Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Pengantin Baru Yang Menjadi Martir PDF Print
User Rating: / 1
PoorBest 
Saturday, 08 May 2010
Lorenzo adalah seorang pemuda yang pendiam, lemah lembut dalam berbicara, dan serius. Ibunya, Veronica, dekat dengannya karena ia berbakti dan patuh. "Ia melakukan apa yang telah dikatakannya. Ia adalah seorang pemuda yang baik," kata Veronica. Pada usia 18 tahun, Lorenzo diundang menghadiri ibadah gereja injili tidak jauh dari rumahnya. Ketika ia menerima Kristus, keluarganya melihat sebuah perubahan terjadi dalam perilakunya. "Ia menjadi lebih baik terhadap orang lain dan anggota keluarganya," kata Veronica, "ia ingin bernyanyi dan mengabarkan firman. Ketika ia berdoa pada malam hari, ia biasanya berdoa selama 2 atau 3 jam dan meminta Tuhan mengampuninya atas kesalahan selama 1 hari."

Ketika Lorenzo tumbuh makin dewasa, ia jatuh cinta kepada seorang gadis tetangga, Patricia, yang telah ia kenal selama bertahun-tahun. Pada usia 20 tahun, Lorenzo menikahinya. Mereka berencana membangun rumah mereka sendiri dan memenuhinya dengan anak-anak. Kedua mempelai berasal dari suku Tzotzil, dan tradisi mengharuskan Lorenzo untuk membayar pesta pernikahan tersebut. Lorenzo meminjam 500 peso (sekitar Rp 500.000) dari pamannya. Kemudian, 3 minggu setelah pernikahannya, Lorenzo yang merupakan pengantin baru ini memberanikan diri mengunjungi desa pamannya untuk membayar setengah dari utangnya. Sepupu Lorenzo dan kakaknya, Juan, ikut dengannya. Mereka tahu, masuk wilayah Jomalho akan berisiko bagi mereka. Mereka adalah orang Kristen dan orang-orang di desa itu menjalankan ritual tradisional Mayan. Orang-orang di desa itu mengusir orang Kristen keluar dan tidak menerima mereka masuk ke dalam desa mereka.

Saat itu paman Lorenzo tidak berada di rumah ketika mereka tiba. Oleh karena itu, Lorenzo, Juan, dan sepupunya melangkah masuk ke dalam sebuah warung di desa itu untuk membeli minuman bersoda. Orang-orang desa mengetahui keberadan mereka dan tidak lama berselang sekumpulan kecil orang berkumpul di luar warung tersebut. Ketika ketiga pemuda Kristen berdiri untuk pergi, salah seorang dari mereka menunjuk Lorenzo sambil berteriak, "Hentikan dia! Dia baru saja merampok gereja!" Ketika pemuda ini tahu bahwa tuduhan itu adalah tidak benar dan tuduhan itu dikatakan sebagai alasan untuk menyerang mereka, mereka diingatkan akan sebuah ayat favorit Lorenzo dari Mazmur 102:2, "Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu."

Juan dan sepupunya lari menuju hutan, tetapi Lorenzo ditangkap oleh gerombolan yang sedang marah ini. Ketika orang-orang desa memukuli dan menendanginya, Lorenzo berteriak memohon, "Jangan bunuh saya! Jangan bunuh saya! Saya baru saja menikah!" Gerombolan tersebut mengikat leher Lorenzo, dan pengantin baru yang menangis ketakutan ini dipaksa menggali kuburannya sendiri. Beberapa saksi berkata beberapa orang desa memukuli gigi Lorenzo dan kemudian mencungkil kedua bola matanya. Beberapa pria menarik tali yang mengikat leher Lorenzo dan pria lain menarik Lorenzo ke arah yang berlawanan. Lorenzo mati tercekik, mereka membuang mayatnya ke dalam lubang yang dalam dan memukul tengkorak kepalanya dengan batu besar. Mereka menutupi lubang tersebut dengan kotoran dan kembali ke rumah dan tempat pekerjaan mereka seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.

Para penyidik dari pemerintahan daerah Chiapas tiba di desa itu 3 hari setelah kejadian dan memindahkan mayat Lorenzo. Hanya 1 orang saja yang dihukum penjara. Ia dijatuhi hukuman 25 tahun penjara, tetapi sepertinya ia akan dibebaskan sebelum masa hukuman tuntas dijalaninya. Lorenzo adalah seorang Kristen yang percaya kepada kebenaran dan menyerahkan hidupnya demi kebenaran itu. Walaupun ia tidak jahat terhadap mereka, gerombolan itu membenci apa yang ia pegang teguh -- ia mengikut damai Yesus. Mereka menginginkan peperangan. Ia ingin mengisi anggur baru ke dalam kantung tua. Lebih dari 8 bulan telah berlalu sejak kematian Lorenzo. Veronica pun terus bergumul. Dengan uang pendapatan yang pas-pasan, ia sekarang bergantung kepada putrinya yang berumur 17 tahun untuk mengisi kekosongan ini. Veronica berkata, mengatasi kehilangan putra yang dikasihinya, Lorenzo, sangat sulit. "Saya telah menerima kematian putra saya dan melepaskannya pergi," katanya. "Saya telah meminta Tuhan untuk memberikan kepada saya kekuatan dan kasih karunia untuk melihat apa yang terjadi."

Source:

Buletin KDP (Kasih Dalam Perbuatan) Edisi November – Desember 2008

P.O. Box 1411

Surabaya 60014

Renungan: Kasih Tuhan Bagi Drugs Dealer

Sumber Kesaksian : Agus Heryana

Saya adalah anak yang tumbuh dengan sedikit perhatian. Saat saya di bangku SMP, saya mulai berkenalan dengan obat-obatan. Kemudian saya lebih jauh mencoba obat-obatan hingga saya mengenal ganja. Saya sangat menyukai dan menikmati ganja itu. Setelah menjadi pemakai saya memutuskan untuk menjadi pengedar.

Orang tua saya tidak pernah mengontrol keuangan saya. Apa yang saya minta selalu diberi. Akhirnya dengan semua kesempatan itu saya mulai menjual barang-barang yang haram. Kampus adalah ladang bagi saya. Setiap hari saya selalu siap dengan segala jenis obat dan minuman keras yang dicari banyak anak muda. Saya bahkan kemudian dijuluki bandar serba ada. Di kampus setiap hari saya harus melayani banyak "pasien" yang membeli barang yang saya jual.

Obat-obatan dan narkotika semakin menguasai hidup Agus. Agus menangani bisnisnya dengan keras dan tidak kenal ampun. Ia menjadi anak muda yang sensitif dan mudah tersinggung. Jika tersinggung, maka Agus akan menyelesaikannya dengan kekerasan dan ilmu bela diri yang ia kuasai. Kekerasan dan kehidupan yang kacau akhirnya menyeret Agus pada suatu kejadian perkelahian di kampusnya.

Saat itu ada satu kejadian perkelahian antar mahasiswa di kampus Agus. Perkelahian yang brutal antara mahasiswa itu turut menyeret nama Agus hingga membuatnya harus mendekam selama berbulan-bulan di balik terali besi. Namun di balik terali besi ini ia mengalami suatu keadaan yang kemudian mengubah hidupnya.

Saat saya masuk ke lembaga pemasyarakatan tersebut, saya merasakan ketakutan yang amat sangat yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Saya tahu saya dapat mempertahankan diri di lembaga itu dengan semua ilmu bela diri saya. Tapi saat itu ketakutan yang luar biasa melanda saya. Disitulah saya pertama kali berteriak : "Tuhan Yesus tolong saya!".

Tuhan mendengar teriakan Agus yang berseru dari hatinya itu. Seorang hamba Tuhan datang, mengunjungi serta melayani Agus di penjara. Lewat hamba Tuhan ini Agus mengetahui tentang kasih bahwa bagi hidup manusia. Agus tidak dapat melupakan perkataan hamba Tuhan ini bahwa Tuhan sangat mengasihi dia.

Tanpa sadar airmata saya mulai menetes. Saya malu, saya merasa saya laki-laki yang tidak semestinya menangis. Namun Tuhan menjamah hati saya. Saya mulai minta ampun pada Tuhan untuk semua yang pernah saya lakukan. Saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Ketika itu saya lakukan, saya mendengar suatu suara yang berkata : "Jangan takut, engkau tidak sendirian!". Saat itulah saya merasakan turun suatu damai sejahtera yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Saya merasakan kelegaan. Dalam ruangan penjara yang dingin dan dikelilingi jeruji besi, disitu saya mengetahui siapa Tuhan yang sebenarnya.

Pertemuan dengan Tuhan membuat Agus berubah. Ia lepas dari ikatan narkotika dan tidak lagi menjadi pengedar. Pengadilan kemudian memvonis dia bebas sehingga Agus dapat meneruskan studinya. Suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi dalam hidupnya. Jika Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada maka Dia juga sanggup membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. (Mazmur 126:1-3)

Comments
Add NewSearch
Anonymous   | 10-08-2013 23:32:51
:cheer:
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >