendapat segala sesuatu yang ingin diberikanNya kepada anda. Itu bukannya berkadar 50/50 ; melainkan 100/100 dari kedua belah pihak. 

 

Itulah sebabnya terjadi banyak perceraian. Masing-masing menyangka pernikahan adalah suatu tawaran 50/50 : anda memberi 50 dan saya memberi 50. Itu keliru. Tawarannya ialah 100/100 maka kemudian anda akan dapat keberhasilan sepenuhnya di setiap segi.  Para orang kudus menyerahkan 100 persen dari mereka dalam segala hal. Mereka menikmati kebaktian sepenuhnya dan mereka tak sabar menunggu untuk kembali pada kebaktian selanjutnya, demikianlah ujar mereka seusainya. (Puji-pujian kepada Allah akan menjadi bagian dari tugas kita juga bila kita sampai di surga).

 

Tiba-tiba setiap orang menjadi sangat hening. Paduan suara itu kembali ke pentas, merapikan jubah-jubah mereka lalu pergi. 

 

Yesus menanyai saya, "Bagaimana pendapatmu tentang kebaktian ini?"

Saya menyahut, "Aku sangat menyukainya, tetapi mengapa Engkau menghentikannya? "

Dia menjawab, "Karena ada hal-hal lain yang harus dilakukan. Kini kita menuju ke Sungai Kehidupan."

 

 

Yesus Meratapi Ketidakpercayaan

Jadi kami meninggalkan gedung itu dan sementara kami berjalan, Yesus Kristus, Putra Allah, mulai menangis! Dia berpaling kepada saya dan mulai mencucurkan air mata perantaraan.  Beberapa hal terlampau sakral untuk diulangi - saya masih belum dapat mengatakannya - tetapi hal ini dikatakanNya bahwa saya boleh memberitahukan.

 

"Roberts," ujarNya, "Aku mencintai umatKu sedemikian mesranya sehingga Aku mau kembali ke bumi, berkotbah lagi selama tiga tahun seperti dahulu, mati dan pergi ke neraka hanya untuk satu orang jika Aku belum membayar harganya bagi mereka dan jika Aku pikir mereka mau datang ke surga. Aku tak usah tahu apakah mereka akan berhasil. Kalau saja Aku menyangka mereka mau datang, Aku akan malakukannya untuk mereka, walaupun mereka adalah pendosa terbesar dari semuanya."

 

Dia terus menerus berkata, “Aku sangat mencintai umatKu. Mengapa mereka tak menanggapi Aku sesuai dengan FirmanKu? Tidak tahukah mereka bahwa Aku mempunyai segala kuasa di surga dan bumi untuk menopang ucapanKu? Mudah saja. Aku menjadikannya sangat seder­hana. Jika manusia mau mempercayai PerkataanKu, Aku akan melakukannya.”

 

Kemudian Dia menangis dengan nyaring dan berkata, "Aku tak mengerti mengapa umatKu berkata mereka percaya Aku akan berbuat sesuatu, tetapi bila itu tidak terjadi pada waktu yang mereka tentukan, mereka mulai meragukan sabdaKu. Kalau saja mereka mau percaya dan berkata dengan keyakinan bahwa Aku akan melakukannya, Aku akan melakukannya pada saat yang tepat."

 

Yesus menangis karena ketidakpercayaan kita. Dia terluka hatiNya karena ketidakpercayaan kita. Saya menangis juga, karena ketidakpercayaan saya. Saya baru berumur 8 tahun tetapi saya tahu arti ketidakpercayaan dan betapa itu melukai hati Yesus. 

 

Saya membuat suatu perjanjian dengan Yesus bahwa saya tak pernah mau meragukan per-kataan-perkataanNya dan mempersilahkan Allah tetap menjadi Allah. Sekarang bila hampir meragukan perkataanNya atau mengucapkan sesuatu dengan bimbang, saya teringat akan air mata perantaraan yang mengalir di wajah Yesus. 

 

 

Sungai Kehidupan 

Seusai kebaktian puji-pujian, Yesus dan saya mengunjungi sebuah cabang dari Sungai Kehidupan. Cabang ini sedalam lutut dan sebening kristal. Kami menanggalkan sepatu kami lalu masuk ke dalamnya. 

 

Tahukah anda hal pertama yang dilakukan Yesus atas diri saya?

 

Dia mencelupkan saya! Saya keluar dari air dan memercikkan air kepadaNya, lalu kami melakukan perang-perangan air. Kami saling memercikkan air sambil tertawa. Kami berjalan di dalam air, kalau anda dapat mengerti hal ini.

 

Itu sangat berarti bagi saya bahwa Raja Kemuliaan, Putra Allah, mau meluangkan waktu untuk seorang Roberts cilik berumur 8 tahun dan mencelupkannya ke dalam Sungai Kehidupan!  Bila saya kembali ke surga kelak, saya akan menegakkan sebuah tanda bersejarah di tempat itu. Itu akan berbunyi, "Di tempat ini Yesus Kristus bukan hanya menjadi Tuhan dan Juruselamatku melainkan juga temanku." Ya, Dia telah menjadi Teman saya. Sekarang kami berjalan dan bercakap bersama-sama. Bila saya mendengar suatu kelakar yang baik, saya dapat berlari kepada Yesus dan mendengar Dia tertawa menanggapi lelucon itu.  Bila Dia mempunyai sebuah lelucon, Dia menceritakannya kepada saya (Tahukah anda, Allah mempunyai beberapa kelakar yang dapat diceritakanNya kepada anda jika anda cukup peka mendengar suaraNya dan isinya sangat lucu. KelakarNya tak pernah membosankan).  Sungai Kehidupan sangat berbeda dari apapun di bumi. Bila anda berjalan memasukinya, sungai itu menyucikan anda. Itu menyucikan anda dari semua hal buruk yang tersisa dari kehidupan anda di bumi, kalau memang masih ada dan itu memberikan anda kehidupan dari sumbernya yaitu Ruang Tahta Allah.

 

Sungai Kehidupan mengalir bagaikan sungai dari gunung dan tidak ada dasarnya. Jernihnya seperti kristal di sepanjang alirannya. 

 

Setelah kami selesai bermain, kami mentas dan terasa bagaikan suatu pengering rambut yang besar bertiup dan mengeringkan pakaian kami seketika itu juga. Kami mengenakan sepatu kami lalu berangkat.   

 

 

Awan dari Saksi-saksi 

Kemudian kami melewati hal yang terlucu dari yang pernah saya lihat seumur hidup saya. Kami berjalan di samping tembok kota dan menyaksikan sesuatu yang mirip tribune penonton sepakbola (gaya Amerika) sepanjang tembok itu. Semua menghadap keluar -ke arah kami.

 

Banyak orang duduk di tribune itu. Mereka mengenakan semua jenis topi kecil -sebagian tampaknya seperti pet baseball dan mereka memegang bendera-bendera kecil. Mereka berteriak-teriak.  Ibrani 12:1 berbicara tentang "awan para saksi." Saya melihat awan dari saksi-saksi itu. Mereka menyadari hal yang sedang kita lakukan secara rohani, jadi bila saya sedang berkotbah, misalnya mereka menyoraki saya sambil berteriak, "Lakukan ini, lakukan itu, ayo !" Bila waktu istirahat setengah permainan tiba, mereka masing-masing berlutut dan mulai berdoa. Setengah permainan adalah waktu untuk berdoa. Kemudian mereka akan mendukung dan mulai menyoraki lagi. Kita ada dalam pertandingan besar dan ada sebagian penggemar kita yang bersorak-sorak membangkitkan semangat kita. Mereka mendukung kita 100% sambil berseru, "Ayo ! Kejar mereka ! Itu betul ! Ayo serang!"

 

Jika kita mau memahami Alkitab tentang sebuah keluarga di surga dan di bumi, kita dapat  mendengarkan ucapan-ucapan para saksi yang seperti awan itu dan menjadi berhasil dalam setiap segi kehidupan kita. Kita harus memasuki alam Roh. 


Bersambung Ke Bagian (3)

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >