Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Dewa Klasik Alexander Mutiara Di Pemukiman Kumuh PDF Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Sunday, 17 October 2010
Nama pemuda ini memang unik. Wajar saja kalau orang mengernyitkan dahi ketika pertama kali mendengarnya. Kisah hidupnya pun tak kalah unik. Masa kecil dan remajanya banyak dihabiskan di luar negeri. Kini, lebih setengah tahun ia memilih hidup di lingkungan kumuh.

Senin, pertengahan Juli, udara sore terasa menyengat. Lalu lintas di sekitar ITC Roxy Mas Jakarta, padat dan semrawut. Klakson mobil memekakkan telinga bersahutan. Entah karena nggak sabaran atau pengguna jalan lain yang keterlaluan. Angkot ngetem semau gue, ojek mengambil jalan berlawanan bahkan naik ke trotoar. Suara bajaj yang tak pernah lembut mengepung di semua sisi jalan. Ditambah lagi saat kereta api melintas ... O, Jakarta!

Mengajar di ruang sempit

"Ko Dewa sakit..." kata Frendy yang menjemput Bahana di depan pertokoan handphone. Siswa kelas 2 SMA itu adalah salah satu adik rohani Dewa. Kami berjalan menuju base camp House of Mercy (HOME) tempat belajar bersama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu yang tinggal di daerah kumuh RT 02 RW 08 Kelurahan Duri Pulo, Kecamatan Gambir. Rumah-rumah papan semi-permanen itu berada di antara rel kereta dan kali yang airnya sangat hitam. Di tempat itulah Dewa tinggal. "Saya kenal Ko Dewa dari teman. Penasaran, saya ikut. Melihat dari dekat bagaimana Ko Dewa membantu belajar anak-anak," jelas Frendy ramah. Kami melewati deretan rumah sangat sederhana.

 

Perawakan Dewa tinggi kurus. Dibalut kemeja batik. Berkali-kali batuk. Wajahnya kemerahan. Ia menyelimuti tubuhnya yang demam dengan bed cover. Kami duduk di papan beralas karpet. Ruangan berukuran 2x5 meter terasa sempit karena penuh barang. Lemari, buku-buku, tas milik adik-adik rohani Dewa yang sedang mengajar di ruangan atas, dan kantong plastik berisi makanan kering. "Kami akan punya tempat baru di depan. Ruangan ini akan dipakai rumah singgah. Kami memang belum bisa menyediakan makan. Tapi bisalah untuk tempat tinggal beberapa pengamen atau siapa saja yang butuh," tutur pria kelahiran Malaysia, 27 Maret 1988 ini.

Di ruang atas, Yun Fhalie (18) lulusan SMAN 2 sedang mengajar bahasa Inggris. Kadang terdengar tawa lepas dari anak-anak yang diajar bila salah mengeja kata. Fhalie ikut tertawa dan dengan sabar memperbaikinya. Tanpa sekat dua orang mengajar matematika. Di ruang belajar itu mereka duduk berdesakan. Maklum, ruang sekecil itu diisi dengan 13 anak dan 4 pendamping yang oleh anak-anak dipanggil kakak. Semua tenaga sukarela yang kebanyakan mengenal Dewa melalui Facebook.

Berasal dari Keluarga Jetset

Dewa anak sulung dari empat bersaudara. Lahir dalam keluarga yang berpengaruh dan sangat berkecukupan. Karena orangtuanya masih muda dan menempuh pendidikan lanjut, Dewa kecil hidup bersama kakek dan neneknya di Malaysia. “Opa bekerja di kedutaan Malaysia. Dapat tugas ke beberapa negara. Jadi hidupku berpindah-pindah dari negara satu ke negara lainnya. Yang bisa kuingat aku pernah tinggal di Ceko, Turki, Uzbekistan, Denmark, Canada, Thailand dan Meksiko,” kisahnya.

1998. Setamat SD barulah Dewa pindah Jakarta, mengikuti orangtuanya. Ia bersekolah di sekolah bergengsi bertaraf internasional. Remaja dengan uang saku berlimpah, jutaan. Rasanya apa saja yang dia mau, bisa dibeli. Dalam satu kesaksian Dewa pernah berkata ketika SMP ia adalah satu-satunya siswa yang membawa mobil Ferarri ke sekolah. Wow!

Pergaulan Dewa pun berada di lingkungan jetset. Kelas ekonomi papan atas. Ibarat kata, apa saja yang menempel dari ujung kepala sampai ujung kaki barang branded. "Aku bergabung di agency model. Dari sanalah kenal dunia malam. Di usia sangat muda aku merokok, minum alkohol, free sex, dan Narkoba," akunya.

Perjumpaan Pribadi

Dewa tak cuma kaya tapi juga brilian. Tahun 2003, di usia 15 tahun, ia kuliah di Oxford University, London. Di kampus, ia merasa tak nyaman karena umurnya paling muda. Teman kuliahnya lebih tua beberapa tahun. Setelah dua semester Dewa berniat cuti kuliah dan akan balik setahun kemudian. Sebelum pulang ke Indonesia, Dewa jalan-jalan ke toko buku. Kesukaannya memang membaca.

Tiba-tiba ia tertarik pada buku The Purpose Driven Life yang ditulis oleh Rick Warren, buku best seller yang sudah mengubah hidup banyak orang. Dewa membaca judul demi judul bab di buku itu. Matanya berhenti pada bab ke 9: "What Makes God Smile". Judul yang sangat aneh. Tuhan bisa tersenyum? Aneh. Sungguh aneh. Tuhannya orang Kristen bisa tersenyum?

Pulang ke Indonesia, Dewa mencoba mencari jawaban atas tanya yang menggelisahkan pikirannya itu. Ia pergi ke gereja dan membaca buku-buku rohani Kristen. Hal yang sangat baru dan membuatnya penasaran. Dewa bergumul.

Dalam masa pergumulan, Dewa mengalami peristiwa supranatural. Ia mendengar suara yang sangat lembut berkata, "Son, it's Me" Ia melihat sinar yang menyilaukan. Empat kali suara itu menyapanya. Perjumpaan pribadi yang sangat indah. Dewa menangis, damai teduh mengalir di hatinya. Damai yang belum pernah ia rasakan.

Diusir Keluarga

Menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat berarti menanggalkan kehidupan yang lama. Itulah yang terjadi dalam kehidupan Dewa Klasik Alexander, ketika keluarga besarnya tahu bahwa ia telah menjadi pengikut Kristus, Dewa dianiaya sebelum akhirnya diusir dari rumah, semua fasilitas hidupnya diambil, ijasah-ijasah sekolahnya dibakar, semua haknya sebagai anggota keluarga dan haknya untuk mendapat kehidupan yang nyaman ditarik. Ia pergi dari rumah orang tuanya di Makassar ke Jakarta dengan hanya bermodalkan sebuah ponsel yang sempat ia sembunyikan ketika ia diusir dari rumah.

Ia ke Jakarta dengan harapan bahwa ia bisa mendapat bantuan dari teman-teman lamanya di sekolah dulu, tapi ternyata keluarganya telah menghubungi semua teman-temannya di Jakarta supaya tidak menolong dia. Akhirnya, setelah sisa uangnya habis, untuk pertama kalinya Dewa merasakan tinggal di jalan, pertama kalinya ia merasakan dinginnya lantai emperan toko di waktu malam, dan ia pun tahu keadaan hidupnya telah berbalik 180 derajat. Tidak akan ada lagi kasur empuk, ruangan ber-AC, dan home theater yang akan menemaninya di kala malam.

Tak ada yang bisa menolong. Teman temannya yang selama ini sangat dekat dengannya telah dihubungi oleh keluarganya supaya tak memberinya pertolongan. Pintu-pintu telah tertutup baginya. Namun sukacita memiliki Yesus itu lebih dari semua yang pernah ia miliki.

Hidup di Jalan

Dewa hidup di jalanan. Tidur di emper toko atau di mana saja bersama para tunawisma. Saat uang penjualan handphone habis, Dewa mengamen. Sekadar bisa membeli makan. "Hampir tiap malam aku menangis. Sulit sekali adaptasi dari hidup sangat nyaman tiba-tiba hidup melarat. Berat. Setiap hari saya berusaha bertahan. Tapi saya tidak mau menukarkan iman dengan apa pun," kenang anak pertama dari empat bersaudara.


Pdt. Daniel Alexander

Di tengah kesesakan, Tuhan selalu memberi kelegaan. Pertolongan-Nya selalu tepat. Dewa mulai memiliki teman-teman baru. Seorang dari mereka mengenalkan Dewa pada Pdt. Daniel Alexander, hamba Tuhan yang menolong banyak orang. "Pengaruh papi Daniel sangat besar terhadap hidupku. Aku belajar dari papi mempunyai hati Bapa. Mengasihi sesama tanpa melihat latar belakang, sama seperti Tuhan Yesus. Papi banyak sekali membiayai sekolah anak-anak angkatnya. Hidupnya memberi," tutur Dewa. Sosok Daniel sebagai bapak rohani yang penuh kasih itulah alasan Dewa menggunakan nama Alexander di belakang namanya.

Menuai yang ditabur

Apa yang engkau tabur itulah yang engkau tuai. Dewa menerima pengampunan yang luar biasa dari Tuhan Yesus Kristus, Dia adalah Allah yang penuh kasih namun Ia juga adil. Tetapi setiap perbuatan memiliki konsekuensi yang harus dibayar, dan Dewa mengetahuinya. Tiga hari sebelum wisudanya di sekolah misi, Dewa divonis menderita HIV AIDS. Itu semua terjadi karena hidup yang ia jalani ketika remaja. Ia menghubungi ke-empat temannya waktu dulu yang pernah berbagi jarum suntik, dan mereka semua pun terkena penyakit yang sama. Ia tidak kecewa dengan keadaannya saat ini, karena kasih karunia ia dapatkan dari Tuhan jauh lebih besar daripada harga yang harus ia bayar sekarang.

Tidak berlama-lama dengan penyesalan mengenai hidup lamanya. Dewa Klasik mulai menjalankan pelayanan misinya, Ia melakukan perjalanan misi ke daerah-daerah pedalaman di Indonesia, hampir semua daerah pernah ia datangi. Panggilan Tuhan dibalik vonis yang dideritanya juga justru semakin menguatkannya untuk melakukan pelayanan bagi orang-orang yang mengidap HIV AIDS. Saat ini Dewa bahkan telah pergi ke berbagai negara dari mulai Myanmar, India, sampai ke negara Afrika untuk menjadi motivator bagi penderita HIV AIDS. Dewa berkata, “Jika Tuhan bisa memakai hidup saya maka Tuhan juga bisa memakai hidup semua orang muda untuk memenuhi panggilan-Nya.”

Dewa terus berjalan mengikuti panggilan Tuhan untuk melayani dan HOME (House of Mercy) adalah wadah yang saat ini ia dirikan bersama beberapa orang teman-temannya dari Facebook untuk menjangkau anak-anak tidak mampu di daerah Jakarta Barat. Di daerah tempat kumuh itulah saat ini Dewa tinggal untuk mengajar, memberikan berbagai bantuan untuk warga sekitar, selain itu Dewa juga aktif sebagai pengkhotbah keliling, konselor, motivator, penulis lepas, dan kakak rohani bagi ratusan adik rohaninya di berbagai daerah dan negara.

Saat ini mimpi terbesar Dewa adalah bisa memiliki hati bapa bagi generasi muda yang membutuhkan, seperti kasih Bapa yang telah ia terima, kasih itulah yang ingin ia impartasikan kepada anak-anak terlantar yang kekurangan kasih sayang. Dewa juga ingin membangun sebuah rumah susun untuk menampung orang-orang tidak mampu, pengidap HIV AIDS, kusta dan orang-orang yang terbuang.

Total Melayani

Dewa sekolah misi di Surabaya. Hal ini juga membuatnya makin mengerti panggilan Tuhan. Setelah itu, Dewa mulai melayani. Mengabarkan Kabar Baik. Pergi ke pedalaman sampai luar negeri seperti Thailand, Zimbabwe, India, Afrika Selatan, Chili dan Belanda. Menyampaikan harapan bagi banyak orang yang putus asa. Tuhan Yesus adalah sahabat sejati bagi semua orang, Juruselamat dunia.

Dewa rela menyerahkan hidup yang nyaman."Itu karunia Tuhan. Aku ingin mereka merasakan kasih Tuhan melalui hidupku. Aku juga berharap ada banyak generasi muda mau melakukan sesuatu bagi orang yang ada di sekitar mereka," harapnya tersenyum. Ia membuka lemari penuh dengan peralatan sekolah yang akan dibagikan kepada anak-anak yang belajar di HOME.

 

House of Mercy yang dipimpinnya tak hanya memberi pelajaran tambahan. Mereka juga membangun karakter anak-anak yang hidup di lingkungan sangat keras itu. Sebagian besar anak ikut meringankan beban orangtua dengan berjualan makanan seperti empek-empek seharga seribuan.

Dewa telah menjadi teladan bagi adik rohaninya dan anak kampung Duri Pulo. Dan teladan itu lebih dari kata-kata.

Meninggalkan zona nyaman

Ketika diwawancara Dewa juga berbicara mengenai zona nyaman, "Meninggalkan zona nyaman berarti melakukan penyerahan hak, dan yang namanya penyerahan hak itu pasti gak enak dan gak nyaman, tapi itulah yang dibutuhkan. Dan kitapun harus ingat Jangan sampai hati kita berada pada hal-hal tertentu yang kita sukai melebihi Tuhan karena itulah penghambat terbesar kita untuk meninggalkan zona nyaman."

Dewa menambahkan, “Zona nyaman bagi kebanyakan anak muda saat ini adalah hidup di dalam dosa. mereka menikmati hal-hal yang tidak sesuai dengan standar Firman Tuhan. selain itu takut melakukan sesuatu yang baru dan berbeda, demikian juga dengan karakter dan kebiasaan buruk terus terpelihara.”

Pesan Dewa buat semua anak muda yang sedang menikmati zona nyamannya, “Kita selalu hidup, berubah dan bergerak, kita adalah generasi yang diberikan kemampuan untuk menggerakkan kehidupan ke arah yang lebih baik, untuk apa semua kemampuan itu jika kita tidak mau beranjak meninggalkan zona nyaman kita? Yang terakhir jaga hati, jaga jam doa dan tetap keep on fire ... Save one more for Jesus!" (Niken Maria Simarmata; eBahana.com; dewaklasik.com)

* * * * *

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)

Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. (2 Korintus 7:10)

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. (Yakobus 1:12)

Gambar 1

Gambar 2

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >