Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Pemerintahan Sipil - 1 PDF Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Sunday, 28 September 2008

Oleh: Dr. John Calvin

 

Dalam bagian sebelumnya, kita telah menegaskan bahwa Tuhan meletakkan manusia di bawah dua macam pemerintahan (III.19.15). Saya juga telah membahas dengan panjang lebar pemerintahan di dalam jiwa atau batin manusia ini: yang menyangkut kehidupan kekal (IV.3–11). Di sini saya akan membicarakan tentang pemerintahan yang berkenaan dengan tata kehidupan sipil dan moralitas dari segi lahiriah. Hal ini perlu dibahas karena adanya dua sikap yang menyesatkan: kaum Anabaptis berusaha meniadakan pemerintahan sipil; dan para penganjur monarkhi mutlak, seperti Machiavelli, mengagung-agungkan kekuasaan mereka, hingga mempertentangkannya dengan pemerintahan Allah.

 

Kita harus memahami kedua pemerintahan yang memiliki karakteristiknya masing-masing ini dengan benar agar tidak membaurkan keduanya. Kaum Anabaptis menganggap bahwa karena Injil menjanjikan kebebasan, maka kita harus menolak setiap pemerintahan. Menurut mereka, kehidupan ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak diberi bentuk yang baru, dan ini berarti dihapuskannya setiap pemerintahan. Mereka gagal untuk memahami bahwa walaupun Kerajaan Kristus yang rohani dan tata tertib sipil merupakan dua hal yang berbeda, namun keduanya dapat berjalan bersama-sama. Rasul Paulus yang memerintahkan orang percaya supaya jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan (Galatia 5:1), sekaligus memerintahkan para budak untuk tidak merisaukan keadaan mereka (1 Korintus 7:21), sebab kebebasan rohani dapat berjalan bersama dengan perhambaan sipil.

 

Perbedaan kedua pemerintahan ini tidak boleh membuat kita menganggap seluruh pemerintahan sipil sebagai hal yang kotor dan bukan urusan orang Kristen. Sikap kaum Anabaptis yang menolak pemerintahan sipil merupakan suatu kebodohan, karena selama kita masih hidup di dunia ini, pemerintahan sipil berguna untuk: mendukung dan memelihara penyembahan yang benar kepada Allah, membela kedudukan Gereja, mengatur kehidupan masyarakat, mengarahkan perilaku sosial kita agar sesuai dengan keadilan sipil, memupuk perdamaian dan ketentraman umum. Selanjutnya, pemerintahan sipil juga dimaksudkan agar penyembahan berhala, penghujatan nama Allah, penghinaan kebenaran, dan penistaan agama tidak sampai dilakukan secara terang-terangan dan menyebar di antara rakyat; supaya ketentraman umum tidak sampai diganggu; supaya setiap orang dilindungi dalam menjaga harta miliknya; supaya orang dapat berelasi dengan sesamanya dengan benar; supaya integritas dan sopan santun dijunjung tinggi di antara mereka. Singkat kata, supaya semua Kristen dapat melaksanakan agamanya dengan benar dan perikemanusiaan terpelihara dengan baik.

 

Allah bukan hanya mengakui pemerintahan, Ia bahkan memberikan kuasa dan kehormatan kepada mereka, dan memberikan mandat dan otoritas kepada mereka untuk menjadi wakil-Nya dalam menjalankan keadilan: membalas kebaikan dan menghukum kejahatan (Roma 13:1-4). Kuasa pemerintahan merupakan panggilan dari Allah, dan sangat terhormat dalam kehidupan manusia. Biarlah pemikiran ini tersimpan baik-baik dalam hati para pejabat pemerintah dan menjadi pendorong bagi mereka dalam melakukan kewajiban mereka, dan menjadi penghiburan ketika menghadapi kesukaran dalam menjalankan tugas mereka. Betapa besar usaha yang harus mereka lakukan untuk bersikap jujur, bijaksana, lemah lembut, menguasai diri, dan tidak bercela, karena tahu bahwa mereka diangkat untuk menjadi hamba-hamba keadilan Allah. Bagaimana mereka berani mengizinkan ketidakadilan di kursi peradilan mereka jika mereka mengetahui bahwa itu adalah takhta Allah yang kudus? Bagaimana mulut mereka berani mengucapkan keputusan yang tidak adil jika mereka tahu bahwa mulut mereka itu telah ditetapkan untuk menjadi alat kebenaran ilahi? Bagaimana mungkin hati nurani mereka mengizinkan mereka untuk menandatangani ketetapan yang jahat jika mereka mengetahui bahwa tangan mereka telah ditentukan untuk menuliskan ketetapan-ketetapan Allah? Jika mereka ingat bahwa mereka adalah wakil-wakil Allah, betapa mereka harus menjaga diri mereka dengan segala ketekunan, dan berusaha memperlihatkan di hadapan manusia suatu gambaran dari providensi, perlindungan, kebaikan, kemurahan, dan kebenaran Allah. (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, IV.20., disadur oleh syo)

 

Tyrants may burn their flesh and their bones, but the blood remains to cry aloud for vengeance; and intervening ages can never erase what has been written in the register of God’s remembrance.

 

"RAJA YANG LALIM BISA SAJA MEMBAKAR TUBUH MEREKA, TETAPI DARAH MEREKA AKAN TERUS-MENERUS MENYERUKAN PEMBALASAN; DAN TAHUN-TAHUN YANG BERLALU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MENGHAPUSKAN APA YANG TELAH TERTERA DALAM INGATAN ALLAH." – John Calvin.

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev