Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Injil Bagi Semua Bangsa PDF Print
User Rating: / 6
PoorBest 
Tuesday, 25 May 2010
"(5) Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. (6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: (9) kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, (10) Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, (11) baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." (Kisah 2:5-11)

Hari Pentakosta dikenang sebagai momentum kelahiran gereja, dan merupakan peristiwa menakjubkan karena pada hari itu sekat-sekat bahasa yang menghambat komunikasi dalam Kejadian 11 (Menara Babel) diruntuhkan karena Roh Kudus mendatangkan mujizat dimana Injil didengar oleh semua bangsa yang hadir dalam bahasa ibu mereka masing-masing sehingga mereka semua mengerti.

Semangat Pentakosta dan Injil adalah 'Injil diberitakan kepada semua bangsa' (panta ta ethne. Band. Mat 28:19). Pertumbuhan gereja sesudah hari Pentakosta mengikuti semangat demikian dan berkembanglah misi ke seluruh dunia menjangkau semua bangsa, dan Tanakh dan Perjanjian Baru Yunani Koine kemudian diterjemahkan ke bahasa-bahasa semua bangsa sehingga dimengerti oleh penerima dengan mudah.

Yang menarik dalam peristiwa Pentakosta adalah bahwa disitu juga hadir 'orang Arab.' Siapakah orang Arab itu dan bahasa apakah yang mereka dengar? Ada yang menafsir bahwa yang dimaksudkan dengan 'orang Arab' adalah orang Yahudi yang tinggal di tanah Arab, tetapi sekalipun dalam ayat (5) disebut "Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi," itu tidak berarti bahwa tidak ada orang Arab dan bangsa lain tinggal di situ. Perlu disadari bahwa kehadiran orang Arab di Yerusalem dan sekitarnya sudah setua kitab Kejadian. Ketika Nehemia pulang dari pembuangan di Babel ia sudah menjumpai orang Arab di Yerusalem (Neh 2:19), dan semasa hidup Petrus raja Herodes Agung adalah orang Arab-Idumea, dan raja Herodes Antipas pernah mempunyai isteri yang putri raja Arab.

Dalam ayat (11) disebut adanya "orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi," yang terakhir ini bahasa aslinya ditulis 'proselit' yang artinya 'bangsa lain yang masuk agama Yahudi.' Dalam Kis 2:14, disebut Petrus berkotbah kepada "orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem" itu berarti ada banyak juga bangsa lain termasuk orang Arab sebagai pendengarnya. Dalam Kis 2:41 disebutkan dampak kotbah Petrus adalah "jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa." Tentu diantaranya ada 'orang Arab' yang 'beretnis Yahudi, asli Arab yang menganut agama Yahudi, dan orang Arab asli.'

"Tak dapat disangkal, semenjak awal tarikh Kristen, sudah terdapat 'orang-orang Arab' Kristen. Setidak-tidaknya, Kisah Para Rasul menceritakan, bahwa pada hari Pentakosta terdapat orang-orang Arab yang turut menyaksikan bersama para rasul, perihal perbuatan-perbuatan besar Allah, dalam bahasa mereka sendiri (Kis 2:11). Setelah pertobatannya, Paulus pergi ke Arab (Gal 1:17). Pada konsili-konsili awal 'gereja mula-mula' bahkan hadir para uskup yang berkebangsaan Arab." (Anton Wessels, Arab dan Kristen, BPK-GM, 2002, hlm.xvi).

Memisahkan orang Arab dari orang Yahudi di Yerusalem dan Yudea adalah mustahil dan menganggap pada hari Pentakosta itu tidak ada orang Arab bertobat berarti meremehkan 'perbuatan besar Allah' dan 'kuasa Roh Kudus' yang bekerja dan mengubah hati para pendengar kotbah Petrus.

Sekarang, bahasa apakah yang digunakan oleh Petrus? Kemungkinan Petrus sehari-hari berbahasa dua, Aram sebagai bahasa ibu dan Yunani sebagai bahasa umum, bahasa Aram karena sejak Ezra (abad VI SM) rakyat yahudi sudah tidak mengerti bahasa Ibrani sehingga diterjemahkan ke bahasa Aram (Neh 8:9) dan sejak itu bahasa Ibrani mati sebagai bahasa percakapan dan Aram menjadi bahasa ibu yahudi palestina, dan Kitab Suci Ibrani (Tanakh/PL) diterjemahkan bebas ke bahasa Aram dalam bentuk Targum. Kemungkinan kedua bahasa Yunani karena sejak abad IV SM, kawasan itu dikuasai Yunani dan bahasa Yunani (koine) menjadi bahasa percakapan regional, bahkan Tanakh diterjemahkan ke bahasa Yunani (Septuaginta/LXX, abad III-II SM. Kutipan PL dalam PB umumnya dari LXX) karena umumnya orang yahudi sudah tidak mengerti bahasa Ibrani, dan bahasa Ibrani hanya hidup di kalangan Para Rabbi yang tetap melestarikan Tanakh ke dalam salinan-salinan. Namun karena ayat (7) menyebutkan: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?" tentulah yang digunakan Petrus dalam kotbahnya bukan bahasa regional Yunani melainkan bahasa lokal Aram, dimana ia banyak menyebut istilah 'elah/alaha' dan ditulis Lukas sebagai 'theos.' Yesus sendiri di kayu salib berseru 'Elohi' dalam bahasa Aram.

Lalu, bahasa apakah yang didengar orang Arab waktu itu? Tidak dapat disangkal karena sudah sejak lama bahasa Arab sudah digunakan oleh orang Arab, bahasa itulah yang dipakai. Dan karena dalam khotbah Petrus banyak disebut tentang 'alaha' dalam bahasa Aram (Peshitta bahasa Aram menggunakan kata itu) maka tentu yang didengar orang Arab adalah padanannya yaitu 'Allah.'

Sejarah menunjukkan bahwa bangsa Arab diturunkan rumpun Semitik melalui nenek-moyang Yoktan (anak Eber), keturunan Aram, Ismail (anak Hagar), dan Keturah (isteri Abraham), dan bahasa Arab berkembang dari bahasa Nabatea-Aram. Pada abad VI SM (semasa dengan Ezra) ditemukan inskripsi dari suku Arab Lyhian yang sudah menulis nama 'Allah,' yang penurut penelitian para ahli disebutkan bahwa: "Inskripsi Arab Utara. . Nama-nama Allah pertama menjadi umum di teks Lyhian. . Bukti ditemukannya nama Allah menunjukkan bahwa Lyhian adalah pusat penyembahan Allah di Arab." . "Orang Siria, menekankan kata benda umum 'allah' menjadi nama diri dengan menambahkan elemen "a": allaha = "the god" lalu menjadi "God". . Ketika orang Lyhian mengambil alih nama diri Allaha, nama itu diarabkan dengan menghilangkan elemen "a". . Ketika orang Nabateans memasuki wilayah Lyhian-Thamud, mereka mengikuti penyembahan Allah, dan pengetahuan mengenai Allah ini bertahan terus sampai dengan masa Muhammad." (F.V. Winnet, Allah Before Islam, dalam The Muslim World, Vol.38, 1938, hlm.245,247,248).

Pada masa yang sama Ezra menulis kitabnya sebagian dalam bahasa Aram dimana ada tertulis nama 'Alaha' yang tertuju kepada 'YHWH, Elah Yisrael' (Ezra 5:1;6:14). Ini menunjukkan bahwa penggunaan nama 'Allah' dikalangan orang Arab kuno 'hanif' (jmk. Hunafa) sudah lama ditujukan kepada 'Pencipta Langit dan Bumi, El/Alaha Abraham'.

"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan Nama Allah, sudah dikenal oleh Bangsa Arab kuno ... Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah hunafa' (tngl.hanif), sebuah kata yang pada asalnya dituju-kan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail." (Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, hlm.50-51).

25 tahun sesudah khotbah Petrus di hari Pentakosta (55 M), rasul Paulus menulis dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus: "oudeis theos eimee heis" (1 Kor.8:4) yang bagi orang Yahudi yang saat itu berbahasa ibu Aram, ini ditulis sebagai "layt alah akrin ela en khad" dalam bahasa Aram (teks Peshitta), dan dalam bahasa Arab ditulis "laa ilaha ilallah al-had" (al-Kitab al-Muqaddas, bandingkan ini dengan "la ilaha illa Allah" dalam Al-Quran QS.47:19 yang sama-sama menggunakan istilah Allah yang tertuju kepada 'Yang Esa, pencipta langit dan bumi,' namun pengajaran/aqidah yang diajarkan kedua kitab mengenai Allah yang sama itu berbeda).

Beberapa inskripsi dari kalangan Arab Kristen sebelum hadirnya Islam menyebut 'Bism al-Ilah' (dalam nama Allah) dan 'Allah Gafran' (Allah mengampuni). Benar Alkitab bahasa Arab secara lengkap baru ditulis sesudah terbitnya Al-Quran, tetapi perlu disadari bahwa beberapa fragmen bagian Alkitab sudah ditulis dalam bahasa Arab sebelum adanya Al-Quran, dan itu sudah didahului oleh penggunaannya secara lisan di kalangan orang Arab beragama Kristen.

Keberadaan orang-orang Yahudi dan Kristen yang menyebut nama 'Allah' diakui dalam Al-Quran dimana disebutkan oleh Muhammad bahwa pada waktu itu di sinagoga, gereja dan mesjid sama-sama banyak disebut 'Tuhan kami Allah.'
"(Yaitu) orang-orang yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mereka mengatakan: Tuhan kami Allah. Jikalau tiadalah pertahanan Allah terhadap manusia, sebagian mereka terhadap yang lain, niscaya robohlah gereja-gereja pendeta dan gereja-gereja Nasrani dan gereja-gereja Yahudi dan mesjid-mesjid, di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa". (QS.22:40)

Maka, karena sinagoga dan gereja sudah ada di Arab sebelum adanya mesjid, maka logisnya penggunaan nama Allah di kalangan yahudi dan kristen sudah lebih dahulu jauh sebelum lahirnya agama Islam.

Dari kenyataan di atas kita patut bersyukur bahwa sejak hari Pentakosta sudah ada orang Arab bertobat dan percaya kepada 'Tuhan Yesus Kristus yang adalah Messias yang dibangkitkan Allah' seperti yang dikhotbahkan oleh rasul Petrus (Kis 2:23-36).

"El/Elohim/Eloah (Ibrani) dengan padanannya Alaha (Aram), Allah (Arab), dan Theos (Yunani), God (Inggeris)" tidak dapat disangkal adalah tujuan penyembahan dalam agama-agama semitik yang ditujukan kepada 'Pencipta Langit dan Bumi yang Esa yang disembah Abraham,' namun apakah itu berarti bahwa ketiga agama semitik (Yahudi, Kristen dan Islam) itu sama membawa kita kepada keselamatan? Jawabnya dengan tegas TIDAK!"

"Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:11-12)

Agama Yahudi, sekalipun mereka juga menyembah Allah Abraham yang Esa pencipta langit dan bumi, mereka tidak menyembah Tuhan Yesus Kristus yaitu Anak Allah yang menjadi manusia seperti yang diajarkan Yesus dan dicatat dalam Injil dan yang telah mati disalib untuk menebus dosa umat manusia dan bangkit dari kubur, sebab tidak ada seseorangpun sampai kepada Bapa selain melalui Yesus karena Ia telah berfirman "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:6). Umat Yahudi sangat mengeraskan hati dan mereka menolak Yesus sebagai Tuhan dan Mesias, dialog ini terlihat jelas dalam Yohanes fasal 8. Agama Islam, sekalipun dalam Al-Quran disebut sekitar 70 persen isinya berasal dari Alkitab, dan sekalipun mereka menyembah Allah Ibrahim juga, mereka juga tidak menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Umat Manusia bahkan menyebut Yesus tidak mati disalib bahkan tidak bangkit, maka jelas mereka tidak mengenal Yesus.

Karena hal itulah maka Umat Kristen perlu bersaksi tentang Injil kepada penganut agama Yahudi maupun Islam dan membawa mereka kepada pengertian Perjanjian Baru, bahwa Allah Abraham itu dalam ketritunggalan Bapa, Anak dan Roh Kudus, telah mengutus Anak Allah yang telah menjadi manusia untuk penebus umat manusia dan Roh Kudus memberikan mereka kuasa untuk bersaksi dan dimeteraikan pada Hari Pentakosta!

A m i n.

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >