Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Tentang Berbohong PDF Print
User Rating: / 3
PoorBest 
Tuesday, 21 August 2007

Kita pernah mendengar suatu pernyataan yang mengatakan bahwa berbohong itu tidak baik tetapi berbohong demi kebaikan itu tidak apa apa. Namun bagi istri saya, apapun alasannya yang namanya berbohong akan membuatnya tidak merasa damai sejahtera.

 

Ada peraturan yang dibuat oleh suatu yayasan pendidikan internasional terkenal untuk semua karyawan yang bekerja disana. Tidak boleh adanya ikatan keluarga satu sama lain, seperti suami – istri atau orang tua – anak atau kakak – adik.

 

Mengetahui hal ini, saya dan istri membuat bagaimana caranya agar adiknya istri yang sudah terlebih dahulu bekerja di yayasan pendidikan tersebut tidak diketahui bahwa dia adalah adik kandung. Kami mengakuinya sebagai saudara sepupu (karena masih bisa ditoleransi) alias berbohong.

 

Pertengahan tahun 2005, istri saya diterima bekerja di yayasan pendidikan itu. Setelah hampir satu bulan bekerja, perasaan istri saya tidak damai sejahtera. Rasanya ingin bisa segera mengakui hal sebenarnya. Dia minta pendapat saya akan hal ini. Saya menyarankan agar dia bertanya pada Tuhan. Terus terang saja kalau karena kejujuran ini mengakibatkan istri saya dikeluarkan, saya takut. Menjadi kebingungan mengatur keuangan keluarga, mengingat banyaknya kebutuhan terutama untuk si kecil.

 

Melewati satu tahun istri saya bekerja, Tuhan terus mengingatkan. Tuhan juga bicara pada istri saya kalau DIA tidak menginginkan perpuluhan yang diberikan karena  pendapatan yang diperoleh sama halnya dengan berbohong. Istri saya kembali meminta pendapat saya akan hal ini. Kembali lagi saya hanya bisa menyarankan hal yang sama seperti sebelumnya.

 

Akhirnya pada awal September 2006, istri saya mengakui hal ini pada atasannya langsung. Saya baru mengetahuinya pada malam hari. Saya kaget ketika diberitahu hal tersebut, tapi anehnya iman saya menjadi mantap dan rasa takut yang ada menjadi hilang. Tak hanya pada atasannya langsung, istri saya juga mengakui pada semua atasan yang dirasa telah dia bohongi kecuali HRD. Saat itu HRD sedang sibuk, beberapa kali istri saya mencoba untuk bicara dengan HRD. istri selalu memberitahu saya. Saya berdoa agar Tuhan Yesus turut campur tangan dalam pembicaraan itu, kemudian saya juga mengusir kuasa kuasa jahat yang ingin turut campur. Mungkin kah itu yang membuat HRD selalu sibuk ?

 

Pertengahan September 2006, istri saya berkesempatan dapat mengakui pada Head of School dan HRD. Menurut HRD, HRD sudah mengetahui hal tersebut dan sebentar lagi akan me wawancara seseorang sebagai pengganti posisi istri saya dan bulan Oktober atau November 2006 diminta untuk mengundurkan diri. Tetapi Head of School tidak setuju akan keputusan HRD. Oleh Head of School, istri saya diminta untuk menunggu hingga akhir Oktober 2006. Head of School akan membicarakan hal ini kepada manajemen yayasan pusat.

 

Menunggu akhir Oktober 2006, istri saya berkeinginan untuk doa puasa di awal dan akhir bl. Oktober 2006. Beberapa hari pun saya menyembah Tuhan sendirian dalam kamar. Tuhan berkata pada saya bahwa DIA tak akan pernah meninggalkan istri saya dan istri saya pun akan tetap bekerja yayasan pendidikan itu, justru malah HRD yang akan keluar. Tuhan juga berkata pada istri, bahwa tangisanmu takkan sia sia. Saya juga mendapat penglihatan, diatas kepala istri saya ada mahkota yang bersinar terang.

 

Tuhan memberikan kekuatan melalui khotbah seorang hamba Tuhan yang dekat dengan kami. Dalam khotbahnya berkata kalau kita benar benar mengasihi Tuhan, kita harus taat pada perintah Nya. Tak hanya itu, Tuhan juga memberikan kekuatan pada istri saya dengan memberikan dua buku karangan Magdalena Kawotjo yaitu Berhasil Karena Iman & Menikmati Kemustahilan.

 

Kita hanya bisa berharap dengan iman, apapun keputusan dari manajemen pusat, Tuhan pasti mempunyai rencana yang indah buat kita. Pikir kita, rasanya adalah suatu yang mustahil jika suatu yayasan pendidikan internasional mudah merubah peraturan bagi karyawan karyawannya. Mereka pasti sudah memikirkan se matang mungkin dalam membuat peraturan.

 

Sampai akhir bl. Oktober 2006, istri saya belum mendapatkan kabar dari yang pernah dijanjikan oleh Head of School. Memasuki bl. November, tepatnya seminggu sebelum ulang tahun istri saya. Head of School memberitahu bahwa seminggu lagi akan menemui manajemen pusat dan pemilik dari yayasan. Istri saya dimintanya untuk berdoa. Tepat ulang tahun istri saya, Head of School belum juga memberi kabar apa apa. Saya ada perasaan sedikit khawatir, namun istri saya terlihat biasa biasa saja dan asyik bercanda dengan si kecil.

 

Selasa malam 21 November, sambil menemani si kecil yang mau tidur. Dengan nada sedikit serius, dia mengatakan kalau dirinya sedang sedih. “ Kenapa ? “ tanya saya singkat. Sebelum pulang kerja, istri saya dipanggil Head of School dan diberitahu bahwa yayasan tidak dapat merubah peraturan yang sudah ada tetapi istri saya masih dapat bekerja. Spontan istri saya tertawa, mengejutkan si kecil yang matanya sudah 5 watt. Rupanya saya di kerja in.

 

Seperti apa yang telah Tuhan janjikan dan Tuhan telah menepati. Kami mengucap syukur pada Tuhan Yesus dan saling bercerita mengingat ingat apa saja yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita. Kemudian tertidur pulas dalam hadirat Tuhan.

 

Kemudian, di pertengahan bl. April 2007, ketika kami sedang asyik santai di kamar. Istri saya mendapat telepon dari teman seruangannya di kantor. Temannya itu memberitahu bahwa HRD keluar. Istri saya ter kaget, hal ini sudah diberitahukan Tuhan sebelumnya melalui saya.

 

Terkadang sulit bagi kita untuk melakukan perintah Tuhan jika perintah tersebut tidak masuk akal bagi kita atau sesuatu yang mustahil bagi kita. Tapi kita harus melakukannya karena kita mengasihi DIA dan DIA mempunyai rencana / tujuan yang indah buat kita.

 

Renungan: Menjinakkan Lidah

Yakobus 3:2 - 4

 

Saya baru saja menyelesaikan kesaksian pribadi saya di hadapan sekelompok wanita pengusaha, dan sedang berada di kamar kecil, ketika seorang wanita melangkah masuk.

"Anda ingat saya?" tanyanya.

Saya menatap tanda pengenalnya, tetapi baik wajah maupun namanya tampak asing bagi saya.

"Maaf," kata saya, tetapi ia memotong kata-kata saya.

"Lima tahun yang lalu, anda menulis surat yang sangat kasar kepada saya. Surat itu sangat melukai saya, dan saya menyimpannya selama bertahun-tahun, berharap suatu hari saya akan bertemu anda lagi."

 

Wajah saya memerah saat saya bergumul dengan rasa malu dan bingung.

Saya tidak mengerti apa maksud wanita ini, dan saya tidak dapat berpikir jernih. 

"Saya memiliki toko barang antik," ia melanjutkan, "dan setelah berbelanja di toko saya, anda menulis surat yang mengeluhkan sikap saya yang kasar."

 

Terguncang mendengar tuduhannya, saya hanya dapat memikirkan satu hal yang dapat saya lakukan. Saya memegang tangannya dan berkata, "Saya sangat menyesal telah menyakiti anda. Maafkan saya."

Wanita itu menarik tangannya, mengangguk, lalu melangkah pergi.

 

Saya bergegas menuju mobil saya, sebelum air mata saya bercucuran. Kata-kata saya telah begitu melukai seseorang, sehingga orang itu mengingatnya selama lima tahun, dan saya bahkan tidak dapat mengingat kejadian itu! Saya pasti kedengaran seperti seorang munafik saat ia mendengarkan pidato saya tadi. Saya menyandarkan kepala ke setir dan menangis terisak-isak.

"Tuhan, ampuni saya karena kata-kata saya yang ceroboh."

 

Malam harinya, saat saya membaca kembali buku harian saya, saya menemukan catatan tentang kejadian itu. Wanita itu telah mengritik dengan suara keras seorang teman saya yang berbelanja bersama saya, karena telah menyentuh sebuah vas. Ia telah mempermalukan kami, membuat kami merasa seperti anak-anak jahil. Dulu, saya pikir surat itu tidak salah, ia pantas menerimanya! Saya benar- benar ingin membuatnya merasa tidak enak, seperti yang telah dilakukannya terhadap kami.

 

Tak lama kemudian, saya membaca di dalam Alkitab, mengenai seorang wanita yang tertangkap basah melakukan perzinahan. Ketika orang-orang Farisi menyeret wanita ini ke hadapan Kristus , Ia malah menegur orang-orang Farisi ini, bukan wanita itu. Setelah orang-orang Farisi meninggalkan Kristus sendirian bersama wanita itu, Ia bertanya ke mana orang-orang yang menuduhnya tadi dan apakah mereka menghukumnya.

"Tidak satu pun, tuan" katanya.

"Aku pun tidak menghukum engkau" kata Yesus.

"Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi." (Yohanes 8:11)

 

Perbedaan antara kedua konfrontasi ini begitu jelas!

Yesus menyerang wanita ini dengan cara yang membuat wanita tersebut tetap terbuka padaNya.  Saya menyerang pemilik toko itu dengan cara yang membangun tembok kebencian.

 

Saya merindukan kesempatan lain untuk berada bersama wanita itu di kamar kecil. Saya telah memperoleh pelajaran yang berharga. Di dalam proses, saya telah melihat cara-cara lain yang lebih ramah untuk mengucapkan hal yang sama. Kata-kata terlalu berharga untuk dilontarkan tanpa dipikirkan baik-baik. Jika di- gunakan dengan ceroboh, kata-kata dapat membangun kesenjangan.

 

Tetapi jika digunakan dengan hati-hati, kata-kata dapat menjembatani menuju Kristus...

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >