Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Meditasi Dan Ponari PDF Print
User Rating: / 3
PoorBest 
Wednesday, 25 March 2009
Dua artikel terakhir yang berkaitan dengan praktek New Age (Gerakan Zaman baru) yaitu ‘A069 – Meditasi atau Doa’ dan ‘A070 – Fenomena Ponari’ mendapat beberapa tanggapan. Berikut diskusi beberapa di antaranya yang baik untuk diketahui oleh kita semua.

(Tanggapan 1)

Pernah di rumah saya menginap seorang pendeta ketika diundang kotbah di gereja saya, pada waktu tertentu pendeta itu bermeditasi disebelah pancuran ditaman rumah saya, dan kemudian mengajarkan Tai Chi. Saya sendiri merasa syak dengan perilaku pendeta itu yang bukannya mengajak doa bersama melainkan mengajar hal baru bagi saya, karena itu saya tanyakan kepada Yabina. Bagaimana ya?

(Diskusi 1)

Masalah sinkretisme (pencampur-adukkan agama-agama) khususnya dengan faham mistik memang sering terjadi sepanjang sejarah gereja. Kita tahu bahwa segera setelah masa Para Rasul, pada abad II sudah terjadi sinkretisme dengan Gnostik (Marcion & Injil-Injil Gnostik) dan kemudian gereja Roma Katolik menempatkan tradisi sebagai setara dengan firman Tuhan, tradisi yang umumnya sarat dengan ajaran animisme dan mistik, dan akhir-akhir ini disamping kebangunan kembali ajaran Gnostik, pengaruh sinkretisme dengan mistik terlihat dalam gerakan penyatuan agama-agama atau yang lebih dikenal sebagai “Universalisme’ (Inklusifisme) yang mengganti konsep Allah yang berpribadi dan berkehendak dengan Tuhan ‘Yang SATU,’ yang pada dasarnya hanya merupakan ajaran ketuhanan mistik Hindu yang beranggapan bahwa ‘Yang SATU’ itu sekedar kekuatan/kuasa semesta, bukan Allah berpribadi. Penganut Universalisme memandang semua agama menuju ke ‘Yang SATU’ itu dan setiap tokoh agama dianggap sebagai avatar (perantara) menuju ‘Yang SATU’ itu, maka dengan pandangan demikian, menurut para pengikutnya,  tidak ada salahnya mengikuti praktek tradisi agama lainnya, dan dalam konteks Kristen dianggap tidak ada salahnya orang Kristen menjalankan praktek Prana atau Tai-Chi dengan meditasinya yang sebenarnya merupakan jalan keselamatan mistik menuju persatuan Atman kepada sumbernya Brahman atau menyatukan ‘Chi’ manusia agar sesuai dengan keseimbangan yin-yang ‘Chi’ semesta. Bagaimana sebaiknya menghadapi pendeta demikian? Bila dapat beritahukanlah rasa syak saudara, namun ini sulit karena praktek demikian dihasilkan iman yang sudah bernafas mistik, cara terbaik adalah mendoakan pendeta demikian, agar Roh Kudus sendiri yang membukakan selubung yang menutupi penglihatan mereka.

(T-2)

Dalam artikel Meditasi atau Doa, saya membaca seakan-akan Meditasi itu monopoli aliran Mistik, padahal saya pernah melihat dalam sarasehan kelompok ‘Doa Taize’ mereka melakukan Meditasi bahkan peserta diajak latihan pernafasan dengan posisi tertentu. Bagaimana ini?

(D-2)

Gerakan Taize dipelopori oleh Bruder Roger Schuts, dan sekalipun ia anak pendeta protestan, ayahnya sering berdoa mengikuti tradisi doa di gereja Roma Katolik dan kemudian ketika ia belajar teologi ia kos di rumah seorang janda beragama RK. Lingkungan ini membekas dalam dirinya sehingga ia tertarik tradisi biara RK dan merintis komunitas di Perancis (akhir 1940-an) yang tujuannya mengajak orang untuk merenungkan firman Tuhan tiap hari seperti dalam kitab Mazmur dan hidup dalam komunitas yang menjalankan kehidupan sederhana, selibat dan hidup bersama. Komunitas ini diikuti umat RK, Orthodox dan Protestan, dan ketika ia meninggal karena dibunuh pada tahun 2005, ia digantikan oleh seorang Bruder RK bernama Alois yang sudah lama mendampinginya. Sebagai komunitas yang mengambil akar ibadat biara RK, dan sekarang dipimpin bruder RK, maka dapat dimengerti kalau ide perenungan firman Tuhan semula yang dilakukan setiap hari itu kemudian berkembang mengikuti tradisi biara RK yang bercampur dengan keterbukaan akan tradisi khususnya meditasi Zen. Di Sin Mei Kutzu (Jepang) ada rumah retret/samadi yang dipimpin bruder Jesuit dan mengadaptasi meditasi zen sebagai cara untuk membimbing retret umat Katolik. Dalam buku Tai Chi Chuan, penulisnya mengaku beragama katolik, dan ketika belajar di Jepang ia juga belajar meditasi di kuil Eiheiji pusat Zen Buddhisme aliran Soto dan kemudian melanjutkan pengalamannya di rumah samadi Sin Mei Kutzu. Komunitas ‘Mayapada Prana’ menyebutkan:

“mengadakan free attunement Taize Ki bagi warga yang bersedia menerimanya. Taize Ki adalah bentuk energi yang dihasilkan dari suatu cara bermeditasi yang dalam komunitas Katolik disebut Taize. Apa yang dilakukan dalam attunement ini? 7 cakra utama di tubuh eterik anda akan dibersihkan dan vibrasi tubuh eterik anda akan diselaraskan dengan energi Taize Ki.”

Kalau dalam Hinduisme disebut energi semesta sebagai ‘Yang SATU’ yang juga disebut Brahman, dan manusia adalah Atman yang menjadi bagian dari Brahman, maka di Jepang energi itu disebut ‘Ki’ (Chi di Cina) dan manusia juga memiliki Ki dalam dirinya sebagai bagian dari alam semesta (ReiKI).

Sekali lagi, tidaklah mudah bagi umat Kristen untuk tidak terpengaruh praktek mistik dengan meditasinya, apalagi dengan perilaku konkrit yang dipraktekkan seperti pernafasan dengan posisi tertentu yang tentu menarik, padahal Yesus tidak pernah mengajarkan berdoa dengan pengaturan pernafasan atau posisi tertentu melainkan berdoalah kepada Bapa Di sorga dan carilah tempat yang teduh dan tenang agar doa kita tidak terganggu (Matius 6:5-15). Kasus Simon si sihir (Kis.8:4–25) juga menjelaskan hal ini bahwa kesembuhan yang sama bisa juga terjadi dalam praktek perdukunan Simon, bedanya, ia menyamakan dirinya dengan kuasa Allah dan disebut Kuasa Besar (Bandingkan dengan konsep Makro Kosmos) sedangkan baik Filipus, Yohanes dan Petrus berbicara mengenai Kerajaan Allah dan pertobatan dalam nama Tuhan Yesus dan berdoa kepada Roh Kudus agar memenuhi mereka.

(T-3)

Dalam artikel ‘Ponari’ disebutkan tentang praktek ‘menggunting-gunting baju’ meniru Yesus tidak bertanggung jawab, kenapa hal itu dilihat dari sisi bahwa “potongan” jubah tersebut yang menyembuhkan, bukannya melalui potongan jubah tersebut menimbulkan dampak iman dari orang yang menerima tersebut bangkit dan iman di dalam TYK itulah yang menyembuhkan. Bukankah praktek yang mirip dengan ini juga dilakukan jamannya Paulus dimana disebut “bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat” (Kis. 19:12) ?

(D-3)

Dalam mujizat yang dilakukan oleh Yesus, Yesus tidak pernah menyuruh orang menjamah jubahnya bahkan kala itu ada ratusan orang yang berdesak-desakan memegang jubah Yesus tetapi disebutkan hanya satu yang sembuh (kasusuistik), itupun oleh Yesus dikatakan bahwa “Imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mat.9:22). Jadi jubah itu tidak ada artinya apa-apa melainkan iman wanita yang minta tolong dan menarik jubah Yesus itu yang menggerakkan Yesus menyembuhkannya. Dalam praktek pendeta yang menggunting-gunting baju, ada dua hal yang perlu disorot, yaitu (1) pendeta itu menyamakan dirinya sama dengan Yesus (yang adalah Tuhan) jadi sama dengan konsep mistik; dan (2) dengan membagi-bagikan potongan jubah, pendeta itu telah menggeser penekanan kepada Tuhan penyembuh kepada ‘benda keramat/jimat’ yaitu jas si pendeta. Bahaya menjadikan relikwi sebagai jimat sudah lama terjadi di kalangan RK dan sulit dihilangkan oleh gereja RK seperti yang dialami orang Katolik di Amerika Selatan yang mencampurkan adukkan tahyul dan jimat ke dalam kekatolikan. Mengenai kutipan Kisah 19:12 dalam kasus Paulus, kita harus kritis dalam membedakan antara firman Allah yang disampaikan oleh rasul Paulus dengan opini masyarakat terhadap kasus kesembuhan itu. Baik Yesus dan Para rasulnya tidak pernah mengajarkan bahwa saputangan atau kain mereka bisa menyembuhkan tetapi dalam masyarakat tradisional yang bersifat animistik dan mistik, tidak bisa dilepaskan opini massa yang mengganggap begitu, dan opini inilah yang dicatat oleh Lukas. Ingat dalam konteksnya, cerita itu terjadi di Efesus yang terkenal dengan penyembahan berhala yang terkenal yaitu ‘Artemis’ dimana Para dukun banyak bekerja dengan tukang pembuat patung berhala seperti Dimetrius, juga anak-anak Skewa yang disebut sebagai tukang jampi-jampi Yahudi berpraktek keliling di Efesus. Jadi wajar kalau opini umum itu sangat kuat di Efesus itu dilawan Paulus yang mengatakan bahwa “apa yang dibuat tangan manusia bukan dewa” (Kisah 19:26). Bahaya dari praktek penyembuhan demikian adalah menjadikan kejadian kasuistik dalam cerita Alkitab menjadi praktek umum/general. Pernah seorang penginjil Amerika mengadakan penyembuhan rohani dengan cara menumpangi pasien dengan tubuhnya, ini didasarkan kasus Anak janda di Zarfat (1Raj.17:17-24) dan Eutikhus (Kis.20:9-12). Ada pula penginjil ‘kesembuhan batin’ yang ketika jemaatnya kematian isteri tercintanya, kemudian menyuruh si suami bedoa dengan tidak berkeputusan memohon mujizat Tuhan dan merebahi mayat isterinya dengan tubuhnya. Satu kasus yang terjadi di PL dan satu di PB sekarang dijadikan metoda penyembuhan yang umum.

(T-4)

Dalam artikel ‘Ponari’ disebutkan “Kita harus menjawab tantangan ini dengan menghadirkan kembali ‘Kesembuhan Ilahi’ secara komplementer (saling melengkapi) dengan pengobatan modern, bukan sebagai kesembuhan masal dalam KKR yang lebih banyak menghasilkan kesembuhan sugestif yang temporer/sementara.” Saya percaya bahwa kesembuhan ilahi adalah bersifat tetap dan sempurna, bukan cuma sekedar sugestif/temporer.Saya pribadi mengalami kesembuhan ilahi yang bersifat permanen dan kini sudah 20 tahun penyakit tersebut tidak ada lagi pada tubuh saya termasuk dari hasil rontgen juga menyatakan tidak ada bekasnya. Kesembuhan ini bukan kesembuhan yang bersifat komplementer tapi betul-betul kesembuhan dari Tuhan/Mujizat karena saya tdk menjalani pengobatan dokter. Kesembuhan Ilahi ini sangat nyata saya rasakan.
TYK juga melakukan banyak mujizat dan melakukan kesembuhan Ilahi secara masal. Memang ada oknum pendeta yang melakukan hal seperti yang bapak utarakan dalam tulisan ini, tapi tentu tidak semua pendeta seperti itu.

(D-2)

Kita semua percaya bahwa kesembuhan ilahi itu bersifat tetap dan sempurna, namun rumusan ini berlaku bagi kesembuhan yang dari Tuhan Yesus. Dalam praktek Para penginjil kesembuhan ilahi, mereka pada umumnya menunjukkan gejala penonjolan diri dan merasa diri mereka sebagai Tuhan, sebagai penyembuh itu. Baik Benny Hinn, Kenneth Hagin, maupun Morris Cerullo, mereka menganggap diri mereka sebagai ‘allah-allah kecil/little gods (bandingkan dengan konsep mikro kosmos), dan banyak penginjil ‘kesembuhan ilahi’ mengikuti pola pelayanan seperti mereka pula. Kalau saudara merasakan kesembuhan yang nyata, mungkin saja, iman saudara yang benar itu lepas dari ada tidaknya KKR kesembuhan ilahi itu sudah mendatangkan anugerah kesembuhan dari Allah, jadi bukan KKR itu. Yesus memang menjalankan kesembuhan dalam pelayanannya, tetapi coba perhatikan bahwa pusat pemberitaan Yesus adalah soal Kerajaan Allah dan iman kepada Yesus yang membebaskan dari dosa, bandingkan hal ini dengan kotbah-kotbah KKR Kesembuhan Ilahi para penginjil massal yang menjadikan kesembuhan ilahi sebagai reklame pelayanan mereka demi mengumpulkan harta, bahkan promosi yang disebar-luaskan untuk hadir dalam KKR itu juga sarat dengan promosi kesembuhan dan bukan soal Iman, Pertobatan, dan Kerajaan Allah. Ayat yang biasa digunakan oleh Para penginjil penyembuh adalah ayat: “Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24) seakan-akan kalau beriman pasti sembuh dari sakit penyakit (konsep perdukunan/mistik), padahal konteks ayat itu berbicara mengenai “Yesus yang memikul dosa kita didalam tubuhnya dikayu salib” (1 Petrus 2:23) dan dilanjutkan dengan firman: “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada pemelihara jiwamu.” (1 Petrus 2:25). Ayat konteksnya berbicara berbicara mengenai penebusan dosa melalui bilur Yesus di kayu salib agar kita mengalami kesembuhan dari kesesatan jiwa. Konteks ayat itu sendiri sama-sekali tidak berbicara mengenai kesembuhan dari sakit-penyakit tubuh.

Salam kasih dari Sekertariat Yabina.

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >