Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Gerakan Nama Suci Di Indonesia PDF Print
User Rating: / 1
PoorBest 
Tuesday, 23 February 2010

Sambungan dari GERAKAN NAMA SUCI

Imbas Hebraic Roots Movement dan Sacred Name Movement dari Israel dan terutama memasuki Amerika Serikat melalui misi mereka juga dialami beberapa kalangan Kristen yang berziarah ke Israel dan bepergian atau mengadakan hubungan dengan gerakan itu di Amerika Serikat. Gerakan nama suci ini terlihat di beberapa kalangan kristen di Indonesia sejak lebih dari dua dasawarsa yang lalu.

Sekalipun mirip dengan gerakan itu di mancanegara yaitu menekankan kembali ibadat yang berakar Yudaik dan memulihkan nama Yahweh, di Indonesia ada ciri khas yang ditunjukkan, yaitu semangat menolak nama 'Allah' yang dianggap mereka sebagai nama berhala. Di tahun 1980-an, beberapa mantan penganut muslim yang menjadi kristen merintis usaha penginjilan untuk menobatkan umat Islam melalui ceramah-ceramah, dan kemudian mendirikan Yayasan Nehemia (1987) untuk mendidik para penginjil. Yayasan ini dalam siar agamanya pelan dan pasti memperkenalkan 'nama Yahweh' dan menekankan kembalinya ibadat ke akar yudaik dengan membangkitkan kembali penggunaan bahasa Ibrani, mereka juga memulihkan nama 'Eloim dan Yesua Hamasiah.'

Misi Yayasan itu terutama ditujukan untuk menginjili umat Islam dan membina mereka menjadi penginjil untuk menjangkau umat dimana mereka berasal. Dari kelompok ini di tahun 1990-an diterbitkan seri traktat berjudul 'Siapakah yang Bernama Allah itu?.' Pada umumnya dalam traktat itu disebutkan bahwa 'Allah' adalah nama dewa Arab (dewa bulan/pengairan) masa jahiliah, karena itu bila umat Kristen menggunakan nama itu berarti mereka menghujat Yahwe. Puncak dari penerbitan seri traktat itu adalah pada tahun 2000 diterbitkan 'Kitab Suci Torat dan Injil' (KS-TDI / Kitab Suci 2000). Kitab Suci ini menggunakan dasar Terjemahan Baru Alkitab yang diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia (TB-LAI) dengan beberapa nama diganti seperti 'TUHAN' dengan YAHWE, Allah dengan Eloim, Yesus dengan Yesua, dan beberapa nama lain seperti Musa dengan Mose, Daud dengan Dawid, Yohanes dengan Yokhanan, dsb.

Karena siar agama mereka yang berani dan sering menggunakan ayat-ayat Al-Quran yang menurut penafsiran sebuah forum ulama dinilai keliru, dua tokohnya sempat dijatuhi Fatwa Mati oleh kalangan tertentu sehingga keduanya menghindar ke  mancanegara. Fatwa Mati jelas melanggar hukum negara Indonesia yang berazaskah Pancasila dan Bhineka Tunggal Eka itu, namun situasi ini mencerminkan bahwa telah ada benih yang tumbuh dari semangat kembali ke akar yudaik yang berpotensi mengganggu kerukunan beragama di Indonesia.

Pada tahun 2002, kelompok lainnya menerbitkan Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan (KS-UPT), yang sama dengan KS-TDI menggunakan terjemahan LAI sebagai dasar dan mengganti nama 'TUHAN' dengan YAHWEH, dan 'Allah' dengan Tuhan. Yang menarik, KS-UPT berbeda dalam menyebut YHWH, dimana KS-TDI menyebut YAHWE dan KS-UPT menyebut YAHWEH. KS-UPT juga tetap menggunakan nama Yesus dan mengganti nama Allah bukan dengan Eloim tetapi dengan terjemahan 'Tuhan.'

KS-UPT menyebutkan dalam Prakatanya bahwa mereka menyalahkan: (1) Yudaisme orthodok, karena mengganti nama YHWH dengan Adonai; (2) Septuaginta, karena menerjemah-kan nama 'Yahweh' ke bahasa Yunani Kurios; dan (3) Perjanjian Baru Yunani, yang mengikuti jejak Septuaginta.

Tahun-tahun berikutnya, berkembang generasi baru kelompok yang berbeda yang dipimpin pendeta-pendeta muda yang beberapa diantaranya bergelar teologia. Beberapa pendeta berhenti dari gerejanya semula karena mengajarkan 'Nama Yahweh' dan kemudian mendirikan jemaat sendiri-sendiri.

Semangat menolak 'nama Allah' yang digunakan kalangan Kristen juga datang dari kalangan tertentu dalam Islam. Pada tahun 2004 keluar teguran yang ditujukan kepada Pimpinan Lembaga Alkitab Indonesia, dan yang kedua ditujukan Dirjen Bimas Kristen Protestan Depag RI dan Lembaga Alkitab Indonesia.

Isi surat kedua itu pada prinsipnya menegur umat Kristen berdasarkan pertimbangan:
1. Bahwa Allah adalah nama sesembahan umat muslim;
2. Agar menarik semua Alkitab dan buku rohani yang menggunakan nama Allah;
3. Agar menegur dengan keras Gereja-Gereja yang masih memakai nama Allah;
4. Agar memberikan peringatan keras kepada para pendeta, pendeta muda, pendeta pembantu dan para Evangelis untuk tidak menggunakan kata Allah dalam menyampaikan Firman, Seminar dll.

Karena para tokoh agama Islam sendiri menyadari bahwa nama Allah sudah digunakan oleh orang Kristen Arab sebelum hadirnya agama Islam bahkan dalam Al-Qur'an juga disebut (QS. 22:40), maka surat edaran demikian tidak berdampak apa-apa.

Berbeda dengan KS-TDI dan KS-UPT yang menggunakan terjemahan LAI sebagai dasar, pada tahun 2007 terbit Kitab Suci Indonesian Literal Translation (KS-ILT) yang diakui diterjemahkan langsung dari naskah bahasa Inggris 'The Interlinear Bible' karya J.P. Green (USA) yang berdasar sumber naskah asli Kitab Suci. Sekalipun lebih baik motivasinya dari kedua pendahulunya, KS-ILT masih memperlihatkan adanya bayang-bayang Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia (TB-LAI).

Yang paling akhir dari perkembangan ini adalah adanya penganut gerakan nama suci yang pada akhir 2007 memeja-hijaukan Lembaga Alkitab Indonesia ke Pengadilan Negeri dengan tuduhan LAI telah mengubah nama YHWH menjadi Allah dan menuntut agar: "Bimas Kristen dan LAI segera menarik semua Alkitab dan buku rohani yang memakai nama Allah. Kedua lembaga ini juga diminta untuk memberikan peringatan keras kepada para pendeta untuk tidak lagi menggunakan nama Allah dalam kotbahnya."

Adanya beberapa pengikut gerakan ini yang vokal seperti yang diperlihatkan oleh yang dikenai fatwa mati dan yang memeja-hijaukan LAI, dan adanya pengikut yang secara vokal menyalahkan orang-orang yang tidak setuju dengan mereka, membuat banyak pembicara kristen yang semula terbuka untuk berdiskusi dengan pengikut Gerakan Nama Suci kemudian enggan meneruskan karena diskusi demikian tidak akan menghasilkan jalan keluar kearah pemecahan.

Dibalik itu di kalangan mayoritas tenang gerakan ini (silent majority), dalam beberapa tahun terakhir ini telah tumbuh banyak jemaat Gerakan Nama Suci dengan berbagai nama, namun situasi antar jemaat-jemaat itu dapat dilihat dari kesimpulan salah satu sumber dari dalam Gerakan Nama Suci itu sendiri, yaitu:

"Akhir-akhir ini rasa frustasi mengghinggapi komunitas Qahal Mesianik di Indonesia. Frustasi terhadap apa? Frustasi terhadap kondisi komunitas ini yang semakin tidak jelas arah dan tujuan pergerakannya. Beberapa orang mulai mengeluh mengenai perselisihan diantara pemimpin, beberapa orang lainnya mengeluh tidak siap melihat perubahan demi perubahan dan pembenahan demi pembenahan. Sebagian yang lain mulai tidak nyaman dengan berbagai pengajaran tentang "tefilah" [doa harian], "ibadah shabat", "pembaruan tata ibadah". Sementara yang lain hanya berpuas diri dengan penggunaan nama Yahweh namun pemahaman teologis maupun tata cara ibadah masih mencerminkan denominasi yang lama [pentakostal, kharismatik, protestan dll]" (Buletin Nafiri Yahshua Ministry, No.32, Februari 2007, hlm.4)

Kesimpulan itu bisa juga dibandingkan dengan kenyataan bahwa di Indonesia, dalam 7 tahun terakhir saja sudah 3 versi Kitab Suci diterbitkan kalangan Gerakan Nama Suci dan ketiganya tidak seragam, dan rupanya para penyusunnya bekerja sendiri-sendiri dan tampaknya tidak adanya koordinasi yang satu dengan yang lainnya.

Dari kesimpulan di atas, dan melihat perkembangannya yang selama tiga perempat abad di Amerika Serikat, terlihat bahwa perkembangan masing-masing kelompok Gerakan Nama Suci di Indonesia itu bermacam-macam, ada yang baru mengalami Eforia pemulihan nama Yahweh tetapi dalam hal iman percaya tidak beda dengan pengikut aliran Kristen lainnya, ada yang sudah melangkah lebih jauh dengan mengganti nama Yesus dengan Yahshua atau Yehshua, namun ada juga yang sudah menggunakan ibadat hari-hari raya Yahudi menggantikan hari-hari raya Kristen, dan ada yang sudah lebih lanjut tidak lagi merayakan Paskah Kebangkitan Yesus dari antara orang mati sebagai kenangan penebusan dosa umat, dan menggantikannya dengan perayaan Pesakh yang mengenang keluarnya Israel dari tanah Mesir.

Ketidak-seragaman ini, seperti yang diperlihatkan 3 versi Kitab Suci gerakan ini, kelihatannya timbul diakibatkan kelompok-kelompok berbeda dihasilkan dan dipengaruhi oleh pelayanan misi yang berbeda-beda pula.

Tidak berbeda jauh dengan Hebraic Roots Movement dan Sacred Name Movement di Amerika Serikat, perkembangan Gerakan Nama Suci di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menjalankan misi Hebraic Roots Movement untuk kembali keakar Yudaik dengan menjalankan ritual dan adat-istiadat Yahudi;
2. Terpengaruh Sacred Name Movement, yaitu menekankan perlunya dipulihkan nama 'YHWH'. Ada juga yang menekankan kembali nama Elohim dan Yahshua;
3. Khususnya di Indonesia ada usaha Gerakan Nama Suci untuk menolak penggunaan terjemahan 'Allah' dalam Alkitab terbitan LAI yang dianggap oleh mereka sebagai nama berhala.

Yang menarik untuk diketahui, dalam hubungan dengan butir ketiga, adalah bahwa sejak sebelum kehadiran agama Islam, umat Kristen di Siria-Aram menyebut El/Elohim/Eloah dengan 'Elah/Elaha' dan di Arab menyebutnya  'Allah/al-Ilah.' Saat ini ada 29 juta umat Kristen berbahasa Arab dan semuanya menyebut 'El/Elohim/Eloah' dengan nama 'Allah.' Baik umat Yahudi, Kristen maupun Islam yang berbahasa Arab, dari dahulu sampai sekarang, semuanya menyebut nama 'Allah' untuk menyebut Tuhan Pencipta Langit dan Bumi yang dipercayai oleh Abraham. Dalam Al-Qur'an sendiri kita juga melihat bahwa penyebutan nama Allah sudah bersama-sama diucapkan di Gereja, Sinagoge, dan Mesjid pada masa awal berdirinya Islam, itu berarti penggunaannya di kalangan Yahudi dan Kristen yang sudah ada lebih dahulu, tentunya sudah jauh lebih lama lagi:

"(Yaitu) orang-orang yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mereka mengatakan: Tuhan kami Allah. Jikalau tiadalah pertahanan Allah terhadap manusia, sebagian mereka terhadap yang lain, niscaya robohlah gereja-gereja pendeta dan gereja-gereja Nasrani dan gereja-gereja Yahudi dan mesjid-mesjid, di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Q.S. 22:40, Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim)

Sejak Alkitab berbahasa Arab ditulis pertama kalinya pada abad V, 'El/Elohim/Eloah' sudah diterjemahkan dengan nama 'Allah.' Saat ini ada empat versi Alkitab berbahasa Arab dimana 'El/Elohim/Eloah' diterjemahkan 'Allah,' termasuk 'Arabic-Bible' yang secara resmi digunakan Lembaga Alkitab Arab dan 'Todays Arabic Version.' Menarik untuk diketahui bahwa bila dalam Alkitab berbahasa Arab nama 'El/Elohim/Eloah/Theos' diterjemahkan menjadi 'Allah,' maka terjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Ibrani justru menerjemahkan nama 'Allah' menjadi 'Elohim.' (Al-Qur'an Tigrem Avrit, Devir Publishing House, Tel Aviv, Israel, 1945).

Mengenai nama 'Yahweh' (butir 2) juga perlu diketahui, bahwa arus utama Yudaisme yaitu 'Yudaisme Orthodoks' karena merasa nama YHWH terlalu suci diucapkan mereka kemudian menyebutnya dengan nama 'Adonai' atau 'Ha-Syem' (Nama Itu). Dalam Alkitab dalam bahasa Arab, nama 'Yahweh' diterjemahkan dengan nama 'Ar-Rabb.'

Amin.

 

Salam kasih dari Herlianto

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >