Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Bagaimana Mungkin Saya Bisa Mengampuni? PDF Print
User Rating: / 2
PoorBest 
Wednesday, 26 November 2008

Sumber Kesaksian : Lisandrea  Wentland

 

Perceraian  mencipta luka yang  mendalam pada seorang anak. Jika  itu  terjadi  maka  hanya  kuasa  Tuhan-lah   yang mampu menyembuhkan kepedihan hati dan kemarahan mendalam seorang anak  terhadap orang tuanya.Saya  masih  membenci ayah saya dan  sekarang saya ada dalam konflik karena Roh Tuhan memaksa saya melihat diri  saya dan memikirkan suatu perubahan.

 

Ketika  saya lahir ayah saya  tidak mempersiapkan sebuah rumah bagi seorang anak.  Tetangga  harus   menggantung  kain  seprei pembatas di satu ruangan untuk  menciptakan  kamar   anak  yang bersih untuk saya. Rumah kami adalah ruangan  dari proyek  kontruksi yang berusia 10 tahun dengan serbuk gergaji sebagai  lantainya,   dan  ruang  terbuka berketinggian tiga meter diantara lantai dua dan lantai  tiga.

 

Ayah   saya  sering  memukul  anjing  dan  melempar  pisau  pada   binatang piaraannya  dengan kejam. Dia bahkan sering menendang binatang  jika sedang marah.  Dia  juga  minum sepanjang waktu, dan jika tidak demikian  dia akan tergeletak  di  dipan  setelah  berlatih dengan anggota grup band-nya  pada pukul 3 dinihari, atau dia akan bermain musik di bar-bar lokal.

 

Dia tidak pernah menjadi seorang ayah yang saya harapkan.  Dia tidak pernah membapai saya.

 

Saya  ingat bagaimana dia  berteriak pada saya dengan tidak rasional ketika saya  berusia  delapan   tahun.  Itu  begitu  mengerikan.  Ayah saya begitu mengerikan.  Saya  belajar   untuk menjadi tegar terhadap intimidasinya dan tidak  hancur  terhadap   sikapnya.  Saya  belajar  untuk menjaga diri saya sendiri terhadap pria yang  lebih tua 27 tahun dari saya itu.

 

Siapa yang meminta saya  untuk dapat mengampuni dia?.

 

Tahun demi tahun ayah saya  terus mengecewakan saya. Dia menggagalkan saya, melewatkan nilai-nilai  saya. Setelah perceraian dengan ibu saya, dia tidak pernah  memberikan   janji  dan  harapan  yang  baik  bagi  saya. Dia tidak memberikan  dukungan  pada   anaknya.  Dia  juga selalu terlambat mengingat waktu-waktu  liburan  saya.   Hari  ulang tahun saya, hari yang dia katakan sebagai  hari bersejarah dan  khusus bagi dia, tidak pernah dirayakan meski dengan  panggilan telepon  atau hadiah pada waktunya. Sebagai gantinya saya menerima  kata-kata   penyesalan seperti air mata dan rasa mengasihani diri sebagai ungkapan  keputusasaan seorang manusia.

 

Saya menjadi semakin marah dan  semakin marah hingga kemarahan saya meledak terhadap  orang  lain. Saya  mulai menyakiti keluarga saya yang lain karena ayah yang menyakiti saya.  Luapan keputusasaan dan frustasi yang saya alami amat ironis, saya menjadi  serupa dengan ayah saya

 

Saya  membenci  ayah  saya.  Saya  membenci diri saya karena menjadi serupa seperti dirinya.

 

Siapa yang mengharapkan saya untuk memberi  pengampunan?

 

Ketika  saya  mendekati  usia 14 tahun saya mendengar  tentang Yesus dengan jalanNya  yang  begitu  segar  sehingga saya mengerti  bahwa saya mengalami pergolakan  dalam  diri  saya.  Saya  berikan  hati saya  pada Yesus, namun kehidupan tidak segera menjadi lebih mudah. Saya tidak  menemukan diri saya merasa  mengasihi  ayah  saya dalam semalam, seperti  halnya kejadian dalam sulap.

 

Saya  masih  membenci  ayah  saya,   dan  kini saya merasakan adanya konfik karena  Roh  Tuhan  memaksa  saya  untuk   melihat diri saya dan memikirkan adanya suatu perubahan.

 

Saya  mendengar  dan  membaca tentang pengampunan dan mencoba hingga  putus asa  untuk  mengampuni  ayah  saya.  Ternyata  saya  dapati  hal  itu  amat mustahil.

 

Semua  yang  ada  dalam hidup saya terbakar. Dia sudah  menyakiti saya. Dia meninggalkan  saya. Dia menjadi bagian yang tidak  berarti dalam keseharian saya ketika dia masih memegang kendali yang aneh  terhadap emosi saya. Saya merasa tersinggung.

 

Yang  paling  buruk   adalah  bahwa dia masih tetap marah dan minum seperti yang  saya tahu  tentang ayah saya selama ini. Tidakkah seharusnya dia yang berubah   dan   minta  pengampunan  dari  saya  dibanding  saya  mengampuni dirinya?.  Tidakkah   seharusnya  kami  merubah  dulu pola pengasuhan dalam keluarga  sebelum saya  mengampuni ayah saya itu?. Tidakkah seharusnya saya melihat upaya  memperbaiki hal ini menjadi bagian ayah saya?.

 

Namun  kemudian  saya   membaca  kisah  tentang seorang yang berhutang yang tidak mau mengampuni  sesamanya di dalam Matius 18:21-35.

 

Sekarang, bagaimana mungkin  saya tidak bisa mengampuni dirinya?.

 

Saya  membaca  mandat  Alkitab  dengan pukulan yang jelas dalam hati saya ~ saya  tidak dapat  menerima pengampunan jikalau saya tidak mau mengampuni!.

Kemustahilan  menjadi sesuatu yang mungkin bersama dengan Tuhan. Saya mulai berdoa  agar  hati saya ini dibuat menjadi lembut. Saya berdoa supaya semua prasangka  pikiran  saya dibuang jauh. Saya berteriak pada Tuhan bahwa saya tidak  ingin  melakukan hal ini dan saya tidak tahu bagaimana melakukannya, tapi  saya  minta  Tuhan  untuk  menolong  saya.  Saya  berdoa  untuk suatu pemulihan dan kesembuhan.

 

Saya  berdoa  karena  hanya  itulah  tindakan   yang dapat saya ambil dalam hubungan saya yang "berjarak" dengan ayah  saya.

 

Doa-doa  mulai bekerja dalam diri saya. Roh Tuhan tetap  bekerja dalam diri saya. Kasih menggantikan kebencian dan saya mulai  berdoa untuk keselamatan ayah saya dibanding untuk menyingkirkan dirinya  dari kehidupan saya.

 

Dan  berita  baiknya  bukanlah  bahwa  ayah saya  menjadi sesuatu yang saya harapkan  atau  bahkan  semua  yang  Tuhan  harapkan   dari dirinya. Berita baiknya  adalah  bahwa  Tuhan yang mengubah saya, dan  mengampuni ayah saya memberi  saya  kemerdekaan  untuk  mengasihi  dirinya dan  orang lain dalam kehidupan saya.

 

Terlalu  banyak dari kita yang  begitu buta untuk melakukan suatu tindakan. Kita  tidak mengerti dampak  tindakan kita telah menimbulkan kemarahan atau gosip   dari  diri  kita  yang   berdampak  memukul  orang  lain  sepanjang perjalanan  hidup  kita.  Kita melihat  dampak tindakan kita terhadap orang lain,  tapi  kita dengan cepat bereaksi  terhadap tindakan orang lain yang mempengaruhi diri kita.

 

Jika  seorang dapat memiliki sikap tidak mau mengampuni, lain halnya dengan Yesus.  Yesus  dari  atas  kayu salib mengatakan : "Bapa, ampunilah  mereka sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka lakukan" (Lukas  23:24)

 

Jika Yesus dapat mengampuni, mengapa kita tidak  melakukan hal yang sama?

 

Inti  dari  tidak  mau  mengampuni,  kemarahan  dan rasa sakit adalah suatu belenggu  yang  menguasai.  Bebannya membuat  punggung kita menjadi bungkuk dan hati kita menjadi berat. Itu adalah  kegelapan menelan pikiran kita dan menghabiskan gaya hidup kita.

 

Jika  anda  memiliki memiliki kemarahan dan perasaan tidak mau  mengampuni, anda tahu ini adalah beban. Itu adalah gelap, sesuatu yang  berat, bayangan prasangka  yang  akan  mengikuti kemanapun anda melangkah.  Orang lain akan melihat  hal itu dan bertanya tentang hal itu dan anda akan  mempertahankan diri  anda  dengan  berbagai alasan mengapa anda membagikan  kepedihan anda pada  banyak  orang.  Tapi  alasan-alasan  itu  hanya  akan   mencegah anda melakukan semua hal yang benar.

 

Lenyapkan semua hal  itu. Jangan pernah bersekutu dengan hal itu.

 

Yang  terbaik  dari  Tuhan bagi anda termasuk mengerti tentang pengampunan.

Jika  saya ini tidak  sempurna, Tuhan Yesus adalah sempurna. Jika orang tua saya  begitu tidak  sempurna, Kristus sesungguhnya amat sempurna. Jika yang salah seperti  ketidakadilan bekerja terhadap hidup saya, maka Tuhan adalah suatu   kebenaran.  Memikirkan  bahwa  orang  tua saya adalah begitu kurang sebagai  orang tua, maka Tuhan adalah Bapa sesungguhnya bagi saya.

 

Letakkan   kemarahan  dan sakit hati di kaki salib. Itu mungkin membutuhkan waktu,   apalagi jika kerusakannya begitu dalam. Tapi tetaplah bawa hal itu di   dasar kaki salib hingga anda mampu mengatur semuanya. Dimana kegelapan menguasai  jiwamu sebelumnya, terimalah pengertian tentang kasih yang tidak bersyarat sebagai pengganti.

 

Ayah  saya akan selalu menjadi orang  yang tidak sempurna. Tapi janji Tuhan mengatakan: "karena tidak ada  seorangpun dari manusia yang tidak berdosa, tidak  ada  seorangpun  (Roma  3:12). Saya merayakan bahwa FirmanNya adalah benar.  Dengan  pandangan  saya dapat mencoba mengerti pengalaman luka hati ayah  saya  yang  membuatnya   menjadi  manusia  yang  keras. Kini ia telah berhenti minum (15 tahun  tanpa mabuk) dan hidupnya semakin baik.

 

Dengan  pandangan   yang  baru  saya dapat mencoba mengerti bahwa ayah saya tidaklah  sempurna   dan  saya  dapat  mengasihi  dan menerima dirinya. Itu adalah  cara  yang  begitu   lega  untuk  menjalani  suatu  kehidupan. Saya membuang  semua  prasangka   manusia untuk bisa melihat kehendak Tuhan atas hidup saya. Berkenaan bahwa  Tuhan menggenapi semua janjiNya, meski manusia tidak  bisa  melakukan  hal   itu.  Angkatkah  balok  dalam  matamu sebelum mengambil selumbar dalam mata  orang lain (Matius 7:4)

 

Pengampunan adalah kemerdekaan dalam  Tuhan Yesus Kristus

 

Comments
Add NewSearch
eunike ivana - keren!!!!!   | 03-07-2012 01:22:18
kesaksian ini sma dengan kehidupan'ku...klo kita tdk mengampuni,kita tdk dpt pengampunan dr Tuhan Yesus..

teruslah mengampuni!!!!God Bless U all :lol:
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >