Hamba Tuhan
Login





Lost Password?
No account yet? Register
Find Us on Facebook
Shalom, bagaimana kabar Anda hari ini? Silahkan login atau register.
Jesus Seminar PDF Print
User Rating: / 2
PoorBest 
Friday, 31 August 2007

'Jesus Seminar' didirikan tahun 1985 dengan sponsor Westar Institute. Sejak pembentukannya, diadakan seminar-seminar tengah tahunan untuk menemukan dan menyusun laporan tentang konsensus otentitas sejarah dari ucapan-ucapan Yesus. Jesus Seminar diketuai Robert W Funk,  ahli Perjanjian Baru yang pernah menjabat  sekertaris pada 'Society of Biblical Literature' dan menjadi profesor pada Montana University di Amerika Serikat, dan John Dominic Crossan rahib Roma Katolik Irlandia yang terpaksa melepaskan kerahibannya karena pandangannya yang kontroversial atas Alkitab dan lalu menjadi profesor pada De Paul University, Chicago di Amerika Serikat.

 

Laporan pertama seminar dibukukan berjudul 'The Search for the Authentic Words of Jesus, The Five Gospels, What Did Jesus Really Say?' (1993), disusul buku kedua berjudul 'The Acts of Jesus: What Did Jesus Really Do?' (1998).

 

Pada bagian depan buku pertama dapat dilihat kemana arah nafas seminar tersebut:

"Laporan ini dipersembahkan kepada Galileo Galilei yang mengubah pandangan kita mengenai surga selamanya. Thomas Jefferson yang menggunakan gunting dan memotong-motong Kitab Injil. David Friedrich Strauss yang mempelopori gugatan mengenai Yesus Sejarah."

 

Disebutkan pula dalam prakata buku pertama bahwa buku itu disusun setelah 6 tahun kerja oleh ahli-ahli yang disebut sebagai dididik di universitas- universitas terkemuka di Eropah dan Amerika Serikat. Pertemuan diadakan dua kali setahun dan pertemuan pertama pada tahun 1985 diikuti oleh 30 peserta dan dikatakan bahwa banyak orang lain ikut bergabung. Buku pertama itu selain berisi hasil seminar juga memuat terjemahan kitab Injil yang disebut sebagai 'The Five Gospels' dengan memasukkan 'Injil Thomas' sebagai Injil ke lima. Dan karena para pengikut seminar mempercayai teori Injil Markus sebagai kitab Injil tertua, maka Injil Markus diletakkan di depan kemudian disusul Injil-Injil Matius, Lukas dan Yohanes dan baru Injil Thomas.

 

Terjemahan ini disebut sebagai 'The Scholar Version' (SV) yang dianggap versi untuk bisa dimengerti oleh pembaca Amerika modern dengan versi yang dikatakan sebagai paling dekat dengan apa yang bisa didengar oleh jemaat abad pertama. Studi ini dalam kata Pendahuluan disebut sebagai melanjutkan ke-tujuh tiang gugatan mengenai 'Kehidupan Yesus' yang terjadi sejak dirintis oleh Reimarus. Aktivitas seminar adalah:

Pertama, mengumpulkan 'ucapan-ucapan yang dianggap dari Yesus' dari kurun waktu 300 tahun baik dari Alkitab maupun dari sumber-sumber kuno yang mungkin dikumpulkan. Ucapan-ucapan yang berjumlah sekitar 1500 itu kemudian dibagi dalam 4 kategori, yaitu perumpamaan, aforisme, percakapan, dan cerita-cerita yang mengandung ucapan Yesus. Ucapan-ucapan lebih pendek dianggap lebih asli karena orang lebih mudah mengingatnya daripada kalimat-kalimat panjang yang mungkin disusun kemudian dan sudah berkembang dan dibumbui.

 

Kedua, kemudian dilakukan pemungutan suara oleh yang hadir untuk menentukan keasliannya. Dalam penentuan keaslian itu tersedia empat pilihan:

(1)  Asli diberi warna merah (red), yang dianggap ucapan Yesus sendiri. Ini diberi nilai 3 atau 75% ke atas;

(2)  Mungkin Asli diberi warna merah muda (pink), yang dianggap ucapan Yesus yang masih diragukan atau telah mengalami perubahan selama proses salinan. Ini diberi nilai 2 atau 50% ke atas;

(3)  Mungkin Tidak Asli diberi warna abu-abu (grey), yaitu ucapan yang tidak diucapkan oleh Yesus tetapi mengandung gagasan Yesus. Ini diberi nilai 1 atau 25% ke atas; dan

(4)  Tidak Asli diberi warna hitam (black), yaitu ucapan yang dianggap bukan dari Yesus dan ditulis pengikutnya atau musuhnya. Ini diberi nilai 0 atau 0 sampai 25%.

 

Ucapan-ucapan itu kemudian disusun untuk merekonstruksikan sejarah kehidupan Yesus.

 

Selain itu, Jesus Seminar mencoba untuk memperjelas pemisahan antara 'Yesus Sejarah' dan 'Yesus Iman,' termasuk di dalamnya mengenai Inspirasi dan ketidak bersalahan (Inerrancy)

 

Alkitab dan pembedaan Yesus (ke-manusia- an) dari Kristus (ke-Tuhan-an) , dan beberapa masalah dibahas seperti antara lain sekitar sumber-sumber dan hubungan antar kitab Injil, dan juga tempat Injil Thomas sebagai Injil ke Lima, dan soal tradisi ucapan Yesus.

 

Hasil Jesus Seminar kontroversial apalagi disebutkan antara lain bahwa 82 persen ucapan yang dikatakan sebagai ucapan Yesus dalam kitab Injil tidak benar-benar diucapkan oleh Yesus.

Beberapa kesimpulan 'Jesus  Seminar' dalam buku 'The Five Gospels' adalah antara lain:

·                     Yesus tidak pernah menuntut dirinya sebagai Messias atau bernubuat tentang akhir zaman;

·                     Yesus mungkin makan bersama murid-muridnya dalam perjamuan malam, tetapi ucapan Yesus pada malam itu kemungkinan rekaan para murid;

·                     Doa Bapa Kami kemungkinan disusun oleh para pengikut Yesus setelah kematiannya.

Kesimpulan itu kemudian disebar luaskan oleh mass media ke publik seakan-akan merupakan karya teologis yang benar. 

 

Tahap pertama perkembangan Jesus Seminar berakhir dengan diterbitkannya buku The Five Gospel (1993), dan perkembangan tahap kedua menekankan gugatan akan perbuatan Yesus yang dianggap benar dan berakhir dengan diterbitkannya buku berjudul: The Acts of Jesus, The Search of the Authentic Deeds of Jesus. Perkembangan tahap ketiga mencakup masa sesudah tahun penerbitan buku kedua itu, dimana sejak tahun 1999 diadakan seminar-seminar mengenai Kisah Para Rasul yang berusaha mengevaluasikan dan menyusun laporan mengenai otentitas sifat sejarah kitab tersebut. Selain itu, masing-masing anggota Jesus Seminar kemudian mengemukakan pandangan mereka masing-masing dalam buku-buku yang mereka tulis.

 

Perkembangan berikutnya adalah tahap keempat sejak tahun 2006 dimana Jesus Seminar mulai mendiskripsikan perkembangan tradisi sekitar Yesus melalui dua abad pertama tahun Masehi. Pada tahap ini Jesus Seminar akan menghadirkan sejarah baru kekristenan awal dan tulisan-tulisan sekitar kekristenan yang awal dengan menggunakan metoda yang sama dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya terhadap ucapan dan perbuatan Yesus yang dicatat dalam keempat Injil dan Injil Thomas termasuk pemberian kode warna melalui voting. Yang menarik dari perkembangannya, Jesus Seminar diikuti berbagai spektrum pemikiran yang sebenarnya sering saling bertentangan tetapi memiliki obsesi yang sama yaitu menggugat kekristenan yang historis.

      Disebutkan pula dalam prakata buku The Five Gospels bahwa buku itu disusun setelah 6 tahun kerja oleh ahli-ahli yang disebut sebagai dididik di universitas- universitas terkemuka di Eropah dan Amerika Serikat. Dalam kenyataannya, hanya sedikit persentasi keikut sertaan para ahli yang menonjol. Para peserta yang hadir adalah pribadi-pribadi dan tidak mewakili seminari teologia sekalipun mereka mengajar di sana lebih-lebih seminari teologia papan atas, bahkan menarik untuk dicatatat keikutsertaan peserta aktif sejak awal Paul Verhoeven yang bukan seorang teolog tetapi terkenal sebagai produser dan sutradara film mistik 'Robocop' dan film porno 'Basic Instinct' (dengan bintang Sharon Stone) dan 'Showgirls'.

 

Sekalipun yang hadir pertama kali disebut berjumlah 30 orang dan dikatakan kemudian diikuti banyak orang lainnya, kenyataannya berita itu dibesar-besarkan. Faktanya perkembangan Jesus Seminar tidak terlalu pesat. Yang biasa hadir dalam pertemuan tengah tahunan itu hanya beberapa puluh orang saja. Dalam buku 'The Five Gospels' (1993) yang ditulis setelah 8 tahun berdirinya Jesus seminar, hanya disebutkan daftar 76 orang yang terlibat sebagai fellow. Hanya sedikit dari kalangan kristen liberal yang berminat bergabung dengan Jesus Seminar.

 

Dalam situs Westar Institute, pada medio tahun 2007, lebih dari 200 peserta disebutkan telah menghadiri seminar-seminar yang diselenggarakan dan setelah 22 tahun berdiri sejak tahun 1985, jumlah fellow yang tercatat hanya berjumlah 135 orang. Hanya bagian kecil dari 135 fellow itu yang terkenal di dunia teologi, termasuk tokoh-tokoh kontroversial seperti John Shelby Spong (yang juga menjadi anggota dewan direktur, yang menganggap Maria diperkosa dan melahirkan bayi Yesus) dan Barbara Thiering yang teori Peshernya dalam bukunya Jesus The Man kontroversial.

 

Sekalipun Funk, pendirinya, pernah menjadi sekertaris pada 'Society of Biblical Literature' (SBL) di Amerika Serikat, Jesus Seminar tidak ada hubungan sama sekali dengan SBL. Karena itu dengan melihat angka-angka peserta di atas adalah terlalu ceroboh untuk menganggap kesimpulan seminar itu sebagai mewakili dunia scholastik teologi mengingat bahwa SBL saja mempunyai anggota lebih dari 7000 orang yang setengahnya spesialis Perjanjian Baru, dan ini belum termasuk tokoh-tokoh Alkitab di luar SBL atau yang bergabung dalam paguyuban ahli-ahli Perjanjian Baru sedunia bernama 'Studiorum Novi Testamenti Societas'. Sekalipun pengaruhnya menyebar luas, ternyata setelah lebih dari 20 tahun sejak tahun 1985, Jesus Seminar dalam prosesnya juga mengalami pendewasaan pula.

 

Kelihatannya para ahli yang berkumpul adalah mereka yang merupakan kelompok yang merupakan kelompok teolog yang bernada sumbang akan kekristenan dan antipati terhadap konservativisme Amerika. Ini dapat diibaratkan dengan gerbong kereta api yang dipenuhi penumpang barisan sakit hati akan kekristenan tradisional yang masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri namun semua masuk gerbong yang sama dengan satu tujuan perjalanan yang sama yaitu ‘Menggugat Yesus Sejarah.’

 

Tidak semua anggota Jesus Seminar sepakat satu dengan lainnya. Marcus Borg mengaku bahwa dia tidak selalu sepakat dengan semuanya dalam semua hal. James M. Robinson  salah seorang fellow Jesus Seminar, dalam bukunya The Secret of Judas, mendiskreditkan karya gnostik dari  Marvin W. Meyer, fellow lainnya yang bersama Rodolphe Kasser dan Gregor Worst menyunting Injil Yudas. Pemikiran Barbara Thiering dalam bukunya The Riddle of the Dead Sea Scrolls (Jesus The Man) umumnya ditolak oleh fellow lainnya dari Jesus Seminar. Bila banyak fellow Jesus Seminar menyebut Injil Thomas sebagai Injil yang ditulis sebelum Injil-Injil Kanonik, James M. Robinson terus terang menyatakan bahwa semula Injil Thomas sebenarnya merupakan kumpulan kata-kata bijak namun dalam perumusan kanon Alkitab dikemudian hari, tulisan itu diberi nama Injil agar diterima dalam kanon, namun karena sifatnya yang gnostik para bapak gereja menolaknya sebagai Injil.

 

Ungkapan-ungkapan para peserta Seminar yang semula begitu meyakinkan bahkan radikal, dengan adanya kritik-kritik dari luar ternyata kemudian berubah melunak, ini menunjukkan bahwa mereka berangsur-angsur mengakui juga keterbatasan mereka. Mereka juga makin tidak yakin akan pandangan mereka sendiri seperti misalnya ikut-ikutan mendukung film The Lost Tomb of Jesus seperti yang dilakukan oleh John Dominic Crossan dan Karen L. King sekalipun itu berbeda dengan pandangan mereka semula. Crossan berpandangan bahwa kematian Yesus mengerikan dengan kemungkinan Yesus tidak dikubur dengan mayatnya dimakan anjing tetapi tiba-tiba mendukung Makam Talpiot yang menunjukkan kematian yang aman-aman saja, demikian juga King dalam bukunya mengenai Maria Magdalena setebal 230 halaman itu tidak pernah menyebut nama Mariamne, tiba-tiba mendukung osuari Mariamne sebagai nama lain Maria Magdalena.

 

Sampai dimanakah keabsahan penyelidikan yang dilakukan Jesus Seminar dan keberadaan Injil Thomas dalam hubungan dengan sifat sejarah kitab-kitab Injil yang empat itu dan pribadi Yesus? Dan adakah otoritas Jesus Seminar dan Injil Thomas bisa dijadikan 'batu karang yang teguh yang baru' bagi kepercayaan Kristiani? Dan sekalipun laporan hasilnya dibukukan sebagai 'The Scholars Version' (versi para sarjana), perlu dibuktikan apakah memang baik metodologi penyelidikannya maupun penyimpulan seminar itu benar-benar mencerminkan nilai-nilai kesarjanaan ataukah meragukan?

 

Jesus Seminar memang cukup populer dan meluas keseluruh dunia karena disebarkan melalui mass-media modern dan diterima oleh kalangan liberal dan mereka yang non-Kristen, tetapi, dari ucapan penemu 'Jesus Seminar' Robert W. Funk, kita dapat melihat bahwa memang motivasi dan tujuan seminar ini adalah untuk mencari suatu cerita fiksi yang baru yang berisi cerita baru tentang Yesus dan Injil yang baru yang berbeda dengan cerita Injil tradisional. Ia mengatakan:

"Apa yang kita butuhkan adalah cerita fiksi yang baru yang membawa kita menuju kejadian sentral drama Kristen-Yahudi dan merujukkan Mesias dengan cerita baru yang mencakup hal lebih besar daripada awal sampai akhir cerita lama. Kita memerlukan cerita baru tentang Yesus, Injil yang baru, bila kamu mau, menempatkan Yesus berbeda dalam kerangka besar cerita kepahlawanan".

 

Sebenarnya hal ini tidak aneh, soalnya sejak awal dan bertahun-tahun sebelumnya kedua pendiri dan ketua Jesus Seminar yaitu Funk dan Crossan sudah mempunyai gagasan kontroversial dan provokatif, itu pula yang menyebabkan Crossan harus menanggalkan jubah kepastorannya di gereja Roma Katolik. Jadi adanya Jesus Seminar bukanlah untuk menyelidiki dan mencari kebenaran tetapi lebih untuk mencari legitimasi pandangan mereka. Bahan polemik yang 'sensasional' , 'provokatif' dan 'kontroversial' dalam alam Amerika memang laku dijual. Karena itu dengan datangnya modal dari Westar Institute dan liputan mass media yang intensif termasuk liputan majalah 'Time' ke seluruh dunia,  seminar ini menjadi terkenal. Dalam seminar-seminar yang diadakan secara berpindah-pindah dari kota-ke-kota memang mass media diundang untuk meliput bahkan wawancara diberikan.

 

Sebenarnya di Amerika banyak badan yang menghibahkan dana besar bagi para teolog dan seminari teologi konservatif untuk studi kebenaran Alkitab, tetapi yang menguatkan alibi Yesus Sejarah tidak akan menarik mass media dan kurang laku menjadi komoditi bisnis komunikasi massa. Berita yang bersifat skandal, sensasional, kontroversial, dan provokatif lebih laku di jual melalui mass media pada masakini. Dalam alam sekular semacam Amerika Serikat dimana 'kotbah untuk bertobat dan hukuman kekal' sangat dimusuhi dapat dimengerti kalau seminar yang menyimpulkan bahwa Yesus tidak pernah mengatakan dan menyuruh manusia untuk bertobat tentu laku keras.

 

Yang menarik dari metodologi penyimpulan yang digunakan adalah dengan cara 'pemungutan suara' (voting), dengan kata lain kebenaran ucapan dan perbuatan Yesus ditentukan hanya dengan pemungutan suara dari 'responden' puluhan peserta saja. Sedikit yang hadir yang menentukan dengan voting mayoritas mana ucapan dan perbuatan Yesus dalam kitab Injil itu yang dapat dikata asli, mungkin asli, mungkin tidak asli, dan tidak asli. Dengan komposisi peserta dan angket demikian jangan heran kalau keluar kesimpulan bahwa '82 persen ucapan dalam kitab-kitab Injil bukan ucapan Yesus.' Menarik melihat hasil angket tersebut, sebab ternyata dalam 'Injil Yohanes' tidak ada yang bisa dianggap sebagai ucapan Yesus yang asli dan hanya satu yang disebut sebagai 'mungkin' (4:44).

 

Dalam 'Injil Markus' yang dianggap sumber Matius dan Lukas, hanya ada satu yang dianggap ucapan asli Yesus (12:17), padahal 'Injil Matius' ada 5 ayat atau kumpulan ayat yang dianggap asli diucapkan oleh Yesus (5:39-42,44; 6:9;13:33; 20:1-15) dan dalam 'Injil Lukas' malah ada 7 ayat atau kumpulan ayat yang dianggap asli diucapkan oleh Yesus (6:20-21,27, 29-30; 10:30-35;11: 2;13:20). Jadi jangan heran kalau 'Kotbah di Bukit' (Matius 5-7) hampir seluruhnya dianggap bukan ucapan Yesus (kecuali 5:39-42, dan sebagian dari 5:44, dan doa Bapa kami hanya kata 'Bapa kami' dalam 6:9-lah yang diberi warna merah), lagipula ayat Matius 28:19-20 yang merupakan ayat yang berisi 'Amanat Agung Tuhan Yesus' dianggap tidak asli (diberi warna hitam).

Jadi, motivasi dan misi Jesus Seminar jelas ditujukan untuk membungkam Yesus dan kitab-kitab Injil, Yesus tidak dianggap mengaku sebagai Mesias dan 'Allah yang menjadi daging.' Ia tidak berbicara mengenai kedatanganNya kedua kali, tidak menjanjikan akan mengampuni dosa, tidak mengkotbahkan 'kotbah di bukit', dan tidak 'mengutus murid-muridnya' untuk memberitakan Injil!

 

Yang lebih menarik lagi adalah bahwa ‘Injil Thomas', dari 114 fasal, hanya ada 6 ayat (20:2-4; 54:1, dan 100:2-3) yang dianggap asli ucapan Yesus! dan ini dianggap Injil yang lebih berotoritas daripada kitab-kitab Injil kanonik. Dan, ini hanya diputuskan oleh hasil 'voting' beberapa puluh anggota Jesus Seminar saja! Dapatkah kesimpulan angket demikian diterima keabsahannya? Pembaca dapat menyimpulkannya sendiri. Yang jelas, kesimpulan-kesimpul an demikianlah yang disebar luaskan secara terbuka di mass media tanpa ada pemeriksaan serius dari pihak mass media, dan hanya pembaca serius dan mengerti apa yang ada di balik pernyataan-pernyata an itulah yang bisa mengetahui lika-liku yang dianggap 'the scholars version' tersebut.

 

Kenyataan lain adalah bahwa sekalipun mungkin memilih sama dalam voting, para peserta yang terlibat tidak selalu berfikir sama mengenai hal-hal yang dipercaya. Sebagai contoh, Crossan mengatakan bahwa 'Yesus Funk' beda dengan Yesusnya, dan dalam buku 'The Five Gospels' disebutkan oleh Funk mengenai Marcus Borg bahwa sepanjang sejarah seminar, Borg tidak pernah ikut voting bersama mayoritas atas setiap isu. Hal lain lagi yang perlu direnungkan adalah apa pandangan iman dan teologis yang bisa diharapkan dari seorang Paul Verhoeven yang bukan teolog yang dengan bintang Sharon Stone membuat film porno 'Basic Instinct.' Makalahnya berjudul 'Fully Human' disampaikan pada forum Jesus Seminar yang diadakan pada tahun 1994 dimana Jesus Seminar kemudian menyimpulkan bahwa 'Jesus tidak dilahirkan dari anak dara Maria, Yesus lahir dalam proses sebagai layaknya manusia biasa'.

 

Kelemahan metoda penyelidikan Jesus Seminar adalah hanya terkonsentrasi pada kitab-kitab Injil, inipun dengan maksud untuk dibandingkan dengan kitab-kitab Apokrifa yang dianggap lebih berotoritas (seperti Injil Thomas), sedangkan data-data Yesus dalam kitab-kitab para Rasul dan tulisan para Rasul diabaikan karena dianggap rekayasa gereja. Rasul Paulus dianggap sebagai tidak mempunyai minat pada Yesus, gaya cerita dalam Kitab-Kitab Injil dan Kisah Para Rasul hanya dianggap sebagai kemasan mitos yang didasarkan pada iman para murid Yesus.

 

Perkembangan tahap keempat Jesus Seminar yang mulai menyelidiki kitab Kisah Para Rasul sejak bulan Maret 2006 menunjukkan adanya proses pendewasaan yang dialami Jesus Seminar.

Seminar berpendapat bahwa semua ucapan yang dianggap sudah berkembang harus dihapus. Kanon yang sudah menjadi dasar ajaran iman gereja selama duapuluh abad tidak mendapat tempat selayaknya dalam seminar karena isinya dianggap hanya mengungkapkan Yesus Iman dan bukan Yesus Sejarah. Sebaliknya, Injil Thomas bahkan diberi tempat istimewa sebagai 'Injil ke-Lima' padahal hanya sedikit ayat didalamnya yang diakui mereka sebagai asli ucapan Yesus.

 

Dari beberapa fakta sekitar Jesus Seminar diatas perlu direnungkan bahwa alangkah menyedihkan bila iman Kristiani seseorang bisa menjadi ragu-ragu hanya karena membaca kesimpulan seminar demikian apalagi kalau ikut-ikutan mempromosikannya. Janganlah iman Kristen didasarkan pada teori-teori sekelompok teolog minoritas, yang jumlahnya sangat minim itu yang alergi terhadap kekristenan tradisional, sekalipun mereka vokal dan diberitakan mass media secara luas tetapi faktanya tidak didukung oleh yang mayoritas.

 

Comments
Add NewSearch
Write comment
Name:
Subject:
[b] [i] [u] [url] [quote] [code] [img] 
 
 
:angry::0:confused::cheer:B):evil::silly::dry::lol::kiss::D:pinch:
:(:shock::X:side::):P:unsure::woohoo::huh::whistle:;):s
:!::?::idea::arrow:
 
Security Image
Please input the anti-spam code that you can read in the image.
 
< Prev   Next >