Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Firman Kepada Mereka Yang Ragu-Ragu PDF Print
User Rating: / 3
PoorBest 
Saturday, 02 January 2010
Kakek saya -- dari pihak ibu -- telah mengisap rokok hampir di sepanjang kehidupannya. Saya ingat ketika masih kanak-kanak, saya mendengar batuknya yang kuat dan kadang-kadang membuatnya tidak dapat bernapas. Saya mengkhawatirkannya. Saya tidak ingin ia meninggal tanpa menerima kasih dan pengampunan serta keselamatan dari Juru Selamat.

Jadi, pada suatu kesempatan yang sangat jarang, yakni ketika orang tua saya mengizinkan saya dan saudara saya tinggal di rumah bersama kakek sementara mereka menghadiri kebaktian gereja Minggu sore, saya mengerahkan keberanian untuk mengajukan sebuah pertanyaan yang terus-menerus ada dalam benak saya: "Kakek," saya bertanya dengan takut-takut, "apakah kakek berpikir bahwa kakek akan pergi ke surga kalau nanti kakek meninggal?"

Dia berhenti merokok dan mengetukkan ujung rokok di asbaknya yang sudah penuh abu, dan menjawab dengan suara datar dan parau, "Oh, aku harap aku akan ke sana."

"Apakah kakek memiliki Yesus dalam hati kakek?" tanya saya dengan harap-harap cemas.

"Jangan khawatir," jawab kakek saya dengan tersenyum. "Kupikir Dia akan membiarkan aku."

Ketika kembali bersandar di sofa, hati saya tidak tenang. Sepanjang yang dapat saya ingat, saya berdoa untuknya setiap malam sebelum tidur. Apakah Yesus menjawab doa saya?

Pada waktu saya berumur sekitar 15 tahun, kakek saya memutuskan untuk berhenti merokok. Pada suatu hari, kakek bercerita kepada nenek bahwa ia telah menyingkirkan semua bungkus rokoknya dan tidak akan pernah merokok lagi. Namun, pengaruh rokok terhadap tubuhnya karena kebiasaan yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun itu tidak dapat diperbaiki. Tidak lama setelah keputusannya yang mengejutkan untuk lepas dari tembakau, kakek pun didiagnosis terkena kanker. Saya masih berdoa untuknya, dan sekarang saya punya waktu yang terbatas, 6 bulan.

Kakek masih menolak untuk menerima pertolongan yang ditawarkan Sang Juru Selamat. Teman-teman dan keluarga berbicara kepadanya tentang realita kebutuhan rohaninya. Namun, dia menolak mereka dengan sikap yang sama, yang pernah ia lakukan ketika saya dulu bertanya kepadanya. Saya takut dengan penolakan kakek pada waktu itu, ketika takdir kekalnya berada tepat di persimpangan, bahwa ia akan terhilang selamanya. Akan tetapi Yesus, Penolong yang murah hati, akan melakukan usaha apa pun untuk mencegah hal itu terjadi.

Masa 6 bulan yang ditentukan bagi kakek telah berlalu. Kakek merespons pengobatan dengan baik, tapi kekuatannya pelan-pelan melemah. Setelah beberapa kali dirawat di rumah sakit karena pneumonia (radang paru-paru), kakek mulai menghadiri gereja kapan saja ia merasa kondisinya memungkinkan untuk pergi. Di sanalah ia bertemu dengan Benjamin, seorang anak laki-laki yang memberi perhatian khusus kepada kakek dan sering memeluk dan menciumnya. Kakek mulai membawakan permen untuk Benjamin, dan hal itu memperkuat hubungan mereka. Dua teman sedang membangun hubungan.

Suatu saat ketika Benjamin tahu bahwa kakek kembali dirawat di rumah sakit karena pneumonia, ia menjadi gelisah dan meminta orang tuanya membawanya menjenguk Kakek Wold. Kakek hanya dirawat sebentar. Jadi, ketika Benjamin datang menjenguk, kakek sudah ada di rumah. Di ruang tamu itulah, dalam keadaan lelah dan lemah karena sakit, kakek saya menangis saat Benjamin bertanya apakah dia sudah memiliki Yesus di dalam hatinya. Kakek menjawab bahwa dia belum punya Yesus, dan Benjamin mendorong kakek supaya ia meminta Yesus menjadi Juru Selamatnya. Kakek pun setuju, dan Benjamin memimpin kakek saya dalam sebuah doa singkat yang mengundang Yesus untuk datang ke dalam hati kakek dan mengampuni dosa-dosanya.

Setelah doa tersebut, kakek berbicara dengan bebas mengenai imannya di dalam Yesus. Kesombongannya berubah menjadi iman.

Kasih sayangnya yang bertahun-tahun dijaga dengan hati-hati, kini mengalir dengan bebas. Dan, dia menyebutkan dari waktu ke waktu bahwa ia menyesal telah menunggu begitu lama untuk menerima kelegaan dari pengampunan Yesus dan menerima kelepasan dari kasih-Nya.

Beberapa tahun kemudian, tepat sebelum meninggalkan rumah untuk tahun terakhir saya di universitas, saya mengatakan sesuatu yang ternyata merupakan ucapan selamat tinggal saya yang terakhir kepada kakek. Hampir 7 tahun sejak kakek didiagnosis terserang kanker, sekarang waktunya di dunia ini sungguh-sungguh hampir berakhir. Dengan penuh kesedihan, saya berbisik di telinganya sambil memeluk tubuhnya yang lemah, "Selamat tinggal, Kek. Saya mengasihi Kakek. Saya akan melihat Kakek lagi di surga." Beberapa minggu kemudian, Juru Selamat menyelamatkan kakek dari kanker dan membawanya pulang ke rumah-Nya.

Sebagai orang yang menunggu untuk diselamatkan sampai saat terakhir hidupnya di dunia, kakek saya tidak ingin orang lain yang ia kenal melakukan hal yang sama seperti yang telah ia lakukan. Dengan tenang, ia mengingatkan bahwa orang-orang yang menolak terlalu lama akan kehilangan selamanya. Dan, sebagai orang yang diselamatkan menjelang akhir hidupnya, dia menginginkan saya memberi tahu Anda: saat ini adalah waktu terbaik yang pernah ada untuk mengundang Juru Selamat -- Juru Selamat yang dapat menenangkan laut yang bergolak, angin ribut, dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang.

Diambil dari: Judul buku: Bagaimana Saya Tahu Jika Yesus Mengasihi Saya?/ Judul buku asli: If Jesus Loves Me, How Do I Know?/ Penulis: Christine A. Dallman dan J. Isamu Yamamoto/ Penerjemah: Dwi Prabantini/ Penerbit: Yayasn ANDI, Yogyakarta 2003/ Halaman: 9 -- 11

 

Renungan: Enam Martir Dari Scillium (180 Masehi)

Batu-Batu Tersembunyi Dalam Pondasi Kita.

Roma, 180 Masehi

 

Di sebuah propinsi kecil di bagian utara Afrika di dalam wilayah kekuasaan Romawi, Marcus Aurelius, sebagai seorang kaisar. Seperti halnya kaisar-kaisar pendahulunya, Commodus meminta kesetiaan tanpa syarat dari semua rakyat Romawi. Mereka yang menentang Kaisar Romawi biasanya menemui ajalnya di ujung pedang atau di kandang singa.

 

Di suatu hari yang panas di bulan Juli di Scillium, tiga orang pria dan tiga orang wanita berdiri terbelenggu di depan gedung gubernur propinsi. Mereka di dakwa karena tidak memberikan kesetiaan penuh mereka kepada Kaisar Romawi. Ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk meninggalkan iman mereka di dalam Yesus Kristus dan bersumpah setia kepada Commudus. Tinggalkan atau mati adalah satu-satunya piihan mereka. “Ketika kamu memperkatakan yang jahat atas pemujaan kami yang suci, aku tidak peduli,” kata Saturnius, sang gubernur. “Sebagai gantinya, bersumpahlah untuk kaisar kita yang jenius!”

 

Speratus, berbicara mewakili kelompok terdakwa ini, berkata, “Aku tidak mengenal kekaisaran dunia ini, tetapi aku lebih memilih melayani Tuhan, yang tidak ada seorangpun pernah melihat dan dapat melihat!”

 Saturnius mulai menghina keenam orang Kriten ini. Mereka menyebut mereka gila. Sang gubernur berteriak. Ia meminta pada mereka. “Hentikan keyakinan ini,” katanya kepada mereka.

 

“Apakah kamu tetap Kristen?” ia bertanya.

“Saya seorang Kristen,” Speratus menjawab. Yang lain telah menyuarakan kasih mereka pada Kristus.

“Berpikirlah kembali dan tunggulah 30 hari lagi,” Saturnius memohon pada kelompok ini.

 

Meskipun demikian masing-masing dari mereka bersikeras, “Aku seorang Kristen!”

Perdebatan telah berakhir. Tidak seorangpun goyah. Maka Saturnius membacakan putusan untuk hukuman mereka.

 

“Speratus, Nartalus, Cittimus, Donata, Vestia, Secunda dan lainnya telah mengakui diri sebagai seorang Kristen. Karena mereka dengan keras kepala menentang, setelah ditawarkan sebuah kesempatan untuk kembali pada adat Romawi, maka diputuskan menghukum mereka dengan pedang.”

 

Speratus menyatakan, “Kami bersyukur pada Tuhan.”

“Hari ini kami adalah para martir di surga, bersyukur pada Tuhan,” kata Nartalus.

 

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Matius 7:1-2

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >