Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Garam Yang Tidak Asin PDF Print
User Rating: / 32
PoorBest 
Sunday, 21 March 2010

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak oramg" (Matius 5:13)

Bagi kita yang tinggal di Indonesia tentu akan merasa sangat bingung jika mendengar tentang garam yang bisa menjadi tawar, kehilangan rasa asinnya. Sebab di mana pun kita tinggal di Indonesia ini, kalau kita meraup segenggam garam, lalu kita mencicipinya, rasa garam itu pasti asin. Dan belum pernah seorangpun di Indonesia yang pernah bersaksi telah meraup senggenggam garam atau mengambil segumpal garam kemudian mencicipinya dan rasanya tidak asin.

Sedangkan jika kita membaca Matius 5:13, Yesus mengatakan jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Pertanyaannya mungkinkah garam bisa menjadi tawar? Sehingga ketika ada orang meraup segenggam garam atau mengambil segumpal garam dan menggunakannya untuk masak, ternyata garam itu tidak memberi pengaruh apa-apa karena telah kehilangan rasa asinnya.

Kalau demikian dalam konteks yang bagaimanakah garam bisa kehilangan rasa asinnya? Apakah ketika Yesus mengatakan kalimat tersebut Dia hanya asal bicara? Tentu tidak! Jika tidak asal bicara, tentu Dia memiliki dasar yang kuat untuk memberikan pengajran kepada murid-murid- Nya tentang garam yang telah kehilangan rasa asinnya tersebut.

Dalam konteks masyarakat pada zaman Yesus, mereka tidak mengalami kebingungan seperti kita di Indonesia ketika mendengar bahwa ada garam yang telah kehilangan rasa asinnya. Mengapa? Karena di tanah Kanaan kuno; rumah tangga selalu mempunyai dapur. Dapur itu berupa semacam tungku yang diletakkan di luar rumah. Tungku itu dibuat dari batu dengan alas tanah liat seperti batu bata. Untuk memperoleh dan mempertahankan panas maka di bawah alas batu bata tersebut diletakkan garam yang cukup tebal. Kalau garam tersebut telah kehilangan rasa asinnya, maka panas pada tungku tersebut menjadi berkurang. Kemudian orang akan membongkar tanah bersama garam yang telah kehilangan rasa asinnya tersebut ke pinggir jalan dan akan diinjak-injak oleh orang.

Adam Clarke menjelaskan tentang garam yang menjadi tidak asin itu sangat mungkin di Judea pada waktu itu, hal tersebut dikutip dari penjelasan Mr. Maundrell yang telah membuktikan sendiri dengan memberi penjelasan sebagai berikut: "Along, on one side of the valley, toward Gibul, there is a small precipice about two men's lengths, occasioned by the continual taking away of the salt; and, in this, you may see how the veins of it lie. I broke a piece of it, of which that part that was exposed to the rain, sun,and air, though it had the sparks and particles of salt, YET IT HAD PERFECTLY LOST ITS SAVOUR: the inner part, which was connected to the rock, retained its savor, as I found by proof " (Clake, Clarke's Commentary Matthew - Luke, Ages Software, 1996, 1997:95).

Pada jurang tersebut ditemukan lempengan garam yang muncul oleh karena terkena terpaan hujan, matahari dan udara. Dan lempengan garam itu benar-benar telah kehilangan rasa asinnya. Sedangkan dibagian dalam dari jurang itu lempengan garam yang menempel pada batu karang rasanya tetap asin.

Mengapa garam itu bisa berbentuk menjadi lempengan? Kita tahu jika garam dipres akan menjadi padat dan bentuknya bisa dibuat sesui dengan kehendak pembuatnya. Demikian pula garam yang berada dilembah sebagaimana dijelaskan oleh Mr. Maundrell tersebut, secara alami garam itu akan terus menerus bertumpuk dan menjadi padat sehingga berbentuk lempengan.

Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa garam yang menjadi padat karena dibentuk dengan disengaja atau secara alami itu akan kehilangan rasa asinnya setelah digunakan sebagai pembantu daya panas tungku yang biasa dibuat oleh orang-orang Palestina kuno. Dan ketika daya panas pada tungku itu menjadi berkurang karena kekuatan rasa asin garam telah hilang, maka tungku itu akan dibongkar dan dibuang dan akan dibuat tungku yang baru lagi dengan cara yang sama sebagaimana sebelumnya.

Dengan demikian, kita dapat memahami perkataan Yesus yang mengatakan jika garam kehilangan asinnya, maka garam itu hanya akan dibuang dan diinjak-injak orang. Tetapi muncul pertanyaan, sebenarnya melalui ucapan tersebut Yesus mau mengapungkan pokok persoalan apa kepada para pendengar-Nya?

Pokok utama yang hendak dikemukakan oleh Yesus adalah ketidakbergunaan hanya akan selalu mengundang kesia-sian. Mengapa demikian? Karena garam itu memiliki daya guna yang sangat banyak. 1. Garam selalu dihubungkan dengan kemurnian. 2. Garam merupakan bahan pengawet. 3. Garam memberi cita rasa kepada banyak hal, dsb.

Lantas apa aplikasinya bagi kita pada masa kini? Kalau orang Kristen tidak dapat memenuhi standar hidupnya sebagai orang Kristen, maka ia berada pada jalan yang menuju kepada kesia-sian. Karena bagi Yesus, kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya, dimaksud agar kita menjadi garam dunia. Kalau dalam hidup kita tidakmemberlakukan sebagai daya pemurni, sebagai daya pengawet dan sebagai daya pemberi cita rasa dalam banyak hal, maka hidup kita ini sebenarnya sedang menuju kepada kesia-sian belaka. Karena itu, Yesus mengatakan jika garam itu akan menjadi tawar hanya akan dibuang di jalan dan dinjak-injak orang. Artinya, semuanya hanya kesia-siaan belaka.

Comments
Add NewSearch
kiki priskila   | 04-01-2011 06:22:39
:lol: :woohoo: gudddd :P
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >